15

238 56 16
                                    

Jangan lupa feedback nya ya ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa feedback nya ya ^^
.
.
.
.
HAPPY READING!

Juanda sibuk meledek Julian dan Dimas, mereka berdua batal wisuda tepat waktu. Ternyata selama ini mereka pamit mengerjakan skripsi malah keseringan belok untuk nongkrong dengan teman sepergaulan mereka. Oh iya, Julian dan Dimas sama sama anak jurusan Teknik Sipil.

"Keren, gue ga jadi ngekos sendirian."

"Makanya. Baik kita tuh, nemenin lo sampe wisuda." Sombong Dimas.

"Kok lo malah bangga sih, Dim?" Julian tidak habis pikir, sepertinya hanya dia yang nyaris gila karena gagal wisuda, menyesali kecerobohannya yang sering menunda nunda menyelesaikan tugas akhirnya.

"Gak bangga, Jul. Seenggaknya masih ada temen gagal wisuda."

----

"Lama gak keliatan, Nja." Sapa Julian dari sofa ruang tamu. Tiga bulan pacaran dengan Juanda membuat Senja makin akrab dengan Julian dan Dimas.

Senja duduk didekat Julian, "Iya kak. Sibuk bikin laporan, frustasi gue lama lama. Juanda mana?" Tanya Senja lalu meremas otot lengan Julian gemas.

"Lagi mandi. Tunggu aja, bentar lagi juga keluar."

Senja bersenandung mengandalkan suaranya yang sumbang, Julian sudah lelah mengeluh sakit telinga, keluhannya seringkali hanya ditanggapi tawa keras dari empunya.

Netra Senja menangkap kedatangan Juanda dari arah kamar mandi dengan kaos putih tipis dan celana pendek hitam, rambutnya basah dan berantakan, "Juan, sini deh. Aku mau cerita lagi." Senja melambai tak sabaran.

"Iya. Sambil di kepang?" Senja mengangguk.
Oh iya. Awalnya Senja kaget, Juanda sangat terampil dalam mengepang rambut, apalagi sejenis kepang tempel. Ternyata, saat Juanda baru masuk SMK, dia memiliki adik perempuan, dia belajar jenis jenis menghias rambut termasuk mengepang, seringkali rambut mamanya dijadikan sarana percobaan. Tapi Juanda harus ikhlas saat adiknya harus di ambil oleh Tuhan saat umurnya baru menginjak delapan bulan.

Sementara itu, Julian hanya menonton kemesraan keduanya.

Juanda mulai memainkan jarinya di tiap helai rambut Senja, "Cerita apa?" Tanyanya.

"Aku dapet surat tinta merah lagi." Jawab Senja. Sebulan belakangan dia selalu mendapat banyak teror. Seringkali berupa kertas dengan tulisan menggunakan tinta merah berisi ancaman dan makian.

"Lagi? Surat itu kamu nemu dimana?" Juanda menghentikan kegiatannya sejenak.

"Nempel di pintu. Aku penasaran, siapa yang iseng banget ngirimin hal hal gak jelas semacem itu."

"Isinya apa?"

"Kali ini agak frontal, Ju. Aku disuruh putusin kamu."

Juanda melotot, "Kok? Aku?"

JUANDA | Jungwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang