"upaya kakak jadi makin cantik kenci akan menyihir kakak dengan ini~" Kenzie yang saat ini berumur 3 tahun setengah, hampir mencapai 4 tahun, menggoyangkan spidol berwarna hitam di depan wajah Alice.
Alice meneguk ludahnya dengan gugup ketika dia melihat Kenzie memperlihatkan spidol di hadapannya, tidak permanent dan sama sekali tidak berbahaya untuk anak-anak tapi tintanya tahan lama.
Alice memegang tangan Kenzie yang memegang spidol dengan sedikit erat, dia sekarang hanya berdua saja dengan Kenzie di ruang keluarga jadi dia tidak bisa meminta bantuan siapapun.
"baby, kakak lebih suka menjadi jelek saja. Kakak tidak suka cantik, baby." ucap Alice berusaha untuk menghindari wajahnya di coret-coret adiknya yang beberapa hari belakangan ini sedang terobsesi dengan melukis sesuatu dengan spidol yang dibelikan kakeknya.
Dan itu membuat masalah besar beberapa hari ini.
Kalau Kenzie menyalurkan imajinasinya di kertas, tidak masalah. Tapi anak itu memilih untuk menyalurkan imajinasinya di wajah orang lain.
Semalam saja Eric dan Shella menjadi korban dari spidol Kenzie, begitu mereka bangun pagi harinya wajah mereka penuh dengan coretan tidak jelas dari Kenzie. Untungnya hari itu weekend jadi mereka tidak terlalu panik untuk menghapus coretan Kenzie dari wajah mereka.
Dan sepertinya Alice akan menjadi korban Kenzie hari ini.
Kenzie memandangi Alice dengan mata berkaca-kaca, siap untuk menumpahkan air matanya.
"kak Alice nggak mau main ama Kenci ya~?" tanya Kenzie, sudut bibir mungilnya tertarik ke bawah, menggambarkan perasaan Kenzie saat ini.
Alice menjadi panik karena Kenzie sepertinya akan menangis sebentar lagi dan baru saja beberapa detik dia memikirkan bagaimana supaya adiknya itu tidak menangis suara isakan yang cukup kencang langsung terdengar di telinganya.
"hiks... Kakak nggak mau main hiks... Ama Kenci~ hiks"
"bu-bukan begitu, baby. Jangan na-nangis ya~" Alice mencoba untuk memeluk dan menenangkan Kenzie tapi adiknya itu malah melangkah mundur seakan tidak ingin disentuh olehnya.
"huhu... Kak Alice hiks nggak cuka ama Kenci~ hiks" tangisan Kenzie semakin kencang, membuat Alice semakin panik dan tidak tau harus berbuat apa ditambah Kenzie terus menjauh darinya ketika Alice mencoba mendekatinya.
"maaf baby, ayo main sama kakak sekarang ya~ ini spidolnya sayang, liat." Alice mengambil salah satu spidol Kenzie yang berada di dekatnya dan membuka tutupnya lalu mencoretkannya ke pipinya sesedikit mungkin.
Ini jalan terakhir yang dipikirkannya untuk menenangkan Kenzie sebelum yang lain datang karena mendengar tangisan Kenzie yang cukup kencang. Apalagi kalau yang datang kakak tertua mereka, Samuel. Bisa habis dia dihukum Samuel kalau ketahuan membuat Kenzie menangis.
Dan cara Alice yang ini cukup berhasil, buktinya tangisan Kenzie berhenti meski dia masih sesenggukan. Matanya berair dan hidung mungilnya memerah, sungguh menggemaskan sekali di mata Alice.
"ayo sini baby~ kita main ya, jangan nangis lagi." ucap Alice seraya mendekati Kenzie lalu memegang tangan kanan Kenzie dan menarik adiknya itu dengan perlahan ke arahnya. Untungnya Kenzie tidak menolak sentuhannya kali ini.
Begitu Kenzie sudah berada di pelukannya, Alice menghapus sisa air mata yang berada di pipi. Alice lalu membawa tangan Kenzie yang masih memegang spidol ke arah wajahnya.
"tolong sihir saya menjadi gadis yang sangat cantik, tuan penyihir." ucap Alice seraya memejamkan matanya erat. Dia sudah pasrah akan menjadi seperti apa wajahnya nanti, yang penting Kenzie berhenti nangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective family
Teen Fiction( PERHATIAN! KENZIE DISINI COWOK JADI JANGAN NANYA LAGI YA KALAU PERLU LANGSUNG CEK DI BAB VISUAL ANAK2 AJA😉) selama hidup kenzie, rasanya dia tidak akan pernah bisa lepas dari keluarganya. apa-apa serba di larang. bahkan sahabatnya pun sama overp...