Jimin langsung mengunci pintu kamar dan mendorong tubuh y/n ke kasur. Jimi membuka semua pakaian nya dan merobek pakaian milik y/n.
Jimin melumat bibir y/n kasar. Ciuma nya turun ke leher y/n dan membuat kissmark disana. Lalu Jimin turun ke payudara y/n dan menghisap nipple nya seperti anak bayi.
Jimin menggesek-gesekkan Juniornya ke Miss V milik y/n.
"Udah siap?" Tanya Jimin memasang smirk nya. Y/n hanya mengangguk pasrah.
Jimin memasukkan milik nya kedalam sana. Menggenjotnya dengan tempo cepat. Keduanya kini sudah berkeringat dan hanya terdengar bunyi decitan kasur dan desahan y/n.
"Aahh aahh Jim faster aahh aahh" desah y/n. Jimin semakin mempercepat tempo nya.
"Dikit lagi aahh aahh" desah y/n.
"Aahh aahh jim gatahan aahh" desah y/n. Kemudian Jimin mengeluarkan Junior nya dan mengeluarkan cairan putih kental itu ke muka y/n.
Y/n langsung menghisap nya dan menelan nya. Jimin mengarahkan Juniornya ke mulut y/n. Y/n langsung mengulum nya dalam.
"Aahh aahh enak" desah Jimin. Y/n semakin mempercepat gerakan nya. Jimin menggigit bibir bawah nya tidak tahan lalu mengeluarkan cairan putih itu lagi ke dalam mulut y/n.
Kringg kringg
Baru saja Jimin ingin melanjutkan aktivitasnya, tapi telepon berbunyi.
"Ck ah ganggu aja sih" kata Jimin kemudian mengeluarkan Juniornya dan berjalan ke arah meja.
"Halo?" Ucap Jimin.
"PAPA DAREEN UDAH SADAR. PAPA DIMANA SEKARANG??" Teriak Caca dari telepon.
Jimin segera menjauhkan hp nya dari telinga karena suara Caca yang cempreng itu. "Iya iya Papa sama Mama kesana"
Tut
Jimin mematikan hp nya. Ia berjalan menghampiri y/n. Sebelum y/n bertanya, Jimin sudah langsung berbicara "Nanti aja kita lanjutin. Dareen udah sadar" kata Jimin sambil memakai pakaian nya.
Mata y/n melotot tidak percaya. "SERIUS?!" Teriak y/n. Jimin hanya mengangguk. Mood nya jelek karena Caca yang mengganggu aktivitas nya. Y/n langsung turun dari kasur dan berjalan kearah lemari untuk mengambil baju nya yang baru.
Mereka berdua kini segera menuju rumah sakit untuk melihat keadaan Dareen.
***
Jimin dan y/n masuk ke ruangan Dareen. Dilihatnya Deena yang sedang menyuapi Dareen dengan buah apel yang sudah di potong-potong.
Y/n langsung memeluk tubuh Dareen erat "Kamu baik-baik aja?" Tanya y/n.
"Baik Ma. Tapi dada aku masih sesek gitu buat napas" kata Dareen.
"Yaudah. Jangan terlalu cape ya" kata y/n.
"Ma, yang ngasih aku jantung siapa?" Tanya Dareen.
"Azriel" jawab y/n. Dareen mengerutkan alisnya bingung.
"Azriel?" Beo Dareen.
"Azriel temen kamu. Dia yang nolongin kamu waktu kecelakaan. Dan dia juga yang rela berkorban demi nyelametin nyawa kamu" kata y/n menjelaskan.
"Terus Azriel mana sekarang? Aku mau ketemu sama dia" kata Dareen.
"Setelah operasi, dia gak selamat. Dan sekarang kita harus doain supaya dia tenang di alam sana" kata y/n.
"A-APA?! Azriel meninggal?" Teriak Dareen. Y/n hanya menganggukan kepala nya.
Dareen menundukkan kepalanya menyesal, "Maafin gue. Gue pernah benci sama orang sebaik lo. Maaf maaf" ucap Dareen pelan.
"Udah gausah sedih. Jangan nyalahin diri kamu sendiri Dareen. Ini emang udah takdirnya kaya gini" kata Deena menenangi Dareen.
"Kita harus ikhlas. Oiya Caca mana?" Tanya Jimin.
"Ke kamar mandi tadi Om" saut Deena.
"Papa kamu mana?" Tanya Jimin lagi.
"Gak tau deh. Tadi abis keluar sama tante y/n terus ga kesini-kesini lagi" kata Deena.
"Terus kamu kok masih disini? Ga pulang?" Tanya Jimin. Sebenarnya ia ingin langsung mengusir Deena. Tapi lebih baik menggunakan cara halus saja.
"Engga Om. Saya mau jagain Dareen aja" kata Deena.
"Sana kamu pulang aja. Dareen bukan anak TK yang harus di jagain terus" kata Jimin.
Jleb
Entah kenapa, saat Jimin berbicara seperti itu, hatinya terasa sakit. Deena langsung menatap Dareen meminta pembelaan.
"Pah, orang Deena nya juga masih mau disini. Dareen juga seneng kok kalo ada Deena disini" kata Dareen.
"Tapi Papa yang ga seneng liat dia disini" kata Jimin. Deena berusaha menahan air matanya.
"Yaudah aku pulang aja" Deena bangun dari bangku dan mengambil tas nya, "Cepet sembuh ya, nanti aku kesini lagi" kata Deena berbicara ke arah Dareen.
"Maaf ya Om, Tan. Kalo kehadiran saya disini buat kalian merasa risih. Saya pergi dulu. Permisi" kata Deena kemudian keluar.
"DEENA" Dareen meneriaki nama Deena, tapi Deena sudah terlanjur menutup pintu. Dareen kesal oleh tingkah Jimin yang suka mengatur itu.
"Papa apa-apaansih. Apa Papa gak mikirin perasaan Deena? Kasian Pa dia cuma mau disini aja emang salah apa?" Kata Dareen kesal.
"Dareen udah ya gausah marah-marah. Nanti kamu bisa drop kata y/n menasihati.
"Obat aku cuma Deena. Gak ada Deena disini berarti aku ga bakal sembuh" kata Dareen memalingkan wajah nya.
"Kalo kamu tau fakta yang sebenarnya. Pasti kamu bakalan benci sama orang yang kamu sayang itu" kata Jimin kemudian berlalu dari sana.
Dareen mengerutkan alisnya bingung. Dareen menoleh ke arah y/n, "Fakta apa ma?" Tanya Dareen.
"Ha? E-eh i-itu hmm Ma-mama juga gak tau deh" kata y/n gugup.
Dareen memicingkan mata nya. Tingkah y/n terlihat sangat aneh. "Kayanya ada yang di sembunyiin dari gue" batin Jimin.
Tak lama terlihat Caca baru saja masuk dari arah luar. "Eh Mama. Papa mana?" Tanya Caca.
"Keluar tadi" jawab y/n.
"Loh? Deena mana? Ini aku baru aja beli makan buat Deena" kata Caca sambil mengangkat satu kantong kresek.
"Diusir" jawab Dareen. Caca mengerutkan alisnya bingung.
"Diusir? Tadi ada satpam masuk?" Tanya Caca polos.
"Sama bapak lo noh diusir" kata Dareen.
"Yee bapak gue bapak lo juga bego" saut Caca kesal.
"Eh ngomong nya gaboleh kasar ya!" Bentak y/n.
"Ya tuh abisnya Dareen duluan. Ah mending lo bangun nya ntar-ntaran aja dah daripada sekarang" kata Caca kemudian berjalan ke arah sofa memilih untuk makan.
Dareen tidak menghiraukan omongan Caca. Ia masih memikirkan perkataan Jimin yang tadi. Sebenarnya fakta apa yang dimaksud Jimin?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone Season 2
Teen Fiction[COMPLETED] Lanjutan friendzone season 1. Yang belum baca bisa baca yg kesatu dulu biar paham alurnya yaa