part 14

21.5K 1.4K 53
                                    

"bagaimana, dad? Pelayan itu pelakunya?" tanya Eric begitu dia sudah duduk di sofa yang berada di ruang bawah tanah. Semuanya sudah berkumpul di sana kecuali Samuel, Jaden dan Evan.

"hm, bukan. Ada pelayan lain yang melakukannya, pelayan yang bernama rose. Dia kabur begitu sudah selesai melakukannya." ucap Damian datar, dia kesal sekali karena orang yang sudah meracuni cucunya itu berhasil kabur.

"tenanglah, kak. Anak buahku sedang berusaha melacaknya." ucap Axiel yang duduk di samping Eric, Eric mengangguk mencoba untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

"dimana Samuel, Jaden dan Evan? Seharusnya mereka juga ada disini." ucap Eric setelah terdiam beberapa saat.

"Jaden dan Evan sedang menahan Samuel, kak. Samuel seperti hilang akal, dia menyiksa pelayan perempuan itu habis-habisan walaupun sudah diberitahu kalau pelayan yang itu tidak bersalah." ucap Eden seraya mengelengkan kepalanya mengingat keadaan pelayan perempuan yang sebenarnya tidak bersalah itu di penjara bawah tanah. Keponakannya yang satu itu sudah seperti iblis yang sedang mengamuk saja.

"hah... Anak itu tidak akan berhenti sampai dia puas." Eric menghela nafas berat, dia yakin sekali kalau anak tertuanya itu memiliki gangguan kejiwaan yang sudah mencapai level tinggi. Sifat psychopatnya melebihi yang lain bahkan dirinya.

Biasanya kalau Samuel sudah kelewat batas, Eric akan menyeret Samuel dengan paksa ke kamar Kenzie karena dia tau kalau Kenzie adalah satu-satunya yang bisa membuat Samuel sedikit lebih tenang. Tentu saja dia juga ikut mengawasi di sana.

Dan karena sekarang Kenzie sedang dirawat di rumah sakit dia tidak bisa menyeret Samuel ke rumah sakit, bisa saja Samuel semakin mengamuk karena banyaknya orang asing berlalu lalang di sana. Anaknya itu tidak bisa bertemu orang yang tidak dikenal kalau sedang ingin menyiksa orang, bisa-bisa dia semakin bernafsu ingin melakukannya.

"bagaimana keadaan Kenzie?" tanya Xander.

"obatnya belum bisa ditemukan jadi Kenzie harus terus dibius agar dia tidak merasa kesakitan." ucap Eric memijat pelipisnya, dia harus mencari cara agar obatnya bisa ditemukan kalau perlu dia akan menghubungi seluruh rumah sakit terbaik yang ada di seluruh benua eropa.

Suara ketukan pintu terdengar di ruangan yang hening sesaat itu setelah mendengar ucapan Eric mengenai keadaan Kenzie yang saat ini memprihatinkan.

"masuk." ucap Edgar, pintu lalu perlahan terbuka memperlihatkan Tris yang berjalan masuk ke ruangan lalu membungkuk ke arah mereka.

"tuan, pelayan rose kembali datang ke sini. Sekarang dia sedang dibawa bodyguard ke penjara bawah tanah." lapor Tris yang membuat Eric segera berdiri dan keluar dari sana diikuti yang lain.






••••••


"tenang, kak! Pelayan yang itu tidak bersalah!" teriak Evan putus asa, dia jujur sudah kelelahan menahan kakaknya sendiri, Samuel. Walaupun pintu kamar Samuel sudah dikunci dari dalam dan kuncinya kini dipegang oleh Jaden tapi mereka berdua kini malah harus kembali berhadapan dengan masalah yang lain.

Samuel mencoba merebut kunci kamarnya dengan mematahkan tangan dan kaki mereka. Kakaknya ini sepertinya tidak peduli lagi dengan hal lain saat ini, psychopat gila.

Tentu saja mereka berhasil menghindari dari cedera parah tapi hasilnya mereka mulai kelelahan karena terus menghindari Samuel serta mencoba mengikatnya.

Tenaga Samuel tidak main-main meskipun mereka berdua dan Samuel sendirian tapi malah merekalah yang terdesak.

"kemarikan kuncinya." nada berbahaya Samuel membuat mereka berdua meneguk ludah dengan gugup. Kalau ini terus berlanjut tulang mereka akan patah tapi kalau mereka membiarkan Samuel keluar dari sini pelayan yang tidak bersalah itu yang akan mati.

Mereka tidak akan sampai menahan Samuel kalau yang disiksanya adalah yang bersalah, tapi Samuel terus melanjutkan siksaannya meskipun sudah diberitahu kalau pelayan itu tidak bersalah.

Suara ketukan pintu kamar sontak membuat Jaden dan Evan bernafas lega.

"ada apa?" tanya Samuel keras.

"tuan, pelayan rose sudah ditemukan dan sekarang berada di penjara bawah tanah." ucap bodyguard yang berada di luar.

Samuel langsung menatap tajam ke arah Jaden, Jaden segera mengeluarkan kunci kamar dari saku celananya dan melemparkannya ke arah Samuel yang langsung ditangkap dengan sempurna oleh Samuel.

Samuel segera membuka kunci pintu kamarnya dan berjalan keluar, Jaden dan Evan langsung merebahkan tubuh mereka berdua ke tempat tidur Samuel.

"hah... Rasanya seperti menahan banteng saja." desah Jaden yang diangguki oleh Evan.

"kita akan langsung mati kalau kak Samuel benar-benar serius menghadapi kita." keluh Evan, mengingat kalau kakaknya itu menguasai berbagai macam ilmu bela diri. Selain sifat psychopatnya sudah level tinggi, ilmu bela dirinya pun juga tingkat tinggi.











••••••


"kenapa? Kenapa? KENAPA?!! Sialan! Akan kupatahkan kakinya, kubelah dadanya dan kuambil jantungnya lalu akan ku gantung di atas pohon! Beraninya melukai baby imutku!" teriak Alice marah seraya mengacung ngacungkan tinjunya di udara. Carila yang duduk di kursi penumpang di samping Alice hanya bisa mendengarkan dengan pasrah teriakan marah Alice dari 30 menit yang lalu.

"hei, perhatikan jalan. Kau akan kukejar sampai ujung dunia kalau kita sampai kecelakaan." ucap Carila seraya mengeluarkan handphone-nya dari dalam tasnya. Memeriksa pesan dan email yang masuk di handphone-nya.

"kalau kita kecelakaan lalu mati?" tanya Alice.

"hantuku akan mengejarmu sampai ke dalam tanah." balas Carila datar.

Tak lama mereka sudah sampai di basement rumah sakit tempat Kenzie di rawat.

"kita tunggu disini sebentar, Xavier dan yang lain sedang menuju ke sini. Mereka juga ingin menjenguk Kenzie." ucap Carila.

"oke." jawab Alice. Dia sudah tau kalau daddy Eric sudah memerintahkan bodyguard yang ada di rumah sakit untuk tidak membiarkan seorangpun selain keluarga dan dokter Daniel mendekati kamar Kenzie.

Kecuali kalau orang itu bersama keluarganya, yang artinya orang itu bisa dipercaya.

Tidak berapa lama 3 mobil mewah terlihat memasuki basement dan memarkirkan mobilnya di seberang mobil Alice dan Carila.

Mereka berdua segera keluar ketika ketiga pemilik mobil mewah itu adalah Xavier, Harry dan Kevin.

"lama tidak bertemu, kak." sapa Kevin ke arah Alice dan Carila yang di balas senyuman oleh keduanya.

"ya, kita lama tidak bertemu karena kalian datang ke mansion di waktu sore. Kami berduakan cuma ada di mansion waktu pagi dan malam saja." jawab Alice.

Lalu mereka berlima memasuki rumah sakit dan menuju lantai 7 dengan menaiki lift. Begitu sampai di lantai ke 7 mereka sudah bisa langsung melihat para bodyguard yang tersebar di lantai 7 ini.

Para bodyguard itu segera menolehkan kepalanya begitu mendengar suara lift yang tiba berbunyi tapi mereka segera membungkuk hormat begitu mengetahui siapa yang sudah tiba.

















Aku kembali setelah sekian lama😭🤧






Jangan lupa vote dan komennya😉





Love you all💕💕




See you👋👋👋

my protective familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang