Beberapa jam lagi matahari akan tenggelam dan Kenzie sekarang sedang memikirkan bagaimana caranya untuk bisa keluar dari mansion karena mendadak dia ingin pergi ke toko kue yang ada di pinggir jalan***.
Toko kue itu cukup terkenal karena rasanya yang sangat enak dan tampilan kuenya juga menarik.
Dia sangat ingin ke sana tapi masalahnya bagaimana caranya keluar dari sini?!
Dia ingin memilih kuenya disana sendiri bukan menyuruh pelayan seperti yang sering di lakukan daddynya kalau dia ingin kue yang ada di sana itu.
Kalau dia minta izin dengan daddy-nya pasti nanti akan dimarahi, belum lagi kalau sampai kedengeran keluarganya yang lain.
Kenzie menggigit kuku jarinya, kepalanya pusing memikirkan berbagai rencana.
"argh!! Gimana nih caranya? Izin ke daddy nggak yah... Kalau nanti aku dimarahi gimana?" gumam Kenzie seraya mondar-mandir di dalam kamarnya.
Kenzie menjambak rambutnya sendiri, dia pusing harus memikirkan bagaimana lagi caranya.
Dia harus minta izin ke daddy-nya, mungkin saja daddy-nya sedang dalam mood yang baik. Paling tidak dia harus mencoba.
Kenzie akhirnya memutuskan keluar dari kamar setelah 30 menit lamanya mondar-mandir di kamarnya sendiri untuk mencari daddy-nya.
Kali ini dia memilih untuk memakai tangga, tubuhnya seharian ini tidak cukup bergerak. Kenzie memutuskan untuk mencari daddy-nya di ruang kerja dulu yang ada di lantai 2.
Kenzie menuruni 2 anak tangga sekaligus, untuk menghemat waktu. tinggal 5 anak tangga lagi sebelum dia sampai di lantai 2 tapi mendadak di undakan tangga ke 3 Kenzie kehilangan keseimbangan dan tergelincir di tangga.
Bruk!
Kenzie meringis kesakitan sambil memegang pergelangan tangan kirinya, bokongnya sakit sekali dan pergelangan kaki kirinya seperti terkilir.
"hiks daddy... Sakit.. Hiks" Kenzie mulai menangis keras sambil memegang dengan hati-hati kaki kirinya. Dia bingung harus memegang yang mana, bokongnya, kaki kirinya dan juga tangannya sakit sekali.
Karena suara tangisan Kenzie yang keras membuat Eric segera keluar dari ruang kerjanya, dia kaget sekali karena tiba-tiba mendengar suara tangisan anak bungsunya dan sekarang mendapati Kenzie terduduk di ujung anak tangga. Eric segera mendekati Kenzie, memeluk kepala anak itu untuk menenangkannya.
"baby, kenapa sayang? Mana yang sakit?" tanya Eric khawatir.
"hiks... Tangan, bokong sa-hiks sama kaki kiri hiks, daddy." Kenzie berusaha berbicara di tengah tangis kesakitannya. Kenzie memeluk leher daddynya erat, dia sangat kesakitan sekarang dan yang paling parah di kaki kirinya.
"Eric, kenapa dengan Kenzie?" suara Xander membuat Eric menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, di sana Xander dan Samuel bergerak mendekati Eric dan Kenzie dengan wajah khawatir dan cemas.
"jatuh dari tangga, pa." jawab Eric lalu mengangkat tubuh Kenzie ke dalam gendongannya dengan hati-hati.
"segera antar ke rumah sakit, Eric. Mungkin kakinya terkilir." ucap Xander, sontak membuat Kenzie terkejut mendengar kata rumah sakit. Kenzie tanpa sadar mengeratkan pelukannya di leher daddy-nya ketakutan.
"iya, pa." ucap Eric seraya mengelus punggung bergetar Kenzie.
"aku ikut, dad." ucap Samuel yang di balas anggukkan oleh Eric, dia khawatir sekali dengan keadaan adiknya yang terus menangis keras kesakitan.
Eric dan Samuel segera keluar dari mansion, dan menaiki salah satu mobil mewah milik Samuel. Samuel mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, sementara di belakang Eric memangku Kenzie yang masih menangis.
"tenanglah, baby. Nanti nafasmu sesak, sayang." ucap Eric lembut lalu mencium dahi Kenzie. Mencoba menenangkan anaknya.
"hiks... Sakit sekali, daddy.."
"iya, baby. Sebentar lagi kita sampai ke rumah sakit, sayang."
Sesampainya mereka di rumah sakit milik mereka, Eric segera menggendong Kenzie diikuti Samuel di belakang.
~skip~
"kak, mau mommy hiks" rengek Kenzie kepada Samuel, saat ini dia sedang berada di kamar rawat inap khusus untuknya. Kaki kirinya sudah di perban oleh dokter.
Samuel mendekat lalu mengelus rambut Kenzie lembut.
"nanti mommy datang kok, mommy-nya masih dalam perjalanan, baby." ucap Samuel, memang dari pagi tadi setelah sarapan mommy dan bunda langsung berangkat ke butik mereka yang ada di Paris karena ada klien penting.
Eric masuk ke dalam ruang inap Kenzie setelah berbincang-bincang dengan dokter yang menangani Kenzie tentang keadaan anaknya.
"daddy, aku nggak menginap di sini kan?" tanya Kenzie cemas, dia benar-benar tidak ingin menginap di sini.
"iya, kamu bisa pulang baby atau kamu menginap di sini saja, sayang?"
Kenzie menggeleng ribut, "nggak mau!"
Eric menghela nafas, dia tidak ingin memaksa anaknya untuk menginap di rumah sakit untuk kali ini. Kalau terlalu di paksa anak itu bisa-bisa kabur karena bosan di rumah sakit. Lebih baik dia mengurung Kenzie di mansion dengan penjagaan ketat daripada di rumah sakit yang banyak orang asing berlalu lalang.
"baiklah, kita pulang baby." ucap Eric menggendong Kenzie lalu keluar dari ruangan sedangkan Samuel berjalan di belakang mereka.
Di tengah perjalanan, handphone yang ada di saku celana Samuel berbunyi tanda panggilan masuk.
Samuel mengeluarkan handphonenya, menatap layarnya yang menampilkan nama 'Justin'
Samuel berjalan lebih pelan dari Eric dan Kenzie supaya adiknya itu tidak mendengarkan suaranya.
Samuel mengangkat sambungan panggilannya.
"ada apa?" tanya Samuel dingin.
"bos, aku sudah mendapatkan bajingan yang mencoba menculik adikmu waktu itu."
"keluarganya sudah kau tangkap juga?"
"ya, mereka sekarang ada di penjara bawah tanah."
Raut mukanya berubah, Samuel menyeringai kejam, "kurung saja dulu, besok aku akan ke markas."
Samuel memutuskan sambungannya tanpa menunggu balasan dari Justin. Dia segera menyusul daddy-nya dan Kenzie.
Besok mungkin dia akan bersenang-senang.
Tbc
Nggak tau nge-feel atau nggak, aku pasrah udah🤧 nggak ada ide lagi.
Jangan lupa vote dan komennya, siapa tau aku jadi dapet ide karena bahagia melihat vote dan komen kalian😅🤣👀
Maaf nggak bisa membalas semua komen kalian😭 aku sangat menghargainya💞🙏
See you👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective family
Teen Fiction( PERHATIAN! KENZIE DISINI COWOK JADI JANGAN NANYA LAGI YA KALAU PERLU LANGSUNG CEK DI BAB VISUAL ANAK2 AJA😉) selama hidup kenzie, rasanya dia tidak akan pernah bisa lepas dari keluarganya. apa-apa serba di larang. bahkan sahabatnya pun sama overp...