52.

606 56 0
                                    

Kabar itu meluas cepat.

Baik Lisa, Taehyung, Jungkook, dan Jennie hanya bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Berusaha menutup kuping rapat-rapat dari cibiran semua orang. Orangtua Jennie dan Jungkook mau mengerti. Orangtua Taehyung sudah tak peduli. Orangtua Lisa kini mencabut semua fasilitas putrinya sendiri.

Mulai hari pertama itulah rumah Jennie jadi basecamp keempatnya.

Jungkook masih menjadi pembawa berita kuliner dan wisata juga memiliki acara talkshow. Lisa dan Taehyung masih bernyanyi. Jennie masih menganggur seperti biasa dan menjalankan bisnis makanan secara online.

Keempatnya sama sekali tak peduli. Hati mereka kini lebih mereka pentingkan. Tak satu pun dari mereka yang menduga akan seserius ini. Ah, bukan tidak menduga. Hanya saja pikiran mereka tidak ingin memikirkan kemungkinan terburuk ini.

Saat ini keempatnya sedang makan malam. Seperti yang kalian duga, Jennie yang menyiapkan makan malam.

"Apa kita tidak akan membuka pernyataan ke publik? Kita semua perlahan akan hancur." Ucap Jennie ditengah makan malam membuat ketiga orang lainnya mematung. "Mungkin ada benarnya."

Lisa menggeleng, "Tidak. Tidak perlu. Biarkan mereka ingin berkata apa." Jungkook menghela nafas, "Dan membiarkanmu dilempari telur oleh mantan fansmu sendiri?" Memanyunkan bibir, Lisa menjawab. "Sudah banyak yang membatalkan jadwalku ke konser besar serta acara off air. Lebih banyak undangan acara talkshow. Itu tempat tertutup. Dan mereka selalu memeriksa bawaan penonton yang masuk. Dapat dipastikan aku tidak akan dilempari telur disana."

Keempatnya tanpa sadar menghela nafas berat.

Hening menyapa mereka. Mereka tak lagi bernafsu menghabiskan makanan.

Suara merdu mengalun dari salah satu ponsel, pertanda ada telpon masuk.

Ponsel milik Taehyung.

Malas, Taehyung mengangkat panggilan itu.

"Ayah tahu kalian berempat ada di tempat yang sama." Ucap suara berat itu menyapa pendengaran Taehyung bahkan sebelum Taehyung berkata 'Halo'. "Aktifkan loudspeaker. Ayah ingin bicara dengan kalian berempat."

Menurut, Taehyung mengaktifkan loudspeaker dengan volume maksimum. Ketiga orang lainnya mengernyit.

"Halo, semuanya. Aku Ayah Kim Taehyung. Aku hanya ingin bicara baik-baik. Kalian boleh menerima ataupun menolak saran pria tua ini."

Keempatnya saling tatap. Taehyung menanggapi. "Katakanlah. Kami akan mendengarnya."

"Kalian tidak mungkin berdiam terus di rumah setelah semua jadwal kalian habis. Dari Ayah Lisa, aku tahu bahwa acara yang dibawa Jungkook akan diputus kontraknya setelah satu tahun dan mungkin kontraknya akan dibatalkan jika acaranya tidak ditonton banyak orang. Lisa dan Taehyung tidak mendapat job apapun lagi setelah semua jadwal mereka dua tahun lagi terpenuhi. Bahkan jadwal Lisa dan Taehyung terancam dibatalkan. Lalu Jennie... Aku tidak tahu. Ku dengar bisnis kuliner. Tapi kalian tahu betapa mengerikannya masyarakat, kan? Kalau mereka tahu bisnis kuliner itu dijalankan oleh gadis yang dianggap pelakor, kemungkinan 40% hingga 75% pelanggannya enggan membeli. Selain itu, impiannya menjadi aktris maupun model semakin terancam."

Jennie tersenyum kecut, "Tampaknya aku yang paling mengenaskan."

Dapat terdengar suara tawa menggelegar dari Ayah Taehyung. "Ah. Yang merespon pasti Jennie. Tenanglah, Nak. Setelah bersama Taehyung aku jamin kau tidak semengenaskan itu."

Mata keempatnya terbelalak. Apa maksud orang ini?

"Sebenarnya apa yang ingin Ayah sampaikan?" Tanya Lisa kini tak sabaran. "Ah. Iya. Penawaran. Aku hampir lupa. Terimakasih sudah mengingatkan, Lisa."

Berdeham, dibalik telepon itu Ayah Taehyung tersenyum. "Untuk pertama kalinya, putraku sendiri berani menentangku. Aku berpikir dan sadar. Apa yang ku lakukan memang salah. Aku ingin kalian bicara seperti itu juga pada masyarakat. Aku yakin, kalian akan mendapat respon bagus."

Keempatnya mengernyit. Sedangkan Ayah Taehyung yang seakan bisa membaca pikiran keempat orang itu bicara. "Percaya atau tidak, di era sekarang, masih banyak yang mengalami perjodohan dan tak mampu menolak seperti Taehyung dan Lisa. Mungkin dengan melihat kalian, mereka bisa menyuarakan pendapat mereka. Aku yakin, mereka akan mendukung kalian. Belum lagi para idol yang dihujat ketika memiliki kekasih. Mereka pasti juga akan satu suara dengan kalian. Memang, pasti banyak yang membenci. Tetapi, Ayah yakin."

Senyum terbit di wajah pria tua itu. Menatap keluar jendela, ia berucap. "Ayah yakin orang dengan pendirian tetap seperti kalian akan berani menghadapi apapun. Tekad kalian yang akan menyelamatkan kalian. Setidaknya, wakilkan perasaan mereka yang terkekang oleh orangtua. Seperti aku... Aku adalah satu dari anak yang tak mampu mendapat kebahagiaan sendiri. Wakilkanlah perasaan kami."

Let's Cheating! [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang