Kenzie menatap bosan ke arah TV karena kartun favoritnya mendadak tidak tayang dan tidak ada lagi kartun yang menarik perhatiannya.
Menghela nafas untuk ke sekian kalinya. Kenzie turun dari sofa, memilih duduk di karpet berbulu. Lalu berguling-guling tidak jelas di atas karpet mahal itu.
Bagaimana caranya membunuh rasa bosan ini?! Kalau saja dia di bolehkan keluar...
"baby, kenapa kamu guling-guling tidak jelas seperti itu?" tanya Damian begitu dia turun dari tangga dan melihat cucu bungsunya guling-guling tidak jelas di atas karpet di ruang keluarga.
Kenzie berhenti melakukan tingkah absurdnya dan telungkup di karpet dengan kepala yang mendongak menatap opa-nya.
"Aku bosan, opa." ucap Kenzie, Damian mendekat lalu mengangkat cucunya itu dan menggendongnya ala koala. Mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sana.
"kenapa, hm?"
"kartun favoriteku tidak jadi tayang, opa. Aku bosan banget." ucap Kenzie sambil memainkan kancing baju opa-nya dan memanyunkan bibirnya. Damian mengelus punggung cucunya.
"terus kamu mau apa?"
Kenzie mendongak menatap opa-nya dengan mata berbinar, dia bisa minta apa aja kalau begitu.
"mau keluar boleh, opa?" tanya Kenzie hati-hati, Damian langsung menatap mata Kenzie tajam. Tanda dia tidak suka dengan yang dikatakan cucunya itu.
"tidak boleh." ucapan tegas dan dingin dari opa-nya membuat Kenzie menunduk takut, tanpa sadar meremas baju opa-nya yang di genggamnya dan matanya mulai berkaca-kaca.
Sadar kalau dia sudah membuat Kenzie ketakutan, Damian mencium puncak kepala anak itu dengan lembut.
"yang lain saja ya, baby?" bujuk Damian meraih dagu Kenzie dan membuat Kenzie menatapnya dengan mata berkaca-kaca, Kenzie mengangguk pelan.
Damian tersenyum, "then what do you want now, baby?"
"mau es krim sama kue blackforest, boleh?"
"tentu saja boleh, baby."
Kenzie tersenyum senang, menyenderkan kepalanya ke dada Damian. Kembali memainkan kancing baju Damian.
Damian memanggil Tris -kepala pelayan mansion yang sudah berusia setengah abad- yang baru saja datang dari tangga berjalan hendak ke dapur.
Tris mendekati tuannya lalu membungkuk hormat, "ada yang bisa saya bantu, tuan?"
"bawakan es krim satu cup dan kue blackforest untuk cucuku, antar ke ruang kerjaku." perintah Damian dingin.
"baik, tuan." jawab Tris lalu pergi ke dapur setelah membungkuk hormat. Kenzie mendongak, sebenarnya dia juga lelah terus mendongak untuk menatap opa-nya. Salahkan tubuhnya yang terlalu pendek dan kecil dibanding opa-nya.
"kok cuma satu cup sih, opa?!" dia kan tidak puas hanya satu cup.
"nanti kamu sakit, baby." Jawab opa-nya seraya bangkit dari duduknya dengan Kenzie di gendongannya. Berjalan menaiki tangga, menuju ruang kerjanya di lantai 2.
"aku mau jalan sendiri, opa." rengek Kenzie, meronta di gendongan Damian yang hanya diam mengabaikan permintaan Kenzie.
Dia bisa di bilang cukup jarang berjalan dengan kakinya sendiri di mansion, karena kalaupun dia berjalan ingin ke ruangan manapun di dalam mansion dan di tengah jalan dia bertemu salah satu keluarganya, dia pasti akan mendadak di tarik ke dalam gendongan.
Kenapa dia sering kali di gendong? Kenzie juga tidak tau apa alasannya. Apa keluarganya tidak berat menggendongnya? kelihatannya dia tidak seberat itu melihat betapa mudahnya mereka mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective family
Teen Fiction( PERHATIAN! KENZIE DISINI COWOK JADI JANGAN NANYA LAGI YA KALAU PERLU LANGSUNG CEK DI BAB VISUAL ANAK2 AJA😉) selama hidup kenzie, rasanya dia tidak akan pernah bisa lepas dari keluarganya. apa-apa serba di larang. bahkan sahabatnya pun sama overp...