Seventeen - New Home

1.6K 158 10
                                    

Yoongi sudah selesai membereskan kamar untuk Seokjin. Apartemen ini hanya ada empat kamar. Untuk satu kamar harus ada dua orang. Semuanya berebut untuk satu kamar dengan Seokjin bahkan dengan alasan yang tidak masuk akal.

"Jinnie!" Jungkook memanggil dari arah dapur dengan segelas susu, lalu menghampiri Seokjin yang sedang membaca komik koleksi Yoongi Hyung di ruang tengah.

"Kenapa berteriak Kookie Hyung..." Seokjin protes dengan pouting di bibirnya yang manis.

"Malam ini tidur bersamaku. Bagaimana?" Ujar Jungkook sambil menyodorkan segelas susu kepada Seokjin.

"Ya! Jungkook-ah!" Taehyung langsung mendekat ke ruang tengah. "Keadaanmu belum sepenuhnya pulih. Sebaiknya tidur sendiri saja!" Taehyung mengeluarkan alibinya.

"Tapi justru supaya Jinnie bisa menjagaku, hyung!" Protes Jungkook.

"Menjagamu bagaimana? Seokjin juga lelah. Tak mungkin bisa menjagamu. Pikirkanlah perasaan Seokjin juga. Ya kan, Jinnie?" Taehyung lagi-lagi beralibi sambil menatap Seokjin lalu mengerlingkan sebelah matanya. Membuat Seokjin memasang ekspresi heran.

"Alasan apa itu Taetae hyung! Aku duluan yang mengajaknya tidur bersama malam ini." Tegas Jungkook dengan sorot tajam.

"Apa yang kalian perebutkan?" Jimin datang dan langsung merangkul Seokjin dan bersandar pada dada Seokjin. "Seokjin akan lebih nyaman tidur denganku. Aku lah yang tidurnya paling tenang. Tidak seperti kalian yang primitif saat tidur."

Seokjin tertawa mendengar ucapan Jimin. "Benar juga. Kookie dan Taetae Hyung seperti manusia jaman purba ketika tidur... hahahahahhaa... "

"Andwe!" Kata Jungkook.

"Omong kosong!" Taehyung menggerutu.

"Jadi, Seokjinnie akan tidur bersama Jiminnie kan?" Jimin menatap Seokjin hangat penuh harap.

Seokjin mengerjap beberapa kali karena bingung. Tak bisa memutuskan. Sebenarnya bukan pertama kali mereka berebut tidur dengan dirinya. Tapi kenapa setelah berbulan-bulan tidak terjadi seperti ini, kejadiannya bisa terulang lagi?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Satu tegukan expresso berhasil ia telan. Meskipun kepalanya tetap merasa pusing ditambah perasaanya tidak pernah bisa tenang hari ini. Eomma masih menatap layar ponselnya. Sedangkan Appa disampingnya, berusaha menyusun rencana.

"Aku harus menghubungi Seokjin." Keluh Eomma.

"Aku sudah bilang padamu, waktunya tidak tepat. Mereka pasti sangat terpukul terlebih Seokjin. Kita harus menahannya sampai semua bisa dijelaskan dengan gamblang."

Sejak awal Yoongi angkat kaki dari rumah, Eomma sudah tidak tahan untuk menghubungi Seokjin. Tapi Appa berkata itu bukan tindakan yang tepat. Karena Yoongi pasti akan menjaga Seokjin dan tak akan memberikan Seokjin begitu saja pada orang tua nya sendiri. Ini seperti perang antara anak dan orang tua yang tidak bisa dihindari.

Kini Appa dan Eomma sedang berada di ruang meeting untuk bertemu langsung dengan Tuan Lee Zai. Hal ini akan membuat diskusi secara kekeluargaan dan kesepakatan.

Tak lama kemudian seseorang dengan setelah kemeja bergaris datang memasuki ruangan meeting itu. Sedikit menunduk, Tuan Lee Zai memberi salam. "Selamat sore."

Mereka bertiga duduk dengan wajah yang agak tegang namun dibuat tenang. Karena Eomma dan Appa tahu, Tuan Lee Zai cukup kuat akan relasinya. Pebisnis yang tidak diragukan lagi kemampuannya ini, bisa dibilang berbahaya. Bahkan memiliki relasi pada tingkat pemerintahan.

"Aku tidak akan berlama-lama." Ujar Lee Zai. "Ada hal yang tidak bisa kuterima, Sora."

Eomma menatap Lee Zai dengan tatapan tak mengerti. "Tentu kau tidak bisa sembarangan menilaiku."

Seokjinie and Six BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang