Caca segera berlari di sepanjang koridor. Ia menabrak seseorang sampai membuatnya terjatuh.
"Aaww" ringis Caca kemudian memegangi bokong nya yang sakit. Caca mendongakkan kepalanya.
"Elo?!" Teriak Caca.
"Ayo bangun" kata Azriel sambil mengulurkan tangan nya.
"Siapa yang sakit?" Tanya Caca.
"Ikut gue kalo lo mau tau" Azriel membawa Caca kemudian mereka tiba di depan ruang operasi.
"Tadi gue lagi keluar, terus ngeliat ada rame-rame pas gue samper gataunya ada kecelakaan. Ternyata itu Dareen jadi gue langsung bawa kesini" jelas Azriel.
"J-jadi lo yang selametin Dareen?" Tanya Caca. Azriel hanya menganggukan kepalanya. Dengan refleks, Caca memeluk Azriel erat.
"Makasih banyak ya. Gue gatau kalo gak ada lo mungkin keadaan dia kaya gimana sekarang" kata Caca.
Dokter keluar dari ruang operasi. Caca segera melepaskan pelukan nya.
"Keluarga pasien?" Tanya Dokter.
"Saya adik nya dok" jawab Caca.
"Mari ikut saya" ucap dokter tersebut kemudian berjalan ke arah ruangan nya dan diikuti oleh Caca.
"Jadi gini, pasien membutuhkan donor jantung secepatnya. Dalam waktu dua jam bila tidak ada pendonor, maka nyawa pasien taruhan nya" jelas Dokter.
Caca shock. Ia melotot kaget "Yaudah jantung saya aja dok. Saya bisa sekaranh cepet ambil jantung saya dok" kata Caca memaksa.
"Golongan darah pasien adalah AB. Apa kamu juga AB?" Tanya Dokter.
"Hmm saya A dok. Tapi saya kembar dok. Apa gabisa? Cuma golongan darah doang dok yang beda" jelas Caca.
"Maaf tidak bisa. Harus yang mempunyai golongan darah AB. Lebih baik kamu segera cari pendonor. Pihak rumah sakit juga akan membantu" kata Dokter.
"Yaudah dok makasih saya keluar dulu" Caca kemudian keluar dengan lemas. Ia menitikan air matanya. Ia bingung gimana caranya dalam dua jam bisa menemukan donor.
Tiba diluar, ternyata sudah ada Jimin, y/n, Azriel, Deena dan Suga. Caca mengerutkan alisnya bagaimana bisa Deena disini? Dan siapa lelaki di sebelah Deena?
"Caca kata dokter apa?" Tanya Y/n.
"Dareen butuh donor jantung. Syarat nya yang punya golongan darah AB ma." Jelas Caca.
"Saya AB" celetuk Azriel. Semua menengok ke arah nya, "Saya siap donorin jantung saya buat Dareen" kata Azriel.
"Azriel apa-apaansih. Gak gini juga" kata Caca.
"Kenapa Ca? Selagi gue bisa berbuat baik kenapa engga?" Tanya Azriel.
"Lo juga mau kan abang lo tetep hidup? Lo sayang kan sama dia?" Lanjut Azriel.
"Apa kamu beneran?" Tanya Jimin.
"Iya Om. Saya beneran siap donorin jantung saya" kata Azriel.
"Tapi resiko terbesar kamu kemungkinan bisa men—" ucapan y/n terpotong.
"Saya paham tan, om. Saya lakuin ini demi caca. Saya cinta sama caca, tapi caca ga suka saya, cuma cara ini yang bisa saya tunjukin bahwa saya benar-benar mencintai caca" kata Azriel menengok ke arah Caca.
Caca hanya terdiam. Ia tidak tau antara senang atau sedih saat Azriel bicara seperti itu.
"Yaudah karena udah bulat, ayo saya antar ke dokter supaya segera operasi" kata Jimin membawa Azriel ke ruangan dokter.
"Ma ini siapa?" Tanya Caca ke y/n.
"Papa nya Dee—" ucapan y/n terpotong.
"Ayah kamu" jelas Suga. Semua yang ada disana terkejut termasuk Deena dan Caca.
"Apaansih Papa ngaco. Caca ini Papa aku" kata Deena memberi tahu. Dan Caca hanya menganggukan kepala.
"Kamu tumuh menjadi gadis cantik ya. Seperti ibu kamu" kata Suga menatap tulus mata Caca.
"Hehe makasih Om" ucap Caca salting.
"Jangan panggil saya Om. Panggil saya Ayah. Karena saya udah anggep kamu anak sendiri" kata Suga kemudian mengacak-acak rambut Caca.
Caca diam mematung. Rasanya seperti ada sengatan di tubuhnya. Jantung nya pun berdetak lebih cepat. Ia tidak tau dirinya kenapa.
"Iya Ayah" kata Caca tersenyum canggung. Kemudian Suga mengelus pipi Caca lembut.
"Papa kenapa?" Tanya Deena yang bingung melihat tingkah Suga.
"Eh gapapa. Papa cuma seneng aja kalo liat Caca" kata Suga jujur.
Deena menganggukkan kepalanya. "Ca? Padahal tadi siang dia bilang mau kerumah, tapi malahan sekarang kena musibah" kata Deena sedih.
"Yang sabar ya? Kita berdoa aja semoga semuanya diberi kemudahan" kata Caca memeluk Deena.
Tiba-tiba saja Jimin datang "Azriel memenuhi syarat. Kata dokter operasi bakalan berlangsung selama 3-5 jam. Jadi kita mending makan dulu" kata Jimin.
Semunya menurut. Mereka berjalan keluar diikuti oleh Suga dan Deena. Jimin menolehkan kepala nya ke Suga.
"Anda ikut?" Tanya Jimin. Suga hanya menganggukan kepala nya.
"Lebih baik anda pulang. Kasian anak nya udah kecapean. Saya mau sama keluarga saya. Kalo kalian ikut cuma ganggu" kata Jimin sinis.
"Jim apaansih" bisik y/n tidak enak.
"Papa kok ngomong nya gitu sih? Gaboleh tau. Om, Deena, maaf ya. Mungkin Papa aku lagi cape jadi agak pedes mulutnya hehe" kata Caca tidak enak.
"Baik" kata Suga melewati Jimin kemudian membisikkan sesuatu di kuping nya.
"Akan kurebut mereka darimu" bisik Suga yang hanya didengar oleh Jimin. Kemudian Suga segera masuk kedalam mobil diikuti oleh Deena.
"Bisikin apa Pa?" Tanya Caca.
"Bukan apa-apa. Udah ayo masuk" kata Jimin kemudian diikuti oleh keduanya.
"Ma, Pa. Tadi Papa nya Deena kok bilang kalo dia ayah aku sih?" Tanya Caca.
"Kapan bilang nya?" Tanya Jimin.
"Oh iya pas tadi Papa lagi nganter Azriel terus Papa nya Deena bilang kalo dia ayah aku" kata Caca. Tapi tidak ada yang menjawab.
"Hmm tapi diliat-liat kok aku mirip ya? Coba deh mama sama papa perhatiin. Mata aku sipit, terus papa deena juga. Kulit aku putih, terus Papa—" ucpaan Caca terpotong.
"Bisa gak sih gausa ngomongin orang itu lagi?!" Bentak Jimin sampai membuat y/n dan Caca tersontak kaget.
"Caca sayang. Kamu diem aja ya? Papa kamu lagi pusing mikirin Dareen. Jadi jangan ajak ngomong yang lain ya?" Pinta y/n lembut.
Caca menundukkan kepala nya "Hmm iya deh maaf" kata Caca cemberut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone Season 2
Teen Fiction[COMPLETED] Lanjutan friendzone season 1. Yang belum baca bisa baca yg kesatu dulu biar paham alurnya yaa