"pulang! Pulang! Mau pulang~" rengek Kenzie sambil memegang tangan Evan yang berdiri di sebelahnya dengan erat, dia beralih membujuk Evan karena Samuel hanya diam saja atas bujukannya dan dengan tenang terus membaca berkas yang dibawanya ke kamar rawat Kenzie.
Benar-benar tidak berperasaan sekali kakaknya yang satu itu.
Di dalam kamar rawatnya hanya ada kedua kakaknya, Samuel dan Evan sedangkan daddy dan mommy-nya sedang berbicara dengan dokter Daniel di luar. Dan yang lain masih bekerja atau kuliah.
Sejak dia terbangun 2 hari yang lalu Kenzie terus dijaga dan diawasi kesehatannya 24 jam karena takutnya ada efek samping dari antibiotiknya tapi Kenzie merasa baik-baik saja. Tidak ada yang sakit lagi.
Sejak semalam dia terus merengek kepada daddy-nya untuk pulang saja tapi daddy-nya hanya mengelus rambutnya dan menyuruhnya beristirahat.
Kenzie sudah lelah sekali terus berbaring di tempat tidur rumah sakit.
Dia juga sudah mencoba untuk membujuk mommy-nya, saat itu dia sudah setengah berhasil membujuk mommy-nya setelah berbagai macam alasan tapi daddy-nya mendadak datang masuk ke dalam kamar rawatnya dan membuat Kenzie gagal membujuk mommy-nya.
Membujuk keluarganya yang lain juga reaksi mereka sama saja dengan daddy-nya.
Ingin kabur sama saja dengan cari mati, Kenzie pernah mencoba membuka pintu kamar rawatnya ketika dia sedang sendirian disana. Niatnya ingin melihat keadaan sebentar dan nantinya dia akan merencanakan kabur kalau keadaan memungkinkan tapi begitu dia melongokkan kepalanya keluar dari pintu dia langsung bertatapan dengan kepala bodyguard bernama Mario yang berjaga di depan pintu kamar rawatnya.
Nyali Kenzie segera menciut melihat kepala bodyguard yang pastinya disuruh daddy-nya berjaga tepat di depan pintunya ditambah banyaknya bodyguard yang berjaga di lorong rumah sakit.
Rasanya dia seperti tahanan tingkat tinggi saja.
Dia segera diminta Mario masuk kembali kembali ke kamar rawatnya dengan sopan, dan Kenzie hanya bisa menurut.
Tidak ada jalan untuk dia kabur, jalan jendela juga tidak bisa mengingat dia berada di lantai 7.
Evan mengelus rambut Kenzie, "nanti ya, kalau dokter Daniel sudah bilang boleh pulang."
"mau sekarang~ aku sudah sehat, kak."
"nanti, baby." ucap Evan lembut.
"eungg~ mau sekarang!" ucap Kenzie keras kepala, dia lalu melepas tangan Evan dan menarik selimut yang ada di kakinya sampai menutup kepalanya, hanya menyisakan rambutnya.
Evan mencoba menarik selimut Kenzie tapi anak itu memegangnya dengan erat.
"baby, nanti kamu sesak nafas."
"Kenzie mau pulang~"
Evan menghela nafas, adiknya ini benar-benar keras kepala. Ingin minta bantuan kak Samuel tapi dia takut kalau Kenzie akan menangis karena dipaksa kak Samuel. Kakaknya itu juga sama keras kepalanya, ciri khas keluarga Rainart.
"baby, mau kakak buatkan rumah pohon tidak?" tawar Evan ketika dia ingat kalau Kenzie pernah bilang dia ingin punya rumah pohon sendiri di hutan mansion mereka.
Kenzie menurunkan selimutnya sampai batas dagunya, matanya menatap Evan berbinar-binar.
"mau! Kenzie mau rumah pohon!"
"kalau begitu baby harus tetap disini sampai dokter Daniel bilang boleh pulang. Mau?" Evan mencoba membuat kesepakatan dengan adiknya itu agar Kenzie tidak lagi rewel minta pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective family
Teen Fiction( PERHATIAN! KENZIE DISINI COWOK JADI JANGAN NANYA LAGI YA KALAU PERLU LANGSUNG CEK DI BAB VISUAL ANAK2 AJA😉) selama hidup kenzie, rasanya dia tidak akan pernah bisa lepas dari keluarganya. apa-apa serba di larang. bahkan sahabatnya pun sama overp...