26

633 87 2
                                    

Seokjin kini termenung sendirian di bawah langit yang cukup mendung gelap. Area parkir itu sangat lengang. Ia menunggu Namjoon menjemputnya di sekolah. Sedangkan Jungkook ada kegiatan OSIS yang harus diurus sehingga ia akan menginap di sekolah bersama beberapa para anggota OSIS.

Alasan kenapa dia tidak membawa mobil Jungkook pulang seperti biasanya ketika Jungkook sibuk OSIS adalah karena Jungkook sendiri yang memintanya. Dia bilang pasti ada keperluan keluar masuk sekolah hingga sepertinya Seokjin tidak bisa meminjam mobil Jungkook untuk pulang. Seokjin sempat protes akan hal itu. Namun dia juga sangat maklum. Toh Namjoon hyung yang seperti malaikat penolong selalu berusaha membantunya.

"Belum pulang ternyata."

Seokjin menoleh pada arah suara pria yang tidak asing di telinganya. Namun sesaat kemudian melengos malas.

"Jin-ah, tadi itu kita dapat kelompok acak yang sama di tugas sastra. Sebenarnya aku sedikit bingung dengan konsep yang dijelaskan Mr. Oh di bagian puisi random. Haruskah kita membuat video ilustrasinya?"

Seokjin mendengus malas. "Kau bisa tanya anggota kelompok lain, Ken."

Pria itu yang ternyata Ken hanya menggeleng. "Aku tak yakin dengan yang lain. Jelas kau lebih pintar dibanding anggota lainnya."

Seokjin bangkit dari tempatnya duduk lalu menatap Ken tajam. "Kau mau apa, Ken? Jangan memanggilku dengan sebutan 'Jin-ah' lagi. Kita tidak di masa SMP lagi." Kata Seokjin sambil memutar bola mata nya malas.

Seokjin memperingatkan dengan nada tegas soal panggilan untuk teman dekatnya sewaktu SMP. Dan untuk saat ini sudah tidak ada lagi yang memanggilnya seperti itu. Entah kenapa Seokjin merasa risih jika itu Ken yang memanggilnya. Seokjin merasa bahwa mereka tidak sedekat itu.

Ken mendengus kesal. "Wae? Kau seperti sangat menjauhiku ketika tahu aku diadopsi oleh pria pengusaha itu. Bahkan firasatku semakin kuat ketika Jungkook bertanya padaku tiga hari yang lalu. Apakah diadopsi oleh saingan bisnis keluargamu adalah kesalahan?"

Nafas berat Ken naik turun, merasa dirinya terkhianati dan membuat kesalahan yang besar.

"Ini bukan kesalahanmu. Aku hanya... Melindungi diriku." Jawab Seokjin dengan kaku.

"Kau sadar hal itu, Seokjin. Tapi kau seperti enggan berinteraksi denganku. Kita tetaplah teman meski keluarga kita bersaing!" Ken menegaskan. "Aku tak pernah berharap diadopsi oleh orang kaya ataupun pesohor negeri ini. Aku bahkan tak berharap apapun tentang orang tua sambung! Hal ini ku terima karena aku merasa aku pantas bahagia bersama orang tua seperti anak lainnya! Bukan kah itu hak ku, Seokjin!" Ken mulai menaikkan nada bicaranya.

Mata Seokjin mulai berkaca-kaca. Hati nya sakit namun juga gelisah karena takut akan sikap Ken yang seperti ini. Ingatannya kembali pada malam ketika Jungkook menghampiri kamarnya kemarin malam.

"Jinnie-ah..."

Seokjin otomatis menoleh melihat Jungkook masuk lalu duduk di samping ranjangnya.

"Ku sarankan jangan berinteraksi dengan Ken. Dia seperti menyembunyikan sesuatu. Aku memperhatikannya dua hari ini. Dia lebih banyak memperhatikanmu lalu setelah itu mengirim pesan pada seseorang di ponselnya. Aku pernah memergokinya yang sedang melihatmu lekat dalam jarak dua meter. Namun tangannya pun sibuk mengetik. Ketika aku sengaja melewatinya dengan berpapasan, aku berhasil melihat layar ponsel nya. Dan menampilkan room chat Tuan Lee Zai."

Seokjin yang mendengar hal tersebut sontak kaget dan tak bisa berkata apapun selain reaksinya yang refleks mencengkrang tangan Jungkook dan membulatkan bola matanya dengan lebar.

"Uhh... Hyung, aku takut." Kata Seokjin gemetar.

Jungkook mengusak rambut Seokjin dengan lembut. "aku pasti melindungimu sebisa ku, Jinnie. Jangan khawatir, ne..." ucapan Jungkook cukup sedikit menenangkannya.

Seokjinie and Six BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang