Ayah, Bunda, Nathan dan Nala

326 48 11
                                    

Satu minggu setelah pernikahan, Juanda membawa Senja ke Surabaya untuk menempati rumah hadiah pernikahan dari orang tuanya. Juanda berniat menolak, memilih kos dan menabung untuk membeli rumahnya sendiri tapi keinginannya ditolak oleh orang tuanya, karena apa kata orang jika putra tunggal pemilik restoran besar tinggal di kos kecil bersama istrinya. Tidak ada pilihan lain selain menyetujui kemauan orang tuanya, tapi dengan syarat Juanda akan membeli perabotan dengan uangnya sendiri, sedikit demi sedikit.

Tepat pukul satu dini hari Juanda terbangun dari tidurnya yang sejak awal kurang nyenyak karena Nathan dan Nala---bayi kembar mereka menangis bersamaan. Juanda menghampiri tempat tidur anaknya, mengajak bicara anaknya dengan mata yang setengah terbuka. Beberapa saat kemudian Senja ikut terbangun, "Ayah tidur aja." Katanya, mengambil japitan rambut dan menggulung asal rambutnya.

"Emang bisa gendong dua duanya? Ayo melek berdua sampe subuh." Ajaknya melambaikan tangan. Senja tersenyum. Masih setengah percaya memiliki anak kembar bersama Juanda.

Senja turun dari kasur dengan hati hati, "Nanti kerja jam berapa?"

"Aku off. Nanti aku boleh tidur sampe siang ya?" Rengeknya sambil menidurkan Nala digendongannya.

Tangannya terulur untuk bermain rambut Juanda yang berantakan turun menutupi dahi, "Boleh. Capek banget ya? Bangun nanti mau makan apa?"

"Apa aja."

Tangisannya sudah berhenti, tapi sepertinya Nathan dan Nala belum berniat untuk kembali tidur membuat Ayah dan Bunda nya mau tidak mau terjaga mungkin sampai pagi.

.

Seorang anak kecil asik bermain dengan krayon dan buku gambarnya dari siang sampai sore hari. Tidak menghiraukan apapun yang berada didepannya, fokus mengisi pola-pola dengan bermacam warna.

Senja menepuk pundak putrinya pelan sembari berbisik. "Cantik, mandi yuk. Ayah habis ini pulang." Katanya. Nala bahkan tidak mau makan jika ayahnya belum pulang.

"Nathan dulu aja." Jawab gadis empat tahun itu. Sering kali Senja kehabisan kata kata saat berbicara dengan kedua anak kembarnya karena sudah pandai menjawab dan mengutarakan pendapat mereka.

"Kamu bau loh, La. Ga malu ketemu ayah kalo bau gini? Mandi yuk, habis itu Nathan." Bujuk Senja tak kenal menyerah.

"Nathan dulu, bun. Nala mau sama ayah."

Senja menghela nafas pasrah, Nala susah sekali dibujuk. "Iya deh. Tapi itunya diberesin dulu, ayah gak suka berantakan." Tunjuknya mengarah ke buku gambar dan puluhan krayon Nala.

"Oke."

Senja pergi ke kamar putranya. "Bunda boleh masuk gak?" Ucapnya dengan mengetuk pintu kamar. Belum ada jawaban dari dalam, "Ganteng, bunda masuk ya?"

Senja menoleh pada Nala yang sedang merapihkan mainan seadanya, "Nala.. Nathan tidur ya?"

"Bunda ketok aja yang keras."

Nala gesit berlari ke depan saat mendengar suara mobil mendekat. Seakan hafal betul itu mobil milik siapa.

"Ayah!" Teriaknya gembira saat Juanda menurunkan kaca mobilnya. "Tunggu situ, Nala belum mandi ya?" Nala mengangguk membenarkan.

Juanda memarkirkan mobilnya di garasi bersama satu mobil lainnya. Turun dengan membawa beberapa kantong berisi makanan dan mainan baru untuk anak kembarnya.

Juanda dan Senja berdua memandikan putra putrinya. Tingkah jahil mereka membuat Ayah dan Bundanya keluar dengan keadaan basah kuyup. Bahagianya Nathan dan Nala sudah menjadi obat lelahnya sejak beberapa tahun belakangan.

Juanda memeras ujung bajunya yang kuyup, "Aku mandi dulu ya, bun." Katanya. Senja mengangguk, "Sabunnya di rak, tadi siang aku beli."

Nathan menggeliat kegelian saat Nala menggelitiki perutnya, "Nala jangan gitu ih, geli tau." Protes Nathan dengan tawa.

"Nathan gapernah main sama Nala." Katanya masih belum mau berhenti.

"Nala kan mainnya pake boneka barbie, masa aku juga." Balasnya.

"Nala, kasian Nathan. Pake baju dulu sini." Senja menarik tangan keduanya pelan dan mendudukkannya di karpet.

Setelah selesai mendandani buah hatinya, Senja membuatkan dua gelas susu untuk mereka.

Juanda keluar dengan rambut basah dan telanjang dada, mnegecup tulang pipi istrinya tiba-tiba. "Sayang, mandi sana. Aku aja yang bikin." Bisiknya.

"Pake baju dulu kamu, ih. Air rambutmu netes kemana mana, jadi licin lantainya. Yaampun." Pekik Senja gemas.

"Udah terlanjur. Siniin gelasnya, kamu mandi." Ucap Juanda tidak berdosa. Senja berdecih sebal membuat Juanda puas tertawa.

"Sini deketan, minum susu dulu."

"Ayah gak usah kerja. Biar Nala ada temen main." Oceh Nala setelah menyeruput susu hangatnya.

"Kalo ayah gak kerja, Nala sama Nathan mau makan apa? Kan bisa main sama Nathan."

"Aku gamau, Yah. Nala mainnya sama barbie." Sanggah Nathan.

"Kan bisa baca buku bareng sama bunda. Nathan jangan jutek jutek sama Nala, kasian." Tuturnya.

"Iya, Yah."

Sehabis Isya', Nathan meminta menonton kaset kartun yang baru dibeli ayahnya sore tadi. Juanda yang sudah mengantuk terpaksa menemani putranya menonton di ruang keluarga.

Baru setengah jam film diputar, tubuh kecil Nathan sudah merosot ke bahu ayahnya. Dengkuran kecil Nathan terdengar, Juanda tersenyum. "Nathan tidur?" Tidak ada jawaban.

Juanda menggendong Nathan masuk ke kamarnya bersama Nala. Menarik selimutnya sampai sebatas dada dan menaikkan suhu ruangan agar lebih hangat. Di kasur seberang terlihat Nala sudah tidur lebih dulu dengan boneka kucing besar dipelukannya.

"Pegel, bun." Keluhnya.

"Kamu sakit? Pucet loh. Aku ambilin obat aja ya?"

"Pengen dikerokin." Pintanya lalu mendadak membuka kaosnya dan duduk membelakangi istrinya.

Bukannya berdiri untuk mengambil koin dan minyak angin, Senja malah memeluk punggung Juanda erat. Menciumi pundak suaminya berkali kali.

Juanda kegelian, "Kenapa ini?" Tanyanya bingung.

"Kangen."

"Besok aku libur, mau jalan kemana sama anak anak?"

"Gimana kalo belanja bulanan? Pulangnya sekalian ngajak Nathan Nala main."

Juanda berbalik berkata, "Setuju." Lalu mencium pipi kanan dan kiri Senja.

Istrinya mulai kehabisan nafas, "Jadi kerokan gak nih?"

"Ya jadilah??"

END

Maaf kalau ada beberapa bagian yang typo dan gak nyambung dan bikin sebel. Sejujurnya aku mager buat baca ulang dan revisi haha.

Sekali lagi makasih banyak buat kalian semua yang baca sampai bagian ini. Sebenernya setiap kali aku habis nge-publish bagian baru, aku gaberani ngecek feedback yang masuk, tapi vote dan comments dari kalian nge-boost mood aku banget.

Keluarga kecil Juanda juga ngucapin makasih buat kalian 😳

Sampai jumpa di project selanjutnya (kalau ada) 💚

JUANDA | Jungwoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang