Bab 20
Kenapa?Haru duduk dibangku halte yang sangat sepi, jalanan hanya dilewati beberapa kendaraan yang tampak terburu-buru pria berambut abu-abu memeluk tas berisi pakaiannya dengan erat. Apakah ia sudah terlalu larut hingga tidak ada bus yang melintas? Haru menggigit bibir bawahnya dengan cemas, ia harus pergi secepatnya atau Daisuke akan menyadari bahwa dirinya lagi-lagi kabur. Angin malam berhembus, menyentuh kulitnya yang kini terasa membeku.
Haru menghela napas kecil, kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit. Haru memijitnya pelan, mungkin karena ia masih terbangun hingga tengah malam begini apalagi mengurus Sara seharian yang hari ini sangat rewel. Dirinya benar-benar kelelahan. Tapi nyatanya sakit kepalan itu tidak menghilang, keringat mulai berjatuhan rasanya sangat gerah padahal udara malam ini benar-benar dingin, didetik berikutnya bekas gigitan Daisuke dibelakang leher terasa sangat sakit seolah berusaha mencekiknya. Haru tidak bisa bernapas, rasanya seperti ia sedang heat karena tulang-tulangnya terasa meleleh tapi Haru tahu bahwa ia sedang tidak dalam masa itu, ini lebih seperti siksaan. Seperti ada benang-benang yang menarik dan mencengkramnya kuat agar dirinya tidak pergi.
Tidak ada seorangpun disini, Haru ambruk keatas tanah. Rasa sakit dilehernya semakin menjadi-jadi, Haru tidak tahu kenapa ia tidak tahu apa yang salah darinya.
Kenapa seperti ini?
.
.
Huwaa huwaaa huwaaaaDaisuke tersentak bangun ketika suara melengking tangisan Sara membelah kesunyian malam, bayi mungil dalam balutan pakaian hangat buatan Haru menangis kencang hingga wajahnya memerah. Tangan kecilnya menggapai-gapai udara dan kakinya menendang-nendang selimut dengan agresif, seolah ada sesuatu yang membuat Sara sangat kesal.
Daisuke tidak menemukan Haru disisi Sara, padahal biasanya Haru sedikitpun tidak mau meninggalkan Sara. Pria Kambe segera meraih bayi itu, menggendongnya berkeliling kamar untuk menenangkan. Sara mulai tenang namun masih terisak kecil dan cegukan, melihat itu Daisuke tersenyum kecil.
"Kenapa bangun hm? Kau haus?"
Kepingan hitam kebiruan saling bertemu, Sara menatap lekat wajah papanya lekat. Daisuke tidak bisa merasa tidak gemas dengan anaknya ini, pantas saja jika Sara sangat disayangi oleh orang-orang disekelilingnya karena Sara memang pantas mendapatkan itu. Daisuke mengecup ujung hidung mungil Sara, suara isak tangis lenyap Sara terlihat senang bibirnya terbuka menunjukkan gusinya yang belum ditumbuhi gigi. Aroma susu tercium tajam, harum dan menenangkan.
"Dimana Maa mu?" Daisuke merasa ada yang janggal karena Haru tidak kunjung muncul bahkan ketika Sara menangis sekencang tadi.
Bibir Sara berkerut, alisnya turun dan matanya mulai berkaca-kaca. Kedua tangan yang dibalut sarung tangan rajut berwarna biru bergerak kecil. Sara mulai menangis lagi, sepertinya bayi itu menyadari bahwa Maa-nya tidak ada disini. Daisuke menepuk pelan pantat Sara, menenangkan anaknya dan merasa bersalah juga tidak disangka bayi itu paham apa yang ia maksudkan.
Daisuke membawa Sara keluar dari dalam kamar, mungkin Sara juga haus. Ia harus membuatkan minum.
"Cucuku belum tidur?" Mendengar suara berisik tangisan Sara, Hana terbangun dan menyusul Daisuke dan Sara yang ada didapur. Daisuke selesai mensteril botol susu Sara, tangan satunya membuat susu tangan lain menggendong Sara.
"Dia terbangun, mungkin haus." Daisuke memindahkan Sara digendongan ibunya.
"Ssh, anak cantik anak pintar jangan menangis." Hana menenagkan cucunya dengan lembut. "Dimana Haru?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Petal On The Wind [Daisuke x Haru]✔
Fiksi PenggemarHaru adalah seorang omega dan dia membenci fakta itu. Daisuke adalah seorang alpha yang senang mempermainkan oranglain. Mereka bertolak belakang, namun bagaimana jika sebuah pernikahan harus mengikat mereka untuk tetap bersama? Nb : Yaoi, bxb, Daisu...