7

261 60 6
                                    

"Mas." Terdengar suara laki-laki setengah baya diseberang sana. Juanda mengaktifkan loudspeaker pada panggilannya. Sekalian membaca materi UAS.

"Iya, Pa."

"Mobilmu sudah selesai opname belum, Mas?"

"Sampun, Pa. Besok Juan ambil dari bengkel. Kenapa?" Kata Juanda sambil membolak balikkan halaman buku.

"Ndak. Uangnya cukup? Makanmu teratur opo gak?"

"Kayanya cukup, Pa. Iya teratur... Mama bilang Papa kurang istirahat? Jangan ya, Pa. Istirahatnya dibanyakin. Resto kan masih bisa diurus bawahan Papa."

"Bohong Mama mu iku. Istirahat e Papa kecukupen malah. Papa yo sungkan kalau titip terus ke bawahan." Jawab Papa rendah hati.

"Yowes. Juanda mungkin nanti pulang pas libur semester. Papa sama Mama titip apa?"

"Gak usah. Tapi pas sampe rumah, Papa mau evaluasi masakanmu. Alias masakin Mama sama Papa."

"Iyo. Kalau hasilnya bagus?"

"Yaudah bagus. Habis ini UAS. Kamu gak belajar?"

"Ya ini Juan sambil baca materi. Papa mau video call aja? Kalo iya sekalian ajak Mama."

"Gak wis. Kamu lanjut belajar aja. Video call nya kapan kapan. Belajar yang bener biar bisa nerusin bisnis Papa."

"Iya, Papa doain aja."

"Yowis."

"Iya." Sambungan telepon terputus.

Juanda ingin segera pulang, rindu kampung halaman dan kehangatan keluarganya. Juanda ini anak tunggal. Dari kecil hidup berkecukupan karena Papanya adalah pemilik restoran yang mendirikan cabang dimana mana. Juanda juga sangat merasakan bagaimana hangatnya keluarga, orang tuanya sangat menunjukkan apa itu rasa kasih sayang. Tapi semua itu tidak membuat Juanda lantas memanfaatkan kekayaan dan kepercayaan orang tuanya untuk hal hal tidak berguna. Justru kesuksesan Papanya menjadikannya pacuan agar bisa menjadi lebih sukses lagi.

Matanya terus bergerak ke kanan dan ke kiri. Memahami tiap kalimat yang tercetak jelas diatas buku materinya. Saat menemui kesulitan dalam belajar, Juanda akan menenggak segelas air putih dan melakukan inhale exhale.

Pintu kamarnya terketuk, "Masuk aja." Jawabnya dari dalam. Ternyata itu Julian, kakak tingkatnya yang sedang sibuk dengan bimbingan.

"Apa?" Tanya Juanda menengadah.

"Cari makan mau gak? Sama Dimas juga." Jawabnya sambil menarik satu kursi yang tersisa lalu duduk.

"Lah. ini kan waktunya lo yang masak, Bang." Tanya Juanda.

"Kompornya ga mau nyala. Kayanya perlu dibersihin dalemnya. Gue udah kontak ibu kos tapi katanya baru bisa besok." Jelas Julian. Juanda mengangguk paham.

"Oh yaudah. Gue ganti dulu kalo gitu." Juanda mengibaskan tangannya tanda agar Julian keluar.

Juanda mengganti kaosnya dengan yang lebih bersih, karena jujur saja, habis mandi tadi dia masih memakai baju yang sebelumnya. Dipadukan dengan celana jogger panjang menutupi mata kaki.

Saat Juanda keluar ternyata di ruang tamu sudah ada Dimas dan Julian yang tengah menunggu.

"Ayo." Ajak Juanda, tangannya ia masukkan ke saku celananya. Belum sampai luar rumah saja sudah dingin.

JUANDA | Jungwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang