Sixteen - Sementara

1.6K 166 8
                                    

Tujuh belas tahun silam, dimana keadaan masih kacau balau ketika Eomma mengandung Seokjin. Yoongi, sebagai anak yang paling dewasa mampu mengingat sebagian besar kenangan waktu dulu.

Awalnya ketika USG kandungan pertama kali itu dinyatakan perempuan. Semuanya sangat bahagia. Appa jadi sangat berhati-hati dalam menjaga Eomma. Bahkan menuruti segala kemauan Eomma. Sebisa mungkin secepatnya dituruti. Yoongi masih ingat Appa sampai harus pergi ke kantor dengan setelan jas warna pink cerah karena Eomma yang minta. Bahkan hari itu ada meeting penting tapi Appa tetap menurutinya.

Mereka juga mengadakan pesta camping seharian di halaman belakang rumah. Appa yang sepenuhnya memanggang daging nan lembut dan renyah itu, demi kita semua. Malam itu sangat indah.

Hingga ketika USG kembali bulan kelima, dokter menyatakan itu laki-laki dan sudah berubah dari sebelumnya. Ekspresi Appa berubah sedih. Appa merasa kecewa dengan takdir dan memilih pergi begitu saja ke Paris dengan alasan mengembangkan bisnis.

Orang tua Appa sangat mengharapkan kehadiran cucu perempuan. Terlebih Appa adalah anak satu-satunya di keluarganya. Appa terpukul dan merasa tertekan sehingga menjadi gila kerja lalu memutuskan untuk pergi ke Paris. Namun Appa benar-benar tidak kembali lagi ke rumah sejak saat itu.

Eomma menunggu hingga dua bulan dan Appa benar-benar tidak kembali. Bukan hanya itu, Appa bahkan tidak memberikan kabar apapun kepada Eomma. Sampai di titik jika ingin menghubungi Appa harus melalui staff nya yang dipercaya.

Eomma sangat tertekan dan merindukan Appa. Tapi di sisi lain, Tuan Lee Zai yang dianggap sebagai orang kepercayaan bisnis Eomma, datang kepada keluarga Kim, bagaikan angin segar. Statusnya sebagai mantan kekasih Eomma yang belum menikah, namun punya segudang bisnis juga, ia senantiasa menemani Eomma. Dia selalu ada ketika Eomma membutuhkan. Tuan Lee Zai bersikap sangat baik meskipun mengaku tidak mencintai Eomma lagi.

Dia mengaku sikapnya ini hanya sebagai sahabat. Terlebih Tuan Lee Zai benar-benar menemani masa kehamilan tua Seokjin. Tuan Lee Zai mengaku sudah menyayangi Seokjin sejak dalam kandungan seperti anaknya sendiri. Dia menuruti kemauan Eomma dan bayinya.

Dia selalu siap sedia menemani Eomma Check up kandungan. Bahkan menemani Eomma berbelanja kebutuhan bayinya. Sampai-sampai membantu pekerjaan bisnis Eomma disini, sebagai kedudukannya yaitu pemegang saham terbesar di perusahaan Eomma.

Karena kedudukannya itu pun, Eomma sangat berhutang budi padanya. Tuan Lee Zai adalah pebisnis sekaligus relasi kuat yang keluarga Kim punya. Sangat tidak etis jika menolak kemauannya.

Namun permintaannya ini sudah termasuk diluar nalar. Hal ini seharusnya tidak bisa menggoyahkan hak asuh Seokjin. Tapi tentu bisa menggoyahkan bisnis sekaligus nama baik keluarga Kim yang telah dijunjung tinggi saat ini.

Yoongi tidak bisa menahan amarahnya lagi. Toh sekarang orang tuanya lah yang membuat semuanya berantakan. Dirinya dan Namjoon bahkan bisa mencukupi semua kebutuhan adik-adiknya dengan penghasilan mereka yang sekarang cukup tinggi.

Jika harus mengambil resiko tinggi, Yoongi yakin telah siap. Ia berjanji akan mengorbankan segalanya demi adik-adik nya yang berharga.

"Ayo pergi dari sini!" Kata Yoongi tegas ketika tadi mendapat penjelasan dari pengacara pribadi Eomma mengenai Tuan Lee Zai.

Eomma bangkit dari kursinya lalu menghampiri Yoongi. "Apa maksudmu, Yoongi-ah?"

"Ini bukan tempat yang aman untuk Seokjin. Keluarga ini sudah amat buruk bagi kehidupan Seokjin. Bahkan hampir menghancurkan mentalnya!" Ujar Yoongi tegas, tak peduli di depannya ada pengacara pribadi Eomma yang mendengar.

"Hyung... " Ujar Namjoon ragu. "Kau ingin kita semua pergi?"

"Ya. Tentu. Kita harus pergi dari keluarga brengsek ini yang telah tega mengesampingkan anak-anaknya demi bisnis semata. Bahkan membiarkan orang lain dari masa lalu masuk ke dalam ranah keluarga kita dan membiarkannya membeli saham besar di perusahaan keluarga!" Yoongi berkata keras dengan bergetar.

Semua yang ada di ruangan itu hanya terdiam sambil memijat kepala setelah Yoongi melontarkan kalimat fakta dengan sangat lugas namun menusuk hati.

Namjoon tahu pertahanan Yoongi untuk tidak menangis sudah sekuat tenaga dikeluarkannya. Hingga akhirnya Namjoon mengangguk paham dan berjalan keluar perlahan menuntun Yoongi. "Kami permisi." Namjoon membungkukkan badan tapi tidak dengan Yoongi.

Eomma seketika berlari dan menangkap lengan Yoongi. "Yoongi-ah! Aku tidak ingin berpisah dengan Jinnie lagi." Ujar Eomma dengan suara parau dan memohon. "Aku mohon..."

Hal itu tidak membuat gentar keyakinan Yoongi untuk pergi. Ia melepaskan cengkraman tangan Eomma, lalu tetap berjalan keluar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hyung. Aku sudah dewasa. Aku tidak perlu menghindari permasalahan. Aku akan menghadapinya." Keluh Seokjin pada Taehyung disampingnya.

Kini mereka berempat sudah di apartement yang cukup mewah milik Yoongi. Jimin, Jungkook dan Hoseok sedang membereskan barang-barang. Apartement yang biasanya Yoongi sewakan namun sekarang sedang kosong sudah dua bulan lebih. Dia bekerja sangat keras dan membeli ini semua untuk investasi. Namun keadaan seperti ini harus mereka hadapi.

"Seokjinnie..." Panggil Taehyung dengan lembut, membuat Seokjin menoleh. "Tidak semua masalah bisa langsung kita hadapi pada saat itu juga. Semuanya membutuhkan proses. Kita juga harus menunggu proses yang sedang berjalan sekarang. Percayalah, kita semua ingin keadaanya baik-baik saja. Namun kita memang belum dapat titik terangnya."

Seokjin menghela nafas. "Apa semua masalah selalu ada titik terang? Kenapa aku merasa tidak menemukan keterangan apapaun?"

Taehyung jadi gemas sekaligus kasihan melihat Seokjin yang dilema seperti ini. Ia yakin anak seperti Seokjin hanya mengharapkan kasih sayang orang tua yang sejak lama tak pernah ia rasakan.

"Jinnie..." Pelukan hangat langsung Seokjin dapatkan dari Taehyung. "Kita akan kuat." Hanya itu yang bisa ia katakan sekarang.

Tak lama berselang suara pintu terbuka terdengar, dan terlihat Yoongi dan Namjoon datang. Dengan wajah lesunya, mereka langsung duduk di samping Seokjin yang sedang di peluk Taehyung.

"Oh! Kau sudah datang hyung!" Seru Jimin.

"Baiklah, kita sekarang sudah bertujuh disini. Kita sudah lengkap." Hoseok baru muncul dari dapur.

"Seokjinnie, ada apa?" Tanya Namjoon yang duduk disampingnya.

"Namjoon hyung, apa sudah menemukan titik terang? Jinnie takut, kita tak pernah menemukannya. Apa nanti hidup ini akan selalu gelap jika tidak menemukannya?" Kalimat itu mengalir begitu cepat dan sukses membuat ketiga hyungnya bingung.

"Taehyung-ah, apa yang kau katakan?"

"Seokjin-ah, apa Taehyung mengatakan hal yang tidak kau pahami?" Namjoon menyelidik dengan tatapannya yang hangat pada Seokjin.

"Kata Tae-tae hyung, semua masalah harus mendapatkan titik terangnya." Ujar Seokjin polos.

Namjoon langsung terkekeh dengan wajah yang menghangat diikuti dengan elusan lembut pada kepala adik bungsunya itu. "Ya... suatu saat kau pasti mengerti, Jinnie." Hatinya berteriak bagaimana bisa seorang Kim Seokjin bisa semenggemaskan ini dan berhasil membuat hatinya yang sedang panas menjadi luluh seketika?

"Seokjin-ah, jadilah kuat." Yoongi berbicara serius sambil menatap adik bungsunya yang sedang lesu.

Seokjin mengangguk gemas. "Taetae hyung sudah bilang aku akan kuat. Meskipun aku belum sepenuhnya mengerti."

"Baiklah. Untuk sementara waktu kita semua akan tinggal disini." Ujar Yoongi serius. Selanjutnya ia menjelaskan rencana kedepannya demi mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.

tbc
...........

Yup!
Akhirnya update lagi💜💜💜
Seneng rasanyaaaa💜💜💜💜

Seokjinie and Six BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang