Seven - Tak Diharapkan

2.4K 196 2
                                    

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu olehnya. Seokjin telah berpakaian rapih dengan setelan jas nya, sambil diberi sedikit make up. Sedangkan Jungkook disampingnya memakai kaos olahraga dengan jeans santai karena menjadi Ketua Acara sekaligus penanggungjawab.

Ya, hari ini HUT Sekolah mereka. Seokjin sedang bersiap untuk perform, sedangkan Jungkook sudah lelah karena sejak pagi ia berkeliling sekolah sambil membantu menyiapkan acara dan melakukan pengecekan ulang. Kini ia masuk ke ruangan Seokjin di belakang panggung utama acara musik karena penasaran dengan penampilan adiknya itu.

"Whoaa Jinnie... Kenapa kau begitu tampan?" Sapa Jungkook dengan mata berbinar.

"Hyung! Kau jangan sampai sakit lagi!" Seokjin tiba-tiba khawatir karena wajah Jungkook terlihat kelelahan dan kusam.

"Ah jangan khawatirkan aku! Ketua OSIS tentu orang yang kuat! Aku ingin melihat dirimu yang seperti pangeran." Puji Jungkook.

"Ahh aku gugup hyung."

"Tenang saja." Jungkook mencubit pipi Seokjin. "Aku percaya padamu karena kau sudah berlatih sangat keras."

"Gomawo hyung."

"Ah aku harus ke GOR! Untuk mengecek sesuatu!" Jungkook melesat pergi dari ruangan itu.

.
.
.
.
.

yoongi baru saja datang sebagai promotor di sekolah itu. Dia langsung melesat ke ruangan Seokjin sesuai petunjuk dari Jungkook untuk menyemangati adiknya itu. Yang lainnya juga berjanji akan datang ketika penampilan Seokjin. Meskipun Seokjin sudah bilang tidak perlu memaksa untuk datang. Tapi para hyung bertekad untuk menontonnya dan ingin melihat bagaimana adiknya akan menang. Seokjin terharu saat mereka berjanji pada Seokjin untuk datang menonton pertunjukannya. Bahkan semuanya sampai janji jari kelingking.

"Seokjin-ah." Panggil Yoongi.

"Hyung! Kau yang pertama datang ternyata."

"Ah meskipun cuek aku juga sebenarnya memperhatikanmu tuh!" Kata Yoongi sambil memberikan satu kantong plastik berisi tiga karton susu pisang.

"Iya deh, Yoongi hyung yang care. Terima kasih susu pisangnya." Ujar Seokjin terkekeh.

"Iya. Itu agar kau semangat tampil. Kapan giliran kau tampil?" Tanya Yoongi.

"Aku yang ketiga. Satu jam lagi sepertinya." Jawab Seokjin lalu meminum susu pisang dengan mata berbinar.

"Arraso." Yoongi mengangguk. " Jangan gugup dan tetap tenang ya. Sebaiknya aku kedepan dan menunggu yang lainnya berkumpul." Ujar Yoongi lalu meninggalkan adiknya.

Setelah kurang lebih satu jam, akhirnya ini giliran Seokjin maju ke panggung. Suara MC sudah memanggil namanya sebagai juara umum kompetisi piano bergengsi internasional. Ketika ia mengangkat kakinya keatas panggung ia sangat malu sampai wajahnya memerah. Riuh tepuk tangan mengiringinya berjalan ke arah piano. Ia juga mendengar banyak suara yang memanggil namanya. Ada suara wanita yang tampak familiar, seperti suara yang ia rindukan. Namun Seokjin bertekad untuk fokus.

Akjirnya Seokjin menekan tuts piano itu. Sebisa mungkin tempo yang diciptakan disesuaikan dengan emosi pada lagu itu. Butterfly dari Bitieshe adalah lagu kesukaanya. Ia mengerahkan seluruh kemampuan yang sudah ia perdalam selama latihan. Sekitar tiga menit dia memainkan pianonya, dan akhirnya lagu itu selesai. Riuh tepuk tangan dan sorakan mendukung membuat Seokjin semakin gugup namun lega karena sudah berjuang. Ia menatap sebentar penonton yang bersorak dan ada yang melompat-lompat. Dari atas panggung Seokjin bisa melihat enam hyungnya yang terlihat sangat bangga. namun di sisi lain kursi penonton, ia bisa menangkap jelas sosok wanita itu. Dia berteriak paling heboh dan melambaikan tangannya.

Deg.

Itu Eomma.

Raut wajah Seokjin langsung berubah. Tidak sumringah lagi dan berubah menjadi datar seketika. Ia lalu menyadari bahwa dirinya harus turun dari panggung meskipun dia sempat mematung lima detik.

Keenam hyungnya bingung melihat perubahan sikap Seokjin di panggung. Wajahdan ekspresi yang tidak pernah terlihat sebelumnya. Kemudian mereka berenam menoleh mengikuti pandangan Seokjin yang membuatnya mematung. Dan mereka seketika juga merubah ekspresi mereka.

Seokjin akhirnya masuk ke ruangan wardobe dan duduk menyendiri di sofa pojok ruangan sambil pikirannya menerawang. Dia sadar dia tidak salah lihat. Itu nyata. Namun sulit dipercaya eomma datang di acara seperti ini. Seokjin langsung menenggak sebotol air mineral sampai tinggal seperempatnya. Bayangan masa lalu menghampirinya lagi seketika. Perasaan yang sepertinya tidak mungkin untuk memafkan.

.
.
.
.
.

Disinilah mereka berenam. Di taman belakang sekolah. Jungkook bahkan ikut berkumpul dan menyerahkan tugasnya pada wakilnya meskipun ini event besar sekolah, karena hyungnya menyuruh untuk ikut. Setelah penampilan Seokjin bermain piano, Eomma menemui mereka berenam meskipun anak-anaknya tidak ada keinginan untuk bertemu dengannya. Semua laki-laki itu hanya bersikap datar di depan Eomma nya.

"Yoongi-ah... Kau sekarang tampak semakin dewasa dan matang. Meskipun masih dingin"

Yoongi hanya tertunduk.

"Namjoon-ah... Eomma yakin kau sekarang lebih bertanggungjawab atas apa yang kau rusak."

Namjoon menggigit bibirnya.

"Hoesok-ah... Wajah ceria mu masih terpancar jelas."

Hoseok membuang muka.

"Jimin-ah... Kau masih manis dan pesonamu semakin kuat."

Jimin hanya mengepalkan tangannya.

"Taehyung-ah... Kau tidak menjahili saudara-saudaramu lagi kan?"

Taehyung membuang pandangannya.

"Jungkook-ah... "

"Eomma, aku rasa cukup." Jungkook memotong kalimat eomma.

"Kau terlihat tegas sekarang, namun masih kekanak-kanakkan." Sambung eomma.

"Apa yang membuat Eomma menemui kami?" Tanya Yoongi dingin.

Eomma menghela nafas berat. "Kau tidak pernah mengangkat telepon dariku Yoongi. Eomma pikir ada sesuatu yang salah terjadi."

"Sesuatu yang salah memang sudah terjadi sejak awal, Eomma." Tukas Yoongi.

"Eomma sudah yakin dari awal anak-anak eomma sendiri pasti tidak akan menyambut baik kedatangan eomma."

"Apa yang eomma inginkan?" Tanya Jungkook to the point.

"Eomma... ingin kembali kepada kalian. Khususnya Seokjin.

Yoongi hanya memasang smirk-nya. " Apa itu ada gunanya sekarang?"

Eomma terdiam.

Yang lainnya juga hanya bisa terdiam. Masing-masing sudah tau perasaan yang tersembunyi ini. Rasanya perbaikan seperti apapun tidak akan cukup. Atau bahkan malah menambah sakit hati mereka. Semua usaha terasa sia-sia. Bahkan seharusnya tak ada yang perlu dilakukan supaya semuanya tampak baik-baik saja.

Tiba-tiba Jungkook bangkit hendak meninggalkan suasana kacau ini. "Hari ini tentu aku sangat sibuk. Sebaiknya aku produktif."

Namun tangan Namjoon menahan Jungkook. "Jungkook-ah... Tolong perhatikan etikamu. Di depan orang tua."

Jungkook berbalik dan menghela nafas panjang. "Aku pamit undur diri sebentar karena banyak hal yang harus kuurus. Terimakasih."  Katanya sambil membungkuk sembilan puluh derajat didepan eomma. Kemudian ia pergi dari taman itu, meninggalkan eomma yang menatapnya sedih.

"Bukankan sebaiknya kita pergi juga? Aku lapar." Ujar Taehyung jujur.

"Tentu! Kita kesini untuk bersenang-senang dan menantikan kemenangan Seokjinie kita. Bukan untuk hal yang merusak suasana seperti ini." Kata Jimin dan semuanya mengangguk.

"Ah... Eomma juga belum makan. Sebaiknya kita... "

"Tidak! Kami akan sangat berterima kasih jika Eomma tidak makan bersama kami." Kata Yoongi dingin.

.
.
.
.
.

tbc

Seokjinie and Six BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang