Jimin bangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah jam sudah menujukkan pukul 7.45. Jimin menolehkan kepala nya kesamping tapi tidak menemukan y/n disana.
Jimin keluar kamar. Ia menolehkan kepala nya ke kanan dan ke kiri. Alisnya mengkerut saat melihat pintu kamar Caca terbuka.
"Caca pulang?" Gumam Jimin. Kemudian ia berjalan kearah kamar Caca. Ia mengintip dari celah dan ia melihat ada y/n disana yang sedang menangis sambil memeluk foto Caca.
"Mama kangen hiks hiks" tangisan y/n bisa Jimin dengar. Terlihat bahu nya bergetar naik turun. Rasanya Jimin ingin menghampiri y/n dan membawa nya kedalam pelukan nya.
Tapi gengsi Jimin terlalu besar untuk melakukan itu semua. Akhirnya Jimin memilih untuk segera berangkat ke kantor. Karena rapat dengan perusahaan Suga akan dimulai pukul 09.00.
***
Selama rapat berlangsung, Jimin dan Suga saling menatap seakan-akan ingin membunuh.
"Rapat kali ini selesai. Kalian semua boleh keluar" ucap Jimin.
"Tapi Pak, kita be—" ucapan salah satu karyawan Jimin terpotong.
"Saya bilang selesai!" Bentak Jimin.
"B-baik Pak" ucap karyawan Jimin ketakutan
Semua nya berjalan keluar pintu. Suga melewati Jimin dengan tatapan sinisnya. Jimin menggebrakkan meja.
Braakk
Suga menoleh lalu mengangkat satu alisnya. Jimin langsung bangun dari kursi nya dan berjalan menghampiri Suga dengan raut wajah yang sudah merah.
Bugh
"BRENGSEK! SEBENERNYA APA YANG LO MAU SIH?!" Bentak Jimin dengan nafas ngos-ngosan.
Suga tertawa remeh, "Ayo pukul gue sepuas lo!" Teriak Suga.
Bugh
Bugh
Bugh
Jimin semakin membabi buta pukulan nya. Suga diam tidak membalas. Setelah dirasa sudah cukup, Jimin berhenti memukuli Suga.
"Haha udah? Segitu doang?" Ledek Suga.
Tangan Jimin sudah siap untuk menonjok muka Suga lagi, "Emangnya dengan lo pukulin gue kaya gini, keluarga lo bakal balik lagi?" Tanya Suga.
Jimin menurunkan kepalan tangan nya. "Tolong... lo pergi dari hidup keluarga gue. Biarin gue hidup tenang kaya dulu" lirih Jimin.
Prok prok prok
Suga memberi tepuk tangan kearah Jimin. "Hahaha gimana jadinya ya? Kalo bos besar pemilik perusahaan ini minta mohon sama musuh nya? Haha" ledek Suga.
"Gue bakalan lakuin apapun. Asalkan lo pergi dari hidup gue dan biarin gue hidup tenang sama keluarga gue" kata Jimin.
"Hmm oke. Gue mau lo mohon kaya tadi dan sujud dibawah kaki gue" kata Suga.
Jimin mendongakkan kepalanya. "Kalo gue udah lakuin?" Tanya Jimin.
"Gue bakalan nurutin semua permintaan lo" jawab Suga.
Jimin terduduk. Ia benar-benar bersujud sekarang di kaki Suga. "Suga. Gue mohon sama lo. Pergi dari hidup gue. Gue mau gue hidup tenang sama keluarga gue. Dan please suruh Caca balik lagi kerumah" mohon Jimin.
Ceklek
Pintu ruangan terbuka. Betapa terkejutnya y/n yang melihat Jimin sedang bersujud dibawah kaki Suga. Y/n langsung berlari kearah Jimin dan mengangkat nya untun bangun.
"Jimin bangun! Kamu ngapain sih pake kaya gini segala?!" Bentak Y/n.
"Y-y/n? K-kamu kok bisa ada disini?" Tanya Suga.
"Ternyata ini ya kelakuan busuk lo?! Emang bener lo gak pernah berubah dari dulu sampe sekarang! Brengsek!" Teriak Y/n.
Plak
Y/n melayangkan tamparan nya ke pipi mulus Suga. Suga memegangi pipi nya yang panas itu. "Jimin bangun! Kamu gak pantes kaya gin tau ga?!" Bentak y/n.
"Engga! Aku gabakal bangun sampe Suga nge iya in omongan aku!" Teriak Jimin.
"Jimin bangun!" Teriak y/n lalu memaksa Jimin berdiri. Jimin kemudian bangun lalu menatap y/n sendu.
"Kamu bodoh kaya gini diajarin siapa sih?! Kamu udah di bego in tau ga sama dia?! Ayo kita pergi sekarang!" Bentak y/n kemudian menarik tangan Jimin.
Dari belakang, Suga mengeluarkan sapu tangan nya yang sudah ia semprot dengan obat bius. Lalu Suga berjalan kearah y/n dan membekap mulutny sampai pingsan.
Suga langsung membopong tubuh y/n dan membawa lari y/n.
"SUGAA MAU KEMANA LO ANJING!" Teriak Jimin berusaha mengejar Suga.
Suga membuka pintu lift lalu buru-buru menutupnya. "AH SIALAN!" Teriak Jimin. Jimin kemudian menuruni tangga darurat untuk segera menyusul Suga.
"Mari kita bermain-main sayang" bisik Suga. Suga segera keluar dari lift dan membawa masuk y/n kedalam mobil nya.
Jimin sudah tiba di parkiran. Ia mencari mobil Suga tapi ternyata Jimin kalah cepat. Suga sudah melajukan mobil nya. Jimin menendang ban mobil asal.
"BRENGSEK LO ANJING!" Teriak Jimin frustasi. Jimin segera masuk kedalam mobil nya. Lalu ia menelpon Dareen.
"Halo?" Saut Dareen.
"Dareen. Pulang sekarang Papa jemput. Mama kamu di culik! Bantu Papa lacak mobil kamu bisa kan?" Ucap Jimin kemudian segera mematikan telepon nya dan segera menuju sekolah Dareen.
***
Dareen mengerutkan alisnya bingung. "Kok dimatiin? Tadi Papa suruh aku cari orang yang bisa lacak?" Gumam Dareen kemudian berpikir sebentar.
"Caca! Iya, Caca bisa. Aku harus ke kelas Caca" Dareen kemudian segera bergegas ke kelas Caca dan beruntung nya, Caca lagi ada di balkon kelasnya.
Dareen menarik tangan Caca, tapi langsung di tepis kasar oleh Caca, "APAANSIH!" Bentak Caca.
"Ikut gue. Mama diculik. Ilangin dulu rasa benci lo ke gue dan Papa. Tapi please, Mama butuh kita" kata Dareen memohon.
Caca menurut kemudian mereka berdua bergegas mengambil tasnya lalu turun untuk menunggu Jimin menjemputnya.
"Kok bisa Mama diculik? Siapa yang nyulik?" Tanya Caca.
Dareen mengangkat bahu nya, "Gak tau. Tadi Papa cuma bilang gitu terus suruh cari orang yang bisa lacak mobil terus gue kepikiran sama lo" kata Dareen kemudian menolehkan kepala nya ke Caca.
"Semoga Mama baik-baik aja" ucap Caca.
"Semoga" kata Dareen kemudian mendekap Caca kedalam pelukan nya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone Season 2
Teen Fiction[COMPLETED] Lanjutan friendzone season 1. Yang belum baca bisa baca yg kesatu dulu biar paham alurnya yaa