Kenzie keluar dari mobil dengan perasaan was-was, dia merasa takut kalau daddy-nya dan keluarganya yang lain tau kalau dia sudah melanggar salah satu peraturan yang dibuat mereka.
Walaupun kakeknya sudah menghancurkan semua rekaman CCTV yang ada di sekolah hari ini dan membungkam bodyguard agar tidak melaporkan kejadian itu dengan syarat agar Kenzie tidak mengulainya lagi tapi tidak ada yang tau bisa saja daddy-nya menaruh bodyguard tersembunyi yang tidak diketahuinya.
Kenzie perlahan membuka pintu besar yang menjadi pintu utama itu lalu melangkah masuk ke dalam mansion yang langsung disambut kepala pelayan yang berdiri di samping pintu utama.
"selamat datang, tuan muda. Bagaimana kabar anda di sekolah?" tanya Tris dengan sopan seraya membungkukkan badannya.
"ba-baik, aku baik-baik saja hahaha" jawab Kenzie kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia punya perasaan tidak enak melihat Tris yang berdiri di samping pintu utama seakan sedang menunggu dirinya pulang sekolah, padahal biasanya pelayan lain atau bodyguard yang berdiri di samping utama untuk menyambutnya. Bukan pria paruh baya yang sudah dikenalnya mulai dari kecil ini.
"untunglah, tuan muda. Saya hanya ingin menyampaikan kepada anda kalau tuan Eric sedang menunggu anda di ruang kerjanya. Beliau ingin anda ke ruang kerjanya sekarang, tuan muda." ucap Tris dengan sopan setelah menegakkan kembali punggungnya, dia menatap Kenzie dengan tatapan ramah serta senyum menenangkan ketika melihat tuan mudanya yang mematung dengan wajah tegang.
"daddy menungguku? Jam berapa daddy pulang tadi, Tris?" tanya Kenzie dengan perasaan takut yang sudah menguasainya. Semoga bukan karena masalah di sekolah tadi.
"sejak jam 1 siang tadi, tuan muda." jawab Tris sopan.
Habislah dia. Daddy-nya jarang sekali pulang ke mansion sesiang ini, biasanya daddy-nya akan pulang ketika hendak malam.
Pasti daddy-nya sudah tau tentang masalah di sekolah. Kenzie menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan jantungnya yang berdetak kencang. Rasanya dia ingin kabur saja daripada menghadapi daddy-nya saat ini tapi sudah pasti akan sulit sekali kalau kabur ketika hari masih siang seperti ini.
"Terima kasih, Tris." ucap Kenzie yang dibalas anggukan sopan kepala pelayan itu, Kenzie berlalu meninggalkan Tris dan berjalan menuju ruang kerja daddy-nya dengan terpaksa.
Begitu Kenzie sudah sampai di ruang kerja daddy-nya, Kenzie hanya terdiam di depan pintu. Dia benar-benar tidak ingin masuk ke dalam sekarang, dan menghadapi daddy-nya yang mungkin saja sedang marah dan menyiapkan hukuman untuknya.
3 menit berlalu dan Kenzie masih saja mematung di depan pintu ruang kerja daddy-nya. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya lewat mulut. Kenzie memegang gagang pintu, bersiap untuk membukanya. Dia tidak punya pilihan lain selain menghadapinya.
"mati aku." gumam Kenzie sambil membuka pintu ruang kerja daddy-nya. Berjalan masuk dengan perlahan, matanya bisa melihat daddy-nya yang sedang fokus memeriksa berkas di tangannya. Kenzie menutup pintu di belakangnya dengan pelan, berjalan dengan gugup mendekati daddy-nya.
"da-daddy?" panggil Kenzie pelan. Eric mendongak begitu mendengar panggilan Kenzie, menatap putranya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"mendekat ke sini, baby." ucap Eric dingin sambil meletakkan berkasnya di atas meja. Menatap Kenzie yang berjalan gugup mendekatinya dengan tajam.
Begitu Kenzie sudah berada di dekatnya, Eric menarik tangan Kenzie dan membuat Kenzie terduduk di pangkuannya. Tangan kiri Eric memeluk pinggang putranya erat.
"coba jelaskan kelakuanmu di sekolah itu, baby." ucap Eric dingin seraya memegang dagu Kenzie dan mengangkatnya, membuat Kenzie bertatapan dengan mata cokelat daddy-nya yang sedang menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
my protective family
Teen Fiction( PERHATIAN! KENZIE DISINI COWOK JADI JANGAN NANYA LAGI YA KALAU PERLU LANGSUNG CEK DI BAB VISUAL ANAK2 AJA😉) selama hidup kenzie, rasanya dia tidak akan pernah bisa lepas dari keluarganya. apa-apa serba di larang. bahkan sahabatnya pun sama overp...