Chapter 34

1.8K 259 42
                                    

Ku tidak punya urusan dengan ini kan?! Jadi biarkan aku melakukan apapun yang aku mau.

Ucap ku. Entah kenapa aku begitu yakin untuk mengatakan hal itu, tapi hanya itu yang terpikir kan olehku.

Ku paling kan pandanganku ke arah Zenitsu yang masih marah- marah pada Tanjiro.

Tanpa pikir panjang ku tangkap tangan Zenitsu. Ku berikan senyuman paling menawan. Zenitsu tampak memerah, dan Tanjiro  tidak nyaman dengan sikapku.

" Ara~Ara~ Zenitsu~ apakah kau sudah mengemasi barang barangmu?" Tanyaku dengan suara paling manja yang bisa ku buat.

" Tentu! Aku sudah melakukannya! Jadi ayo berangkat bersama! Ayo jalan berdua! Berdua saja. " Ucap Zenitsu dengan cepat.

Zenitsu mulai balik mencengkam tanganku dengan kuat. Wajahnya sengaja dia dekatkan ke arah ku.

" Zenitsu tolong hentikan! "

Eh?!

Tanjiro tepat di samping ku memegang bahuku dengan kuat dan menarik ke arahnya.

" Kau ini apa apaan sih?! " Kata Zenitsu dengan wajah kesalnya.

" Sudahlah jangan ribut. " Ucap Kriss yang tiba tiba ikut. Dia juga menarik bahu Zenitsu sehingga dia mundur berberapa meter ke belakang.

" Ha ha ha! Mengapa harus berhenti ayo bertarung! " Teriak Inosuke.

Aku menghela nafas lalu dengan cepat mendorong sikut kananku ke belakang. Sikut ku tepat ke arah perut Tanjiro. Tanjiro terpaksa melangkah mundur, sambil memegang perutnya.

Ku tendang kencang ke arah Zenitsu dan Kriss. Karena mereka belum memiliki persiapan, mereka terlempar jauh ke belakang.

Aku tersenyum penuh kemenangan.
" Tiga laki laki... Berhasil ku kalahkan dengan cepat! " Ucapku.

Ku tatap Inosuke dengan tajam. Aku tidak tahu bagaimana dia membalas tatapan ku, karena dia menggunakan topeng babinya. Tapi ku rasa dia menatap ku dengan tatapan yang sama dengan cara ku menatapnya, bersiap membunuh.

Aku berhenti menatap padanya, ku alihkan pandanganku ke arah Tanjiro. Ku bantu dia berdiri. Aku tahu pasti rasanya benar benar sakit, karena ku lakukan dengan sangat kencang.

Ku tatap ke arah Zenitsu dan Kriss. Lalu ku bantu Zenitsu berdiri.

" Ayo berjalan bersama besok! " Ucap ku.

Pupil mata Zenitsu tampak membesar. Aku membalik tubuhku lalu pergi meninggalkan mereka.

" Istirahatlah yang cukup! " Teriakku. Lalu masuk ke kamar ku.

Aku memang sengaja tidak membantu Kriss. Aku berencana untuk balas dendam meskipun itu tidak akan membuatnya berhenti mengganggu ku, tapi setidaknya itu terbalaskan.

Pagi hari tiba, aku sudah berganti pakaian dengan seragam pemburu iblis dan haori ku. Aku pergi ke kamar Tanjiro, lalu membukanya tampa perhitungan. 

"Etto-

Ku lihat mereka semua tidak memakai baju. Dada Tanjiro dan yang lainnya terlihat begitu jelas. Kulit Zenitsu yang putih, terlihat begitu menggoda. Lekuk tubuh miliki Kriss benar benar sempurna. Rasanya seperti masuk ke dalam museum di mana laki laki sempurna di pajang di mana mana.

" Kau tidak apa, (y/n)? "

" huh?! "

" Hidung mu mengeluarkan darah. Kau mimisan ?! " Tanya Tanjiro.

" eh?!" pekik ku. 

Aku baru merasakan sesuatu merosot turun dari hidungku. ku seka hidungku dengan lengan ku. Terlihat noda darah di lengan ku. Aku buru buru menutup hidungku.  Pipi ku jelas merona. Ku balik tubuhku, lalu berlari keluar. 

" Maaf ! " Teriakku sambil berlari keluar.

Ku tutup kencang pintunya lalu bersandar di pintunya. Ku lepas tanganku dari hidungku. Ku rasakan darahnya berhenti keluar. Tubuh mereka terbayang samar samar. Aku menghembuskan nafas, mencoba menenangkan diri.Pertama kali bagiku melihat tubuh seorang lelaki secara langsung. Ibuku pasti akan memarahiku kalau tau apa yang ku lihat.  

" kau baik baik saja? " Tanya nenek pemilik tempat ini. 

Aku terkejut. Ku lihat sekelilingku. Aku tidak tahu kapan dia datang, dia tiba tiba berada di samping ku. Biasanya aku akan merasakan Aurora jika seseorang mendekati ku, tapi aku tidak merasakannya. 

Aku tersadar kalau malam pertama kami di sini, ketika aku sedang mengobrol dengan Inosuke. Orang itu tiba tiba berada di belakang kami. Aku tidak pernah merasakan auroranya, sama sekali tidak.

" Kau baik baik saja? " Tanya nenek itu kembali.

" Ah~ Ya aku baik baik saja. " Ucapku dengan gugup.

" bagus lah kalau begitu. Ku dengar kau akan berangkat sebentar lagi. " ucapnya.

" Tentu. Apa ada masalah dengan itu ?"

" Tidak... Hanya ingin mengucapkan semoga beruntung. " Balasnya.

" Hm...Terimakasih. " 

Nenek itu pergi meninggalkan ku. Aku menghela nafas, lalu ku ketuk pintu kamar Tanjiro.

" Hey kalian sudah selesai! " Ucapku.

Lalu pintu pun terbuka. Kriss keluar paling pertama. " Tidak ingin melihatnya lagi? " Goda Kriss sambil memegang kancing seragamnya.



𝙏𝙖𝙣𝙟𝙞𝙧𝙤 𝙓 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨 [√] I Have to Choose...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang