Y/n mendorong masuk Caca ke kamar dan mengunci nya. Jimin dari tadi bingung ada apa y/n dengan Caca? Tiba-tiba y/n pulang dan menarik paksa tangan Caca lalu mendorong Caca masuk ke kamar.
"MAMA CACA CUMA BUTUH PENJELASAN. MAKSUD AYAH APA MAAA!!" Teriak Caca dari dalam kamar sambil menggedor gedor pintu kamarnya.
Jimin menoleh ke arah y/n, "Ayah?" Beo Jimin.
"MAMA SAMA PAPA BOHONGIN APA SAMA CACA!!" Bentak Caca.
"Y/n kenapa sih? Caca kenapa?" Tanya Jimin. Tapi y/n memilih untuk bungkam. Kalau dia kasih tau sebenarnya ke Jimin, nanti Jimin bisa marah karena dia bertemu dengan Suga tadi.
Jimin menarik tangan y/n dan mengambil kunci pintu kamar. Tapi y/n langsung membuang kunci tersebut dan tidak tau sekarang dimana.
Jimin mendecak kesal. Rasa penasaran nya semakin besar. Jimin kemudian mendobrak pintu kamar Caca.
Braaakkk
Caca mendongak kaget. Ia langsung menghampiri y/n yang masih mematung disana. "AKU UDAH GEDE MA. AKU BERHAK TAU SEMUANYAA" teriak Caca sambil menangis.
Caca menghampiri Jimin, "Pa, Papa sayang kan sama Caca?" Tanya Caca.
"Sayang dong. Kenapa kamu nanya gitu?" Tanya Jimin.
"Kalo gitu jelasin Pa semuanya ke Caca. Apa yang kalian sembunyiin dari Caca?!!" Bentak Caca.
"Caca! Jangan bentak Papa kaya gitu! Siapa yang ngajarin kamu gak sopan?!" Bentak y/n.
"Aku bakalan sopan kalo kalian bisa jujur sama aku. Ma, Mama tinggal jelasin maksud ayah tadi apa Maa!" Bentak Caca.
"CACA STOP. MAMA BILANG JANGAN PERNAH KAMU PANGGIL DIA DENGAN SEBUTAN AYAH!" Bentak y/n marah.
"Ini kenapa sih? Ayah siapa? Dia siapa?" Tanya Jimin bingung.
"Tadi aku kerumah Deena, terus ada Om Suga disana. Dia nyuruh aku manggil dia Ayah, terus dia juga bilang kalo aku selama ini di bohongin sama kalian" jelas Caca.
Jimin mematung. Y/n bernafas lega. Untung nya Caca tidak menceritakan bahwa tadi ia bertemu dengan Suga.
"Caca dengerin Papa. Mulai sekarang kamu jangan pernah percaya sama semua omongan dia. Dan jangan pernah panggil dia dengan sebutan Ayah. Ayah kamu cuma Papa. Sekali lagi Papa denger kamu manggil dia dengan sebutan Ayah, Papa akan usir kamu dari rumah ini!" Bentak Jimin marah.
"Kenapa Pa? Kalo omongan dia emang bohong, coba jelasin ke Caca bohong nya dimana?!" Tanya Caca.
Y/n dan Jimin mematung. Ia bingung ingin menjawab apa. "Ternyata bener omongan dia. Aku bakalan cari tau sendiri kalo emang kalian kalian gak ngomong secara langsung dari mulut kalian" Caca berlalu dari sana.
Jimin langsung menarik tangan Caca, kemudian memeluk nya. "Jangan pernah lakuin hal bodoh. Kamu lebih percaya Papa sama Mama yang udah ngurus kamu dari kecil, atau percaya sama dia orang baru yang masuk ke kehidupan kamu?" Tanya Jimin.
"Tapi aku butuh alesan Pa. Kenapa Papa segitu kekeh nya kalo dia bohong" kata Caca.
"Aku bakalan tanya langsung ke dia. Kalo ternyata kalian yang bohong, aku bakalan benci kalian!" Bentak Caca kemudian menepis kasar tangan Jimin dan berlalu dari sana.
"KAMU SEBENERNYA BUKAN ANAK PAPA!" Teriak y/n. Jimin menatap kaget ke arah y/n. Caca berhenti, ia terdiam dan membalikkan tubuh nya menatap kedua orang tua nya tidak percaya.
"A-apa?" Tanya Caca.
"Kamu anak kandung Mama sama Ayah. Waktu dulu kita ngelakuin kesalahan besar. Tapi ayah kamu gak mau tanggung jawab. Dan Papa orang baik hati yang mau tanggung jawab atas semuanya" jelas y/n.
Caca menutup mulutnya untuk menahan isakan nya. "J-jadi a-aku anak ha-haram?" Satu air mata lolos dari mata nya.
Caca segera berlari keluar rumah. Ia tidak ingin tinggal dirumah ini lagi. Caca merasa dirinya kotor. Y/n berniat ingin mengejar Caca, tapi di tahan oleh Jimin.
"Gausah dikejar. Dia lagi butuh waktu sendiri buat nerima ini semua. Nanti dia juga bakalan pulang kok. Kita mendingan ke rumah sakit aja liat Dareen" kata Jimin.
Apa yang di bilang Jimin ada benarnya. Jadi y/n memutuskan untuk kerumah sakit saja menemani Dareen.
***
Pintu ruangan terbuka. Terlihat Dareen yang sedang bermain game di ponsel nya. Y/n memegangi kepala Dareen.
"Gimana? Udah mendingan?" Tanya Y/n. Dareen hanya mengangguk.
"Ma, Pa. Kata dokter besok aku udah boleh pulang" kata Dareen.
"Yaudah. Tapi kamu gaboleh sekolah dulu ya" kata Jimin.
"Yah Papa. Kenapa emang?" Tanya Dareen lesu.
"Kamu kan belom sehat banget Dareen. Turutin Papa!" Tegas Jimin. Dareen hanya mengangguk pasrah.
"Oh iya, tadi Dareen nyuruh Caca kerumah Deena. Tapi sampe sekarang kok belom pulang sih? Padahal udah mau malem" kata Dareen bingung.
"Tadi Caca kerumah ga Ma?" Tanya Dareen ke y/n.
Y/n menatap Jimin meminta jawaban, "Engga. Sebentar lagi pulang kali" kata Jimin.
"Coba deh aku telfon" Dareen mengangkat HP nya, mencoba menelpon Caca.
"Halo?" Suara di seberang sana terdengar sangat asing.
Dareen mengerutkan alisnya karena itu suara laki-laki. Bagaimana bisa Caca dekat dengan lelaki lain selain dirinya?
"Ini siapa?" Tanya Dareen.
Y/n dan Jimin menatap bingung Dareen, "Caca angkat?" Tanya Jimin.
Dareen menjauhkan ponsel nya dari telinga "Di angkat. Tapi kok yang nyaut suara cowo?" Tanya Dareen.
Jimin langsung mengambil paksa HP Dareen, "Ini siapa?" Tanya Jimin.
"Hahaha. Yakin gak kenal?" Tanya suara di seberang sana.
Y/n dan Jimin hapal suara tersebut. Itu adalah suara Suga. Iya, Suga.
"Anak kamu di tangan saya. Itu semakin mudah untuk semakin membuatnya benci dengan kalian hahaha" kata Suga di seberang telepon.
Jimin segera mematikan HP nya dan melempar asal ke arah Dareen. Ia bergegas keluar untuk mencari Caca. Y/n tidak di bolehkan ikut karena ini adalah hal yang berbahaya.
"Ma? Papa kenal suara tadi?" Tanya Dareen.
Y/n mengangkat bahu nya acuh. "Doain aja semoga Caca ga kenapa-kenapa ya" kata y/n.
"Ma, aku mau nanya deh. Sebenernya Papa itu setuju ga kalo aku pacaran sama Deena?" Tanya Dareen.
"Kenapa kamu nanya nya gitu?" Tanya balik y/n.
"Aku gaenak aja sama Deena. Tiap dia kesini, pasti Papa selalu nunjukin kalo dia emang gasuka sama Deena. Padahal kan Deena baik Ma sama aku" kata Dareen.
"Hmm kalo itu Mama kurang tau. Tapi kalo kamu seneng, Mama setuju kok" kata y/n mengelus pucuk kepala Dareen.
"Oh iya Ma. Mama perhatiin gak sih? Papa nya Deena itu muka nya lumayan mirip sama Caca? Ko bisa mirip ya Ma?" Tanya Dareen bingung.
Deg
Y/n berusaha menetralisir detak jantung nya. "Ah kamu. Engga lah. Yakali mirip. Caca kan mirip nya sama Mama sama Papa. Mana mungkin mirip sama orang lain yang buka keluarga kita haha" kata y/n tertawa hambar.
"Bener Ma. Coba deh tar Mama li—" y/n meletakkan jari telunjuk nya di depan bibir Dareen.
"Ssttt masih sakit gaboleh cerewet. Istirahat sana tidur. Mama mau tidur dulu ngantuk" jata y/n berlalu dari sana.
Ia tidak boleh terpancing dengan omongan Dareen. Bisa bisa dirinya keceplosan nanti. Masalah Caca saja belum selesai apalagi nanti ditambah Dareen tau masalah ini.
***
***
![](https://img.wattpad.com/cover/228320002-288-k480387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone Season 2
Teen Fiction[COMPLETED] Lanjutan friendzone season 1. Yang belum baca bisa baca yg kesatu dulu biar paham alurnya yaa