"Jeon Jungkook. Kamu sudah datang?"
Menelan ludahnya kasar, Jungkook mengangguk dan membungkuk hormat walau sosok itu duduk membelakanginya. Sosok itu tersenyum kemudian memutar kursinya agar bisa melihat pemuda yang belakangan ini sedang menjadi sorotan dimana-mana. "Berdiri tegak saja. Jangan seformal itu," pinta pria yang tampaknya sudah berumur lima puluhan lebih itu. Walau sudah tua, ia tetap terlihat berkharisma. Persis seperti apa yang ia ingat.
Dan tampaknya sosok dihadapannya ini pun mengingatnya.
"Ternyata kamu memang jadi pria yang manis. Aku lupa kapan terakhir kali kita berjumpa tetapi saat itu kamu masih sangat kecil. Kamu bocah yang dulu menjadi sahabat Lisa, kan?" Ucapnya dengan nada ramah dan mulai berjalan mendekati Jungkook. "Ya, Pak. Sebuah kehormatan bagi saya dapat diingat oleh Bapak." Mendengarnya membuat sosok itu terkekeh. "Bagaimana bisa aku tidak mengingatmu? Sejak pertama kali istriku bertemu denganmu namamulah yang paling sering ia sebut."
Jungkook tersenyum kecut, "Saya yakin itu bukan sesuatu yang baik, Pak Darwin." Darwin terbahak mendengarnya, "Kamu berani sekali. Saya suka itu."
Tak membalas, Jungkook hanya tersenyum ramah dan menerka-nerka. Apa yang ada di pikiran lelaki tua ini? Darwin bukanlah orang yang jahat, sebenarnya. Setidaknya begitulah pandangan Jungkook hingga saat ini. Satu-satunya yang pongah hanya Diany, ibu dari Lisa dan tentunya istri dari sosok dihadapannya, Darwin. Namun tiba-tiba dipanggil ke ruangan rapat yang biasanya dipakai oleh petinggi di stasiun tv tempatnya bekerja seusai melakukan syuting ditambah mendengar dirinya disebut oleh seorang Darwin Manoban jelas cukup membuat jantung Jungkook jedar-jedor. Darwin Manoban salah satu dari tiga pemilik stasiun tv ini. Berarti, Darwin adalah bos besar di stasiun tv tempatnya bekerja dan Jungkook berada dibawah pimpinannya.
Hanya ada tiga hal yang dapat membawanya sampai repot-repot dipanggil ke ruangan ini oleh orang besar seperti Darwin. Pertama, ia melakukan suatu hal yang besar ataupun prestasi. Kedua, ia melakukan kesalahan besar. Ketiga, Darwin memanggilnya karena suatu hal yang berkaitan dengan Lalisa Manoban, putri sematawayang Darwin. Masalahnya, bisa jadi Jungkook dipanggil bukan hanya karena salah satu, melainkan karena ketiga hal itu.
"Kamu sudah tumbuh dewasa dengan baik. Siapa sangka rekor kerjamu bagus. Lalu kamu juga menjadi otak dari beberapa acara. Selain prestasi itu juga kamu melambungkan nama stasiun televisi ini karena keimutanmu. Prestasi atas kekreatifanmu dalam bekerja dan keberuntungan memiliki wajah mempesona. Kamu luar biasa karena bisa membuat kombinasi yang baik antara otak dan rupamu." Puji Darwin memberi tepuk tangan untuknya. Ia mengambil sebuah plastik sedang berisikan sertifikat yang sudah berbingkai dan memberikannya pada Jungkook. "Selamat atas kerja kerasmu."
Jungkook mengangguk dan baru saja bersiap untuk menerima penghargaan atas kerja kerasnya itu. Tetapi, urung karena tiba-tiba sertifikat berbingkai itu melayang hampir menyentuh wajahnya. Nyaris saja. Perlahan, Jungkook membuka matanya dan melihat bingkai itu berhenti beberapa senti dari wajahnya. Pria dihadapannya yang tadinya tampak begitu tenang kini seperti sedikit kesal. "Ah. Sudah ku duga aku tak akan bisa melakukannya." Ucapnya sambil memegangi kepalanya sendiri. "Walau Diany yang memintanya, aku tak akan bisa." Keluhnya lirih namun masih bisa di dengar oleh Jungkook.
Dihadapannya, Darwin bersujud. Hal itu jelas membuat Jungkook spontan meminta Darwin bangkit. "Maaf. Aku berniat memukulmu dengan itu. Bohong jika aku tak bermaksud apa-apa. Tetapi, akan lebih baik jika kamu tidak tahu semuanya." Menggeleng, Jungkook mencoba menarik Darwin agar bangkit. "Saya tahu ini bukan keinginan Anda. Saya mohon bangunlah. Saya merasa tidak enak."
Darwin menurut, bangkit dan menepuk pundak Jungkook. "Kamu tahu kenapa kamu dipanggil kesini?"
Menarik nafas, Jungkook menjawab. "Setidaknya, menurut saya ada tiga alasan. Pertama, karena saya memiliki hubungan dengan Lisa. Kedua, karena prestasi saya. Ketiga..."
"Ketiga?" Ulang Darwin membuat Jungkook tersenyum kecut. "Saya membuat sebuah kesalahan fatal." Darwin menaikkan alis, "Apa itu?"
"Berhubungan dengan Lisa adalah kesalahan fatal saya. Istri Anda yang meminta Anda melakukan ini, kan?" Ucap Jungkook tersenyum getir. Menghembuskan nafas pendek, Darwin mengangguk. "Maaf karena aku melakukan itu. Aku kurang tegas pada istriku. Lagipula, Lisa, kamu, Taehyung juga Jennie juga sudah mengeluarkan klasifikasi. Sudah terbukti kalau kalian tidak seperti yang dibicarakan."
Merasa tidak enak, Jungkook tak membalas. Tapi Darwin akhirnya melanjutkan perkataannya. "Maaf jika ini terdengar egois, tapi alangkah baiknya jika kamu menjauhi putriku." Jungkook menatap Darwin, meminta penjelasan lebih yang sebenarnya sudah ia ketahui. "Kamu jelas tahu alasannya. Istriku tidak menyukaimu dan aku tak mau kamu terluka hanya karena keegoisannya."
"Saya tidak akan menjauhinya." Tegas Jungkook berhasil membuat Darwin terperangah. "Aku tak bisa menjamin kamu tetap aman setelah ini."
"Dan aku tak bisa menjamin Lisa bahagia dengan keadaan seperti itu." Jungkook bersikeras. Darwin jadi tersadar tentang adanya sebuah kemungkinan. Jungkook melanjutkan, menatapnya serius. "Biarkan Lisa memilih apa yang ingin dia pilih. Ia sudah dewasa dan ia pun memiliki banyak waktu untuk memutuskan. Setidaknya, sampai seminggu sebelum pertunangan."
Darwin masih mematung, sedangkan Jungkook mengambil plastik berisi sertifikat tadi. "Terimakasih atas sertifikat ini. Saya akan bekerja lebih giat lagi. Saya undur diri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Cheating! [ Completed ]
FanficJennie X Taehyung X Lisa X Jungkook Taennie | Taelice | Lizkook "Taehyung oppa, aku bosan denganmu." Ungkap Lisa dengan nada memelas. Taehyung menghela nafas, "Aku juga." "Tapi rasanya aku tak ingin putus." "Aku juga. Ini membingungkan." Lisa mengan...