Eighteen - Protect

1.8K 177 15
                                    

Yoongi dan Taehyung sedang bermain game dengan tenang di ruang tengah. Hoseok tiba-tiba datang dengan membawa cemilan manis sambil mengunyah. Namun pikirannya tidak bisa berbohong. Banyak hal yang ia pikirkan saat ini.

"Yoongi hyung." Panggilnya dengan nada serius. "Apa kau tahu rencana Tuan Lee Zai?"

Yoongi menghentikan permainannya dan menoleh. "Tentu tidak jauh dengan urusan bisnis."

Hoseok menggelengkan kepala. "Tapi dia yang terlihat sangat tulus ketika merawat Eomma saat hamil."

Taehyung tiba-tiba menoleh dengan raut serius. "Aku ingat, hyung. Dia menangis di luar ruang persalinan ketika Eomma berhasil melahirkan Seokjin dengan selamat. Tapi dia tidak sanggup untuk masuk ke ruangan meski sudah Appa izinkan saat itu."

"Ya. Aku ingat dia memilih pergi begitu saja dan berpesan pada Appa untuk membahagiakan Seokjin dan Eomma." Sambung Hoseok.

Mereka semua mengenal Tuan Lee Zai dan pernah bertemu dengannya. Meskipun tidak dekat karena Appa mereka terang-terangan melarang untuk tidak berurusan dengan Lee Zai, mereka sangat paham siapa Tuan Lee Zai, kecuali Seokjin. Karena setelah Seokjin lahir, Appa yang paling memproteksinya untuk tidak pernah bertemu dengan orang itu. Tapi Seokjin pernah mendengar cerita dari para Hyung tentang siapa Tuan Lee Zai.

"Apa kalian menganggap Tuan Lee Zai jahat?" Tanya Jimin yang ternyata sedari tadi menyimak pembicaraan.

"Aku tak yakin." Jawab Taehyung.

"Tapi jika bukan karena beliau, kita tidak pernah tahu bahwa Eomma memalsukan identitasnya selama berkarier, dan mengaku tidak mempunyai anak." Ujar Jimin.

Hoseok terkekeh sedih. "Kenyataan pahit. Kita ini siapa di depan orang yang melahirkan kita?"

"Jadi kalian lebih percaya Tuan Lee Zai dibandingkan orang tua kita sendiri?" Yoongi bertanya menyelidik.

"Yoongi Hyung, Kita butuh kejelasan disini. Tidak mungkin kita selamanya kabur bersembunyi disini." Kata Hoseok.

Yoongi mendecak lalu menatap Hoseok dengan hangat. "Hoseokie... Jangan khawatir. Hyung akan segera mencari solusinya."

Lalu mereka hanya terdiam memandang Yoongi yang serius. Entah rencana apa yang sedang disusun oleh Yoongi. Tapi Yoongi tidak akan pernah tinggal diam di dalan masalah. Dia selalu punya rencana di balik rencana yang tidak bisa dibayangkan oleh siapapun.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Namjoon bersumpah bahwa dirinya tidak melakukan apapun pada adik bungsunya yang kini sedang terkulai lemas karena demam tinggi yang tiba-tiba menyerang. Ini pukul empat pagi. Tapi Seokjin mulai meracau dan tubuhnya tidak bisa terlelap tenang. Namjoon awalnya tidak menyadari hal itu, dan mengira Seokjin mimpi buruk. Kemudian ia mengelus punggung Seokjin namun yang ia rasakan adalah suhu tubuh adiknya yang tinggi.

Akhirnya ia langsung membuka lebar matanya dan rasa kantuk menghilang seketika. Namjoon langsung berlari ke dapur kemudian mengambil handuk wajah dan menyiapkan untuk kompres. Namjoon tahu jika seseorang demam tinggi, itu harus selalu dijaga karena nyawa adalah taruhannya.

Namjoon membenarkan posisi kompres pada dahi Seokjin dengan lembut. Ditatapnya wajah Seokjin yang sedikit pucat. Membuat Namjoon semakin cemas.

"Hyung..." Seokjin meracau dalam tidurnya.

"Seokjin, sebaiknya bangun. Kau mimpi buruk?" Namjoon menepuk pelan wajah Seokjin sambil menggoyangkan bahunya.

Tak lama mata manis itu terbuka dengan sayu. "Hyung..." ucapnya lemah. Namun dua detik kemudian air matanya menetes.

Seokjinie and Six BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang