10.

1K 105 1
                                    

Awalnya, Lisa berharap sosok dalam tirai hitam itu adalah kekasihnya, Taehyung. Tetapi, melihat dari bayangan yang ditampilkan oleh tirai yang diberi senter tampaknya sosok dalam tirai hitam serupa bilik ganti itu adalah perempuan.

"Ayo, coba ditebak Lisa." Rose memberi arahan untuk Lisa. Menggembungkan pipi, Lisa menjawab. "Sepertinya itu bukan Taehyung oppa."

"Kamu dapat menanyakan beberapa hal untuk mengetahui siapa sosok dalam tirai itu." Jimin ikut memberi arahan. Lisa mencoba berpikir keras. "Apa kamu Kim Taehyung?"

Sosok dalam tirai itu menggeleng. Lisa kembali bertanya. "Ah. Kamu adalah Taehyung oppa yang menyamar jadi wanita!" Lagi-lagi, gelengan yang menjadi jawaban sosok itu. Jimin menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Apakah tak ada yang lain di pikiranmu selain Kim Taehyung?"

Lisa menatapnya ngeri, "Mungkin aku akan memikirkanmu juga." Jimin menaikkan alis, "Benarkah?" Gadis itu mengangguk pelan. "Ya. Aku akan memikirkan cara agar tak bertemu lagi denganmu."

Tawa renyah penonton menggelegar. Rose menepuk jidat dan mencoba mengembalikan fokus mereka. "Ayo kembali ke permainan! Lisa, klunya adalah temanmu ketika SMP hingga SMA."

"Ah, Jennie!" Lisa berseru riang. Rose kembali bertanya. "Apa kamu yakin?" Percaya diri, Lisa mengangguk.

Sosok itu pun keluar dari tirai, langsung disambut pelukan oleh Lisa. Jennie tertawa, membalas pelukan Lisa. Lisa tampak merengut. "Ada apa? Kamu menebaknya dengan mudah. Seharusnya kamu senang!" Jennie berujar ditanggapi Lisa dengan gelengan. "Tidak! Jimin tampak menyeramkan huaaa!"

Rose mengepalkan tangan, mengacungkannya ke udara. "Bully Jimin!!!" Mendapat komando itu para penonton menyoraki Jimin. Jimin mengernyit, menutupi wajahnya. Sejak kapan acara ini menjadi seperti ini?

Wah, wah. Lisa dan kepolosannya memang membawa banyak hal baru.

Jimin menepuk pundak Lisa. "Jadi, kenapa kamu bisa menebaknya dengan mudah? Apa dari SMP hingga SMA kamu hanya berteman dengannya?" Lisa menggeleng. "Tidak. Aku juga sempat bersahabat dengan Rose." Rose merangkul Lisa dan Jennie. "Ya. Itu benar. Mungkin kamulah yang semasa muda hanya memiliki satu teman."

Jimin jadi cemberut, "Kenapa pria tampan sepertiku dibully seperti ini?" Rose terkekeh, tapi kembali fokus pada acara. "Oke. Biar ngobrolnya enak kita balik ke sofa, yuk."

Berdeham, Rose kembali melanjutkan urutan acara. "Jadi sekarang, kita bakal masuk ke game pernah gak pernah! Jadi, ini ada sisi tulisannya pernah dan satu sisi lagi gak pernah. Jawab pertanyaan yang aku bacain dengan jujur, ya."

Lisa dan Jennie mengangguk. Semangat, mereka mendengarkan pertanyaan baik-baik.

"Pernah gak pernah, kalian pernah gak berantem karena cowok?"

Keduanya kompak mengangkat sisi gak pernah. Jimin melanjutkan pertanyaan. "Pernah gak pernah, suka sama cowok yang sama!"

Keduanya mengangkat papan pernah.

Rose berdecak kagum. "Wah, pernah? Tapi kalian gak berantem karena itu." Jimin jadi mencibir, "Loh? Kenapa kamu tidak tahu? Bukannya tadi kamu bilang kamu teman mereka?" Jika tadi ia berdecak kagum, kini ia berdecak sebal. "Ck. Aku hanya pernah setahun sekelas dengan mereka."

"Wah. Pertemanannya hanya sebatas teman sekelas, ternyata." Ledek Jimin mengundang gelak tawa penonton. "Jadi, kok bisa suka sama orang yang sama tapi gak berantem?"

Jennie dan Lisa saling berpandangan, tertawa. Jennie mencoba menjelaskan. "Kami gak mau kami bertengkar cuma karena cowok. Kalau sama-sama suka, kami bakal tetap berusaha sportif terus kalau cowoknya udah milih salah satu dari kami yaudah. Ucapin selamat."

Mengangguk-angguk, Jimin memberi pujian. "Hebat juga pertemanan kalian. Kalau boleh tanya, apa aja yang pernah kalian bagikan ke sesama? Selain curhatan atau hadiah ulangtahun, ya."

Lisa mengernyit, "Berbagi doi, mungkin?"

"Hah?"

Let's Cheating! [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang