Besok Juanda dan Senja akan menghabiskan waktu liburan di Surabaya, kota kelahiran Juanda. Sebelumnya, Juanda sudah datang langsung meminta izin ke orang tua Senja, beruntungnya mendapat izin, asal tidak melakukan hal diluar batas. Lagi pula mereka menginap di rumah orang tua Juanda.
Senja mengemasi barang dan pakaiannya dengan riang gembira, mulutnya tidak mau diam, menggumamkan nyanyian nyayian pelan.
Dia juga gugup, ini pertama kalinya dia pergi dengan laki laki sampai keluar kota.Juanda juga dihinggapi perasaan yang sama, sedari tadi dia terus tersenyum, tidak sabar menanti besok pagi.
Besok mereka akan flight jam sembilan pagi. Mobil dan motor Juanda akan dititipkan dirumah Tante Shanty.
---
Juanda dan Senja pergi ke bandara menggunakan Taksi agar lebih praktis dan tidak perlu menitipkan kendaraan di bandara.
Kacamata hitam bertengger di batang hidung Juanda, membuatnya berkali lipat menjadi lebih tampan. Senja mengakuinya, tapi tentu dia simpan sendiri.
Juanda menepuk bahu Senja pelan, "Ngga mabok udara kan?" Tanyanya.
"Engga."
"Sip."
"Ngga tau maksudnya."
Juanda berdiri setelah mendengar jawaban tidak masuk akal Senja barusan. Dia menjauh ke salah satu toko kecil yang menjual berbagai barang. Setelah membayar, Juanda kembali memberi obat dan air mineral untuk Senja.
"Antimo? Emang gue anak kecil?"
"Itu kan ada yang buat orang dewasa, Senja. Pokonya nanti pas kerasa mual harus minum itu." Katanya lalu duduk.
Senja membawa satu koper berukuran sedang, sedangkan Juanda hanya membawa tas ransel, semua bajunya masih ada dirumah orang tuanya.
Mereka sudah memasuki pesawat. Juanda duduk didekat jendela, Senja di tengah dan disebelahnya ada pria yang terlihat sedikit lebih tua dari mereka. Senja terlihat tidak nyaman, laki laki itu seperti sengaja menggerak gerakkan kakinya agar terkena Senja. Saat Senja hendak ke toilet pun pria itu memandangnya dengan tidak sopan. Juanda masih diam, dia hanya terus mengawasi pria itu. Saat Senja kembali pun pria itu tersenyum menjengkelkan, Senja ngeri melihatnya.
"Pindah sini." Titah Juanda, menarik tangan Senja agar mau berganti tempat duduk. Senja menurut.
Pria tadi terlihat mendesah tidak suka saat Juanda berganti tempat duduk didekatnya."Kenapa, Kang? Kaya gak suka gitu saya duduk disini?" Ujar Juanda sarkastik.
Pria itu menoleh, "Kenapa emang?" Jawab pria itu menyebalkan.
"Kok balik tanya? Kalau lihat cewe tolong yang sopan." Juanda to the point. Senja menggenggam tangan Juanda, takut akan terjadi keributan nantinya.
"Kamu pacarnya? kok ngatur."
"Iya, saya pacarnya." Juanda melepas kacamata hitamnya yang sedaritadi dia gunakan dan menatap pria itu nyalang. Pria itu lantas membuang muka kemana saja asal tidak menatap Juanda.
Juanda menyandarkan punggungnya, matanya melihat ke arah Senja.
"Sorry." Katanya.
Lama mereka terombang ambing di udara, akhirnya sampai juga di bandara Juanda. Beruntung ternyata Senja tidak mual selama perjalanan, jadi antimo pemberian Juanda dia simpan di saku tasnya.
"Juanda lagi di bandara Juanda." Gumam Senja usil. Juanda tertawa.
"Anak Senja." Ledek Juanda balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUANDA | Jungwoo ✓
أدب الهواةSeutas panjang kisah pertemuan yang klise dan membosankan. Awal pertemuan dan awal pacaran yang kelihatannya 'mudah'. Tapi apapun didunia ini tidak mungkin akan berjalan dengan mulus terus menerus. Sanggupkah mereka berjuang hingga saat bahagianya...