Kenzie membuka matanya berat, hari masih tengah malam dan dia ingin buang air kecil. Kenzie menatap tangan kakaknya yang memeluk perutnya, pantas saja dia merasa berat.
Dengan hati-hati Kenzie melepaskan tangan kakaknya, karena kakaknya ini sangat mudah terbangun. Baru saja setengah jalan, Kenzie malah semakin di peluk erat oleh Evan yang terbangun karena gerakan Kenzie.
"mau kemana, baby?" tanya Evan, Kenzie membalikkan tubuhnya menghadap Evan karena tadi dia membelakangi kakaknya itu.
"mau ke kamar mandi, kak." jawab Kenzie, mendongak menatap mata Evan.
"hmm" Evan malah kembali memejamkan matanya tanpa melepaskan pelukannya dari Kenzie.
"iih, kakak lepas~" ucap Kenzie kesal, bagaimana kalau dia jadi buang air kecil di celananya karena tidak tahan lagi?!
"oke oke, baby." ucap Evan tidak ingin membuat adiknya lebih kesal lagi, dia melepaskan pelukannya segera saja Kenzie turun dari ranjang dan lari ke kamar mandi.
"baby." peringat kakaknya melihatnya berlari, Kenzie segera mengubah larinya menjadi berjalan lalu masuk ke kamar mandi.
Untung saja ini kak Evan, kalau kak Samuel atau sepupunya yang lain pasti dia akan di hukum.
Selesai menuntaskan urusannya Kenzie kembali masuk ke dalam selimut dan memeluk kakaknya, menyembunyikan wajahnya di dada bidang kakaknya.
"maaf, kak."
"hm"
Evan mengelus rambut Kenzie, agar adiknya itu kembali tertidur.Tapi setelah beberapa menit Kenzie bahkan tidak juga tertidur.
Biasanya Kenzie mudah sekali tertidur, apalagi kalau rambutnya di elus.
'duh, kenapa nggak ngantuk lagi ya?' batin Kenzie.
Kenzie menduselkan kepalanya ke dada bidang kakaknya, mencari posisi yang nyaman. Evan membuka matanya, mencium puncak kepala Kenzie.
"kenapa belum tidur, baby?" tanya Evan meraih dagu Kenzie dan membuat anak itu mendongak menatapnya, tangan sebelahnya menyingkirkan rambut yang menghalangi mata adiknya.
"nggak bisa tidur lagi, kak." ucap Kenzie.
Evan mendudukkan dirinya lalu mengangkat tubuh Kenzie ke pangkuannya, Kenzie yang terkejut hanya diam.
Biasanya kalau Kenzie tidak bisa tidur atau tidak mau dipaksa tidur, Daddynya atau keluarganya yang lain akan memangkunya lalu menepuk pelan punggungnya dan Kenzie akan tertidur sendirinya.
"tidurlah, baby." ucap Evan lembut tapi memerintah, Kenzie membenamkan wajahnya di ceruk leher Evan. Memejamkan matanya, mencoba untuk tidur.
Evan menepuk-nepuk pelan punggung Kenzie seraya bersandar di kepala ranjang. Dia mengambil handphone-nya di atas nakas lalu memeriksa pesan dan Email yang masuk dan satu tangannya terus menepuk-nepuk pelan punggung Kenzie.
Kenzie diam-diam membuka sedikit matanya, melirik apa yang sedang di kerjakan Evan.
"Kenzie, tidur." ucap Evan datar tanpa melirik Kenzie, Kenzie segera kembali memejamkan matanya.
Bagaimana bisa kakaknya tau?! Memangnya dia cenayang?!
Setelah beberapa menit berlalu, Evan mendengar suara dengkuran halus Kenzie dan nafasnya yang teratur di lehernya. Dia meletakkan handphone-nya di atas nakas lalu dengan hati-hati membaringkan Kenzie.
"eungh..."Lenguh Kenzie.
Evan segera mengelus rambut adiknya itu ketika Kenzie menggeliat dalam tidurnya, dan beberapa detik kemudian Kenzie kembali tertidur lelap.
Evan membaringkan tubuhnya di samping adiknya, tangannya memeluk perut Kenzie erat. Dan ikut menyusul adiknya yang sudah tertidur.
••••••
Kenzie membuka matanya berat, mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum mencerna semuanya.
Dia berada di kamar kakaknya, Evan.
Pantas saja dia merasa ada yang aneh, maklum dia memang pelupa. Kenzie menatap ke sampingnya, kakaknya tidak ada.
Kenzie mendudukkan dirinya, untunglah hari ini weekend jadi dia nggak perlu tergesa-gesa mandi.
"baru bangun, baby?" Kenzie menoleh ke arah kakaknya yang baru saja datang dari kamar mandi dengan hanya memakai celana tanpa atasan dengan handuk kecil di bahunya. Rambutnya masih basah dengan tetesan kecil air yang jatuh ke tubuhnya.
Kenzie menatap badan kakaknya iri, semua kakak laki-lakinya pasti memiliki otot perut yang tercetak jelas dan mereka semua kekar berotot serta tinggi menjulang.
Kenapa hanya dia yang tidak memilikinya?! Apalagi dia yang paling pendek di antara semua kakak laki-lakinya, untunglah dia sedikit lebih tinggi dari kedua kakak perempuannya. Itu harga dirinya yang terakhir yang bisa dia pertahankan.
Dia sudah pernah berusaha ikut nge-gym dengan kakaknya di lantai 5 yang khusus tempat gym, tempat game dan perpustakaan.
Tapi sekarang itu menjadi tempat terlarang bagi Kenzie, karena setelah untuk pertama kalinya dia nge-gym, dia langsung sesak nafas lalu pingsan.
Kenapa tubuhnya lemah sekali sih?!
Evan mendekati Kenzie lalu mengernyitkan dahinya melihat adiknya mendadak cemberut dengan bibir yang dimanyunkan.
"kenapa cemberut,hm?" tanya Evan membelai pipi Kenzie.
"Perut aku rata dan perut kakak berotot, aku kan iri kak." ucap Kenzie kesal. Evan terkekeh lalu duduk di samping Kenzie dan mengangkat anak itu ke pangkuannya.
"jangan cemberut lagi, nanti tambah jelek." kenzie melotot marah yang di mata Evan terlihat imut sekali.
"Kenzie ganteng. Pokoknya gimana pun Kenzie ganteng, lebih ganteng dari kakak!" ucap Kenzie berapi-api, tidak terima di bilang jelek oleh kakaknya. Evan tertawa kecil, dia suka sekali menggoda Kenzie karena reaksi adiknya itu lucu dan imut.
"iya, iya. Kamu yang paling ganteng." ucap Evan, daripada adiknya itu menangis kalau dia goda lagi. Kenzie tersenyum senang.
Kenzie menyandarkan kepalanya ke dada bidang Evan, kakaknya bau sabun yang sangat harum di cium sekaligus maskulin. Evan mengelus rambut Kenzie lembut.
"eung... Aku mau turun. mau ke kamar, kak." ucap Kenzie setelah beberapa saat mereka berdiam dengan posisi itu, tanpa berbicara Evan menurunkan Kenzie dari pangkuannya.
Kenzie mencium pipi kakaknya dan tersenyum, dia berjalan mengambil kotak hadiah yang berisi sepatu yang semalam di berikan kakaknya lalu keluar dari kamar Evan.
Kenzie menatap kotak di tangannya dengan binar bahagia sementara berjalan ke arah kamarnya.
"baby" Kenzie menoleh ke arah pemanggil yang rupanya kakak sepupunya.
"kak Jaden, kenapa kak?" tanya Kenzie.
"apa itu, baby?" tanya Jaden melirik kotak di tangan Kenzie pasalnya adiknya itu terlihat terus tersenyum memandang kotak itu selama Jaden memperhatikannya.
"hadiah kak Evan, kak." ucap Kenzie seraya mengeluarkan sepatunya dari kotak.
"bagus bangetkan, kak?"
"iya, bagus." ucap Jaden, dia mengelus rambut Kenzie dengan sayang. Dia senang melihat adiknya terlihat senang pagi ini.
"mandilah, baby. Setelah itu ke ruang makan, ya."
"iya, kak." Kenzie berbalik dan kembali berjalan menuju kamarnya. Dia harus segera mandi lalu ke ruang makan sebelum daddynya datang ke kamarnya.
Tbc
Akhirnya up, walaupun lebih pendek dari chapter-chapter sebelumnya😅
Jangan lupa vote dan komen ya😉
See you👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective family
Teen Fiction( PERHATIAN! KENZIE DISINI COWOK JADI JANGAN NANYA LAGI YA KALAU PERLU LANGSUNG CEK DI BAB VISUAL ANAK2 AJA😉) selama hidup kenzie, rasanya dia tidak akan pernah bisa lepas dari keluarganya. apa-apa serba di larang. bahkan sahabatnya pun sama overp...