Chapter 27 + 28

2.2K 293 129
                                    

" Jangan menghinaku!!! Aku pasti kuat untuk melakukan hal yang kalian lakukan. " Teriaknya.

Orang itu lari kedalam rumah lalu kembali dengan menggendong mayat pada pundaknya.

Aku memandang jijik kepada Tanjiro. Tanjiro menjawab tatapanku dengan senyumannya, jujur aku akan menyerah jika Tanjiro tersenyum.

" Dasar kalian, sesama sinting!! " Ucapku sambil sedikit menggeram.

Tanjiro sedikit tertawa. Kami melanjutkan pemakamannya. Orang itu keluar masuk sambil membawa mayat ketika keluar. Selesai kami memakamkan semua mayat yang di rumah, kami semua istirahat kelelahan. Tanjiro mengajakku berduaan di sela sela istirahat kami. Aku menanggapinya lalu mengikutinya, karena kurasa aku membutuhkannya.

" Jadi kenapa kau mengajakku? "

" Entahlah kurasa aku hanya menginginginkannya. " Kata Tanjiro.

" Aku mengerti. "

Tiba tiba Tanjiro menatapku dengan penuh harapan. Lalu memegang kedua tanganku. " (y/n)-kun."

Aku memiringkan kepalaku bingung. " Ada apa? "

Tanjiro tersenyum lalu menarikku ke dadanya. Memelukku erat. " Ada masalah? " Tanyaku lembut.

" (y/n)-kun, apapun yang terjadi tetaplah bersamaku. Jangan mati. Aku membutuhkanmu, jadi jangan mati. "

" Ng..?! "

" Kau tahu― aku benar benar mengkhawatirkan kamu ketika berpisah tadi― aku tahu kau akan merasa jijik aku mengatakan ini. " Ucap Tanjiro sambil mengelus rambutku.

" Jangan khawatirkan aku, Tanjiro, Zenitsu menjagaku. Jadi jangan khawatir okey. " Ucapku.

Meskipun dalam keadaan tidak sadarkan diri.. Pikirku dalam hati.

Aku merasakan Tanjiro semakin erat memelukku. Aku agak sedikit tidak nyaman dalam keadaan ini. Jadi aku sedikit mendorong pelan tubuh Tanjiro, hingga sedikit longgar.

Aku menggerakan tanganku ke pipi Tanjiro. Lalu menariknya ke atas sehingga mulutnya bergerak tersenyum.

" Tersenyumlah... " Ucapku.

Tanjiro langsung memegang pipiku, lalu menariknya mendekat ke arah wajahnya. Bibir kami hampir bersentuhan.

Bibir Tanjiro berusaha lebih dekat tapi aku sedikit bimbang, jadi bibirku maju mundur antara mendekat atau tidak.

Aku tahu ini sedikit menyulitkan Tanjiro karena dia lebih tinggi dariku jadi dia pasti harus menundukan kepalanya. Aku sedikit berjinjit agar Tanjiro tidak terlalu susah. Tapi kuras itu salah.

Tidak ada cukup jarak antara bibir kami ketika aku berjinjit, jadi bibir kami sudah bersentuhan. Aku menutup mataku.

Aku... Menciumnya―bukan dia lah yang menciummu. Aku berusaha berpikir tenang dalam situasi ini.

Aku merasakan bibirku sedikit di jilat oleh Tanjiro. Aku sedikit membuka mulutku. Tanpa aku duga ,lidah Tanjiro masuk ke dalam mulutku. Sesekali lidah kami saling bersentuhan. Rasanya memang agak aneh, tapi satu hal yang aku akui― ini ciuman pertamaku.

Chapter 28

Siapa sangka setelah ciuman itu aku akan sangat berdebar dan benar benar membuat aku kehabisan nafas, tapi ku lihat Tanjiro merasa biasa saja.

Mungkin sebenarnya dia merasakan apa yang aku rasakan, tapi pura pura keren. Dasar sok!!.

Kami melanjutkan perjalanan. Zenitsu dan Kriss di belakang. Shonichi dan keluarganya berjalan di depan bersama Tanjiro. Dan orang dengan topeng babi menyundul nyundul pohon. Mungkin berharap akan roboh, tapi aku tidak peduli. Tatapanku hanya menghadap ke arah Tanjiro. Melihat gerak geriknya.

Berberapa saat kemudian aku melihat Tanjiro melirik ke arahku, jadi aku memalingkan pandanganku. Dan kemudian menatapnya lagi ketika dia tidak menatapku.

Tanjiro memelankan jalannya sehingga aku bisa menggapainya. Kami berjalan berdampingan. Aku tidak bicara sepatah katapun kepadanya, situasi yang benar benar canggung. Dan aku harus keluar dari situasi ini. Tapi kurasa Tanjiro memulai perbincangan duluan.

" Jadi bagaiman? " Tanyanya.

" Apanya yang bagaiman? " Aku balik bertanya karena aku tidak mengerti apa maksudnya.

Tanjiro mengangkat jari telunjuknya menuju ke arah bibirnya lalu tersenyum.

" Entahlah aku tidak tahu... " Ucapku.

" Ahaha... Kalau menurutku sih bibirmu cukup lembut dan hangat." Ucap Tanjiro.

Aku merasakan pipiku merona dan aku berusaha menutupinya.

" Menurutku juga begitu― mungkin. " Kata aku sambil menutupi pipiku yang merona dengan rambutku. Aku berhenti melangkah.

Tanjiro sedikit tertawa. Lalu dia berlari menghampiri Shonichi dan yang lainnya.

" Kau ini kenapa sih? " Tanya Zenitsu yang membuatku kaget.

" Bukan urusanmu. " Ucapku.

" Ayolah (y/n)... Beritahu kami... " Kata Kriss berusaha membujuk ku.

" Sudah ku bilang ini bukan urusanmu kan. " Ucapku sambil sedikit membentak.

Zenitsu mengelus rambutku berusaha terlihat seperti Tanjiro. " Ayolah~"

Aku mencubit tangannya. Lalu mempercepat langkahku. " Bukan urusan kalian. "

" Yo!! Tanjiro sebenarnya kita mau kemana sih? " Teriakku setelah meninggalkan Zenitsu dan Kriss di belakang.

" Entahlah. Gagak menyuruh untuk pergi menuruni bukti lalu katanya akan ada rumah yang bisa menjadi tempat peristirahatan kita. " Kata Tanjiro menjelaskan.

" Oh. " Ucapku singkat.

Berberapa saat kemudian kami mengucapkan selamat tinggal kepada Shonichi, Teruko, dan kakaknya. Lalu memberikan bunga westeria. Mereka mengucapkan terimakasih lalu pergi.

Aku, Tanjiro dan yang lainnya bergerak kembali menuju tempat yang di maksudkan oleh Gagak.

Sudah cukup lama rasanya kami berjalan. Zenitsu sudah tidak memiliki kekuatan untuk berjalan jadi Tanjiro menggendongnya di punggung dan memintaku menjaga kotaknya.

Orang dengan topeng babi terlihat berberapa kali meledek Tanjiro. Dan pada saat itu juga aku menyadari namanya adalah. 'Inosuke'.

Lama sekali kami berjalan kami akhirnya melihat sebuah dinding yang kemungkinan dalamnya adalah rumah. Terdapat lambang bunga westeria di depan pintu pagarnya.

Ohayou~
Jadi bagaimana nih bagian kissingnya. Bikin gereget atau tidak?!

Maaf kalau enggak terlalu gereget karena umur saya yang masih terlalu kecil untuk mencobanya, jadi tidak tahu bagaimana yang lebih gereget.






𝙏𝙖𝙣𝙟𝙞𝙧𝙤 𝙓 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨 [√] I Have to Choose...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang