Seutas panjang kisah pertemuan yang klise dan membosankan. Awal pertemuan dan awal pacaran yang kelihatannya 'mudah'.
Tapi apapun didunia ini tidak mungkin akan berjalan dengan mulus terus menerus.
Sanggupkah mereka berjuang hingga saat bahagianya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
double update, Yeay!! Sama-sama
Tolong jadi pembaca yang tau cara menghargai seorangpenulis ya:D
******
Senja dan Julia sedang duduk di kantin. Sejak sepuluh menit yang lalu mereka hanya duduk dan berbincang tanpa ada yang memesan makanan atau minuman. Ara dan Kiara sedang ada keperluan masing masing. Julia berdiri dan mengambil dompet dari dalam tas.
"Mau kemana Li?" Tanya Senja.
"Beli minum. Nitip?"
"Boleh deh, milkshake matcha. Tolong ya Li."
"Itu aja?" Senja mengangguk.
Ini hari pertama mereka UAS. Senja dan teman temannya berhasil melewati satu mata kuliah meskipun dia tidak yakin seratus persen dengan hasilnya.
Tiba tiba bangku kosong didepannya ada yang menduduki. Senja sedikit terkejut. Dia kira itu Ara atau Kiara. Rupanya bukan.
"Mia?"
Yang disebut namanya tersenyum. Kali ini Senja suka melihat senyum Mia, tidak terlihat aneh seperti beberapa hari lalu.
"Apakabar Senja?" Tanya Mia sambil melambai kecil.
"Baik. Kamu apa kabar?" Senja tidak menggunakan sapaan sehari hari nya. Karena sepertinya Mia nyaman dengan sapaan aku kamu.
"Baik kok. Kita temenan ya sekarang." Pernyataan Mia barusan membuat Senja memiringkan kepalanya.
"Oh. Iya." Jawabnya ragu. Takut apakah keputusannya ini benar atau sepenuhnya salah. Sejak awal Senja sudah sangat ingin menghindar dari Mia. Tapi Mia malah mengajaknya untuk berteman. Senja tidak tau harus bagaimana.
"Ini siapa?" Tanya Julia membawa dua gelas milkshake, cokelat dan matcha. Diletakkannya dua gelas itu diatas meja, dan duduk disebelah Senja.
"Hai. Aku Mia." Mia mengulurkan tangannya dan diterima oleh Julia.
"Julia." Jawabnya singkat dan tidak lupa tersenyum.
"Aku juga kenal kamu loh." Katanya ditujukan kepada Julia.
Julia dan Senja saling melempar pandang. Sama sama merasakan keanehan dari diri Mia. Bedanya Senja bukan baru sekali ini merasakannya.
"Oh ya? Dimana?"
Menanggapi pertanyaan Julia, Mia hanya tersenyum simpul, "Kita berteman juga ya, Julia." Julia hanya mengangguk.
Senja mengingat kata kata Juanda. Jika bertemu lagi dengan Mia, tanyakan dia dari fakultas mana.
