Bab 19

12.1K 1.5K 171
                                    

Bab 19
Pergi

Saeki berlari memasuki gedung rumah sakit tempatnya bekerja selama ini, wanita berambut pink itu terlihat cemas. Ia bahkan tidak memperdulikan dirinya sedang memakai piyama dibalut kardingan hitam, Saeki mengatur napasnya yang memburu. Ia segera mendekati ruang persalinan, ruangan itu tertutup rapat menandakan ada orang didalamnya. Saeki duduk diatas kursi, menggigiti kukunya dengan perasaan tidak tenang. Matanya yang gelisah berulangkali melirik pintu ruang bersalin yang masih tertutup rapat.

Saeki tidak pernah secemas ini dalam hidupnya, Haru akan melahirkan itulah yang Saeki tahu. Sahabat baiknya akan melahirkan diusia kandungan yang masih menginjak bulan ketujuh, masih terlalu dini dan termasuk kelahiran prematur. Sejak awal, Haru tergolong lemah ketika mengandung. Ia harus lebih banyak istirahat dibanding yang seharusnya agar kandungannya baik-baik saja, Haru juga tidak boleh terlalu banyak memiliki beban pikiran. Kandungan yang terlalu rawan dan lemah. Semuanya terbukti sekarang, pasti Haru baru saja mengalami hal yang sangat mengguncang dirinya hingga hal ini terjadi.

Saeki terpenjat ketika ruang bersalin terbuka, seorang pria keluar dari dalam ruang operasi dengan wajah lelah.

"Apa anda keluarga Tuan Haru Kato?" Dengan cepat Saeki mengangguk. "Bayinya sudah lahir, jenis kelaminnya perempuan, tubuhnya terlalu kecil dan lemah hingga kami harus memberikan perawatan ekstra. Nyaris saja bayi itu tidak selamat, tapi sepertinya Tuhan sedang berbaik hati. Anda bisa menemui Tuan Haru setelah siuman."

"B-bagaimana dengan Haru?" Saeki tidak bisa merasa lega begitu saja.

"Keadaannya baik-baik saja, hanya belum sadar. Mungkin besok Tuan Haru sudah siuman. Saya permisi."

Saeki mengangguk, membiarkan dokter itu pergi dari meninggalkan dirinya yang kini jatuh terduduk diatas kursi dengan lemas. Kabar baik adalah anak Haru sudah terlahir, kabar buruknya bayi itu terlalu lemah karena usia kelahiran masih tergolong muda. Dengan gemetar, Saeki mengambil ponselnya dan menghubungi Suzue. Ia bahkan lupa memberi kabar pada keluarga Kambe perihal ini.

.
.
Bayi mungil itu berambut abu-abu sama seperti milik Haru, tubuhnya sangat kecil, kulitnya pucat kemerahan, tidak seperti bayi lain yang gemar menangis. Bayi itu tidak banyak bergerak dengan banyak alat bantu penunjang kehidupan ditubuhnya, siapapun yang melihat si bayi akan merasa sangat iba. Tubuh sekecil itu tapi harus berjuang untuk hidup.

Hana memeluk Rei, tidak kuasa menahan airmatanya melihat keadaan cucunya. Matanya sudah sembab dengan lingkaran hitam disekitar matanya, Hana tidak tidur semalaman karena Haru kabur dari rumah dan menjelang pagi keluarga Kambe mendengar kabar bahwa Haru melahirkan. Hati Hana terasa teriris karena Haru belum juga sadar dan cucunya dalam kondisi yang mengkhawatirkan, dalam hati Hana terus berdoa agar menantu dan cucunya bisa selamat.

"Dia akan menjadi bayi yang kuat seperti Haru, jangan cemas." Rei mengecup pucuk kepala Hana, memeluk tubuh omeganya erat. Meskipun tidak menunjukannya, wajah Rei tampak gundah. Ia berkali-kali melirik cucunya yang ada didalam ruangan dengan dilapisi kaca, berjuang keras untuk terus hidup dan menyapa dunia ini dengan benar.

"Aku berharap begitu." Hana balas memeluk Rei, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang suaminya.

.
Plakk

"Nenek!" Suzue memekik tertahan ketika Yumeko Kambe melayangkan tamparan keras dipipi putih cucu lelakinya. Daisuke hanya diam dan menerima semua perlakuan yang Yumeko lakukan padanya.

Petal On The Wind [Daisuke x Haru]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang