PART 11

190 8 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Dareen bosan dirumah terus. Akhirnya ia memutuskan untuk kerumah Deena di hari Minggu ini. Dareen memakai jaket nya dan mengambil kunci motornya lalu segera kebawah.

Dibawah, Dareen melihat Caca dan Y/n sedang nonton TV bersama. Dareen menghampiri keduanya lalu memanggil y/n.

"Ma aku pergi ya" kata Dareen sambil mengajak salim y/n.

"Mau kemana?" Tanya y/n.

"Biasa lah ngapel pacar" kata Dareen menunjukkan cengiran nya.

"Mama ga izinin" kata y/n.

"Hah? Kan biasanya Mama seneng kalo Dareen mau kerumah Deena" kata Dareen.

"Iya itu dulu. Sekarang engga. Sana balik ke kamar hari ini gausah kemana-mana" kata y/n galak.

"Ma, Dareen udah janji sama Deena" kata Dareen memelas.

"Batalin janji kamu" kata y/n tetap pada pendirian nya.

Jimin yang baru keluar dari arah kamar mandi itu mendengar percakapan keduanya. Ia memilih untuk melihat dari jauh.

"Mama egois. Gapernah mau liat anak nya seneng" kata Dareen.

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Dareen. Itu pertama kali nya y/n menampar pipi anak nya.

Jimin melotot kaget. Ia segera berlari menghampiri mereka.

"APA APAAN KAMU NAMPAR DAREEN?!" Bentak Jimin kemudian mendekap anak nya.

"Mama tega nampar Dareen?" Tanya Dareen lirih.

"M-mama ga seng—" ucapan y/n terpotong.

"Dareen benci sama Mama" Dareen segera berlalu dari sana. Y/n masih terdiam sambil menatap tangan nya kosong.

"Mama udah keterlaluan Ma. Caca ga percaya Mama bakal segini nya. Dareen juga udah dewasa Ma, dia berhak nentuin pilihan nya" kata Caca kemudian berlalu dari sana.

"Aku kecewa untuk kedua kalinya sama kamu. Padahal hari ini niatnya aku mau ngajak kalian jalan-jalan, tapi karena ulah kamu semuanya gagal!" Bentak Jimin kemudian berlalu dari sana menyusul Dareen.

Y/n terduduk lemas kemudian menanangis. Se emosi itukah dirinya bila ada hal yang bersangkutan dengan keluarga Suga?

"Apa aku harus kasih tau ke mereka semuanya?" Lirih y/n. Akhirnya y/n memutuskan untuk keatas, ke kamar Dareen.

Tok tok tok

"Dareen buka pintunya nak" ucap y/n. Namun tidak ada balasan. Y/n membuka pintu kamar Dareen dan ternyata tidak terkunci.

Y/n masuk dan mendapati Dareen yang sedang tertawa bersama Jimin. Anak laki-laki nya itu terlihat akrab dengan Papa nya.

"Dareen, maafin Mama" ucap y/n sambil menatap anak nya itu. Seketika tawa keduanya berhenti. Dareen memalingkan wajahnya dari y/n.

"Dareen, tadi Mama emosi" kata y/n.

"Tapi kenapa harus nampar Dareen Ma? Seburuk itukah Dareen sampe Mama nampar Dareen?" Tanya Dareen.

"Bu-bukan gitu Dareen. Mama cuma gasuka kamu deket sama Deena" kata y/n to the point.

"Kalo mama emang gasuka sama Deena, seharusnya dari dulu bilang gasuka. Kenapa baru sekarang? Kenapa saat Dareen udah cinta sama Deena, mama baru ngelarang Dareen?!" Bentak Dareen.

"Dareen, ga baik bentak Mama kaya gitu" kata Jimin membela y/n. Walaupun masih ada sedikit kesal di hatinya, tapi Jimin kasihan melihat y/n di pojokkan oleh Dareen.

"Papa mau kamu putusin Deena" kata Jimin serius. Dareen sontak kaget dan menatap Jimin tidak percaya.

"Sekarang Papa kena hasutan Mama? Kalian berdua sama aja. Gapernah mau liat Dareen bahagia" kata Dareen berusaha menahan emosi nya.

"Ini keputusan Papa. Terima ga terima, kamu harus nurut. Nanti malam, Papa akan antar kamu kerumah Deena dan kamu harus mutusin dia di depan Papa" kata Jimin menatap tegas Dareen.

"DAREEN BENCI KALIAN BERDUA!" Bentak Dareen kemudian ia segera keluar dari rumahnya. Ia melajukan motornya kencang, entah kemana tujuan nya saat ini.

"Kita harus secepatnya kasih tau mereka Jim. Kalo engga, mereka bakalan terus-terusan benci sama kita" kata y/n.

"Tapi resiko nya besar y/n, kalo kita kasih tau, Caca pasti bakalan benci banget sama kamu dan dia pasti bakalan kecewa karena udah bohongin dia" kata Jimin.

"Tapi apa kamu mau hidup dengan kebohongan selama nya?" Tanya y/n.

"Oke nanti malem kita kasih tau mereka secara baik-baik. Kita harus terima resiko semuanya" kata Jimin kemudian pergi dari sana meninggalkan y/n.

***

Jimin, y/n dan Caca kinu sedang kumpul di ruang keluarga. Mereka menunggu Dareen yang dari siang belum pulang. Sudah di hubungi berkali-kali pun tidak diangkat.

"Lagian Papa sama Mama juga salah si. Ngapain sih ngelarang Dareen? Dareen kan udah gede. Harusnya kalian ngerti" kata Caca.

"Udah deh Ca. Jangan tambah beban Mama kamu. Dia lagi pusing sekarang" kata Jimin membela.

Dering telepon rumah berbunyi. Mereka semua saling berpandangan. Akhirnya Caca memutuskan untuk mengangkat telepon nya.

"Halo?" Ucap Caca.

"Selamat malam. Dengan kelurga Dareen?" Tanya suara perempuan di seberang sana.

"Iya betul bu. Saya adik nya. Ini siapa ya?" Tanya Caca.

"Kami dari pihak rumah sakit Harapan, memberitahu bahwa Dareen tertabrak truk dan kepala nya mengalami perdarahan. Dimohon untuk keluarga segera kesini. Karena pasien akan segera di operasi" kata Suara perempuan tersebut.

Caca membanting telepon nya. Ia langsung menangis. Jimin dan y/n menghampiri Caca.

"Caca kenapa? Tadi siapa?" Tanya y/n bingung.

"Kalian berdua bener-bener jahat. DAREEN KECELAKAAN GARA-GARA MAMA SAMA PAPA" kata Caca menangis kemudian berlalu dari sana. Sebelum ia keluar, ia berteriak.

"ke rumah sakit harapan sekarang. Kalo kalian masih mau liat Dareen hidup" kata Caca kemudian meninggalkan rumah itu untuk menuju rumah sakit Dareen sendirian.

***

Friendzone Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang