Julia duduk di taman didepan fakultas bersama ketiga temannya termasuk Senja. Senja lebih sering melamun daripada biasanya. Cekcok nya semalam dengan Juanda sungguh menjadi beban pikirannya.
Julia daritadi berbicara dengan Yudha lewat sambungan telepon. Suaranya ia pelankan agar tidak terlalu didengar Senja.
"Juanda disana ngapain aja? Senja diem mulu dari kemaren. Aku takut kenapa napa." Tanya Julia.
"Ini cewe temen kamu kan, sayang? Sumpah, freak banget aku jadi ngeri."
"Hah? Freak gimana? Cerita coba."
"Juanda dari kemaren udah kaya nyesel banget abis ketusin Senja, niatnya mau nyusulin Senja terus biar aku yang disini. Cewe ini malah nangis kenceng banget. Maunya dideket Juanda terus, makan minta Juanda yang suapin."
"Serius kamu? Gagar otak emang?"
"Waras kok, mungkin emang freak dari sananya sih. Gak bohong, dia daritadi nempel terus ke Juanda. Juanda udah berusaha ngehindar tapi ini cewe deket deket mulu. Jangan bilang ke Senja takut makin ngamuk."
"Anjing emang. Pengen gue jambak."
"Juanda juga dari kemaren belum pulang, belom ganti, baru makan pas aku beliin nasi goreng tadi pagi."
"Sakit jiwa parah. Kamu gak kuliah?"
"Gak tega ninggalin ini anak disini sendirian sama cewe aneh kaya gini. Ini juga Juanda terpaksa titip absen ke temennya."
"Udahan dulu ya. Kamu temenin Juanda terus disana, takut Mia makin yang engga engga nanti."
"Ya, Bye."
Julia duduk menghadap teman temannya. Ara dan Kiara sejak tadi berusaha mengajak ngobrol Senja agar tidak terus melamun, tapi yang didapat hanya respon tawa hambar.
"Nja, lo jangan gini dong elah. Gak akan mati bertengkar sama pacar tuh." Ara menggoyang goyangkan pundak Senja pelan.
"Tau lah kesel juga makin dipikirin. Gue mau balik duluan aja." Senja beranjak dari kursi taman yang dibuat dari semen menyerupai batang pohon itu.
"Gue anter sini." Tawar Julia.
"Makasih. Tapi gue lagi pengen sendiri."
"Bawa motor?"
"Engga, naik ojek aja gue. Lo pada kenapa sih, mukanya ngeri banget gak biasanya."
"Sarab, kita tuh khawatir sama lo. Diem mulu daritadi, malah kita yang lo katain." Maki Kiara kesal.
"Hahaha santai aja, gue kesel aja. Gatau cara baikannya gimana. Makasih btw. Gue balik dulu ya. Dadah dayang dayangku."
"Anjir gak tuh, ngeselinnya balik lagi." Cibir Ara.
Senja berjalan gontai di trotoar. Belum berniat memesan ojek online seperti katanya tadi. Masih menikati kesendiriannya dan sibuk berpikir bagaimana caranya baikan dengan Juanda. Banyak merasa menyesal sempat mengabaikan panggilan telpon dari Juanda semalam.
Senja berjengit saat klakson motor berbunyi dari belakangnya. Senja menoleh, siapa sebenarnya pemilik motor yang tidak sopan membunyikan klakson tiba tiba didekatnya.
"Ngelamun aja." Kalimat pertama yang didengar Senja dari Chandra---oknum yang membunyikan klakson motor.
"Gak sopan banget." Senja mencebik kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUANDA | Jungwoo ✓
Fiksi PenggemarSeutas panjang kisah pertemuan yang klise dan membosankan. Awal pertemuan dan awal pacaran yang kelihatannya 'mudah'. Tapi apapun didunia ini tidak mungkin akan berjalan dengan mulus terus menerus. Sanggupkah mereka berjuang hingga saat bahagianya...