Chapter 17 | Old Memories (1)

6.5K 658 8
                                    

Bai Yin Xue menatap kakaknya, Bai Huaixin, dengan seksama. Sejauh ingatannya, Bai Yin Xue memang memiliki seorang kakak lelaki yang sangat menyayanginya. Namun, karena alasan yang tidak di ketahui ingatan itu menjadi samar. Ia tidak dapat mengingat dengan jelas wajah kakak lelakinya itu, kendati demikian, ia masih mengingat warna suara Bai Huaixin ketika memanggil namanya dengan dalam. Warna suaranya hangat, dan penuh kelembutan. Kehangatan yang hanya di tujukan padanya dan hanya untuknya.

Ini aneh, mengapa aku melupakannya? Apa yang membuatku melupakannya? Jika dia tidak datang dan memberitahuku bahwa dia adalah kakakku, Bai Huaixin, maka aku tidak akan pernah mengingatnya sama sekali, batinnya.

Bai Yin Xue menatap Bai Huaixin dan bertanya, "Kakak, bagaimana kabarmu?"

Bai Huaixin tersenyum tipis. "Kakakmu ini baik-baik saja. Lalu, bagaimana denganmu?" Kali ini Bai Huaixin yang bertanya.

"Aku juga baik-baik saja." Bai Yin Xue menjawab seadanya.

"Kakak ipar lama tidak bertemu," sapa Wang Xiao Ru terdengar akrab.

Bai Huaixin menatapnya tajam, ia terlihat tidak suka mendengar suara itu. Menurutnya, suara itu adalah hama yang harus di binasakan. Ia mengepalkan tangannya dengan erat dan ingin segera membinasakannya. Namun, ia mengurungkan niatnya ketika mendengar Bai Zhongqi menegurnya.

"Bai Huaixin! Sopan santunmu! Ini istana, bukan kediaman keluarga Bai!" tegur Bai Zhongqi perlahan. Suaranya memang pelan, namun ketegasan masih bisa terdengar di balik suaranya yang serak.

Bai Huaixin hanya bisa mengurungkan niatnya dan mengepalkan tangannya semakin erat. Ia berusaha mengembalikan suasana hatinya yang tiba-tiba saja menjadi buruk. Dengan perlahan, ia menutup matanya dan membersihkan pikirannya dari niat buruknya.

Bai Huaixin, tenang. Jaga amarahmu jika kau tidak ingin kejadian lampau terulang kembali. Kau baru saja memulainya, jangan biarkan amarahmu menghancurkan apa yang telah kau bangun kembali, batinnya.

Setelah merasa tenang, ia membuka matanya dan menatap Wang Xiao Ru. Bibirnya tersenyum tipis dengan badan yang membungkuk memberikan penghormatan. "Yang Mulia Kaisar Qi dari Dinasti Wang-Qi, maafkan kelancangan hambamu yang rendah ini."

Wang Xiao Ru tertawa ringan. "Kakak ipar, kita adalah keluarga, kau tidak perlu merendahkan dirimu seperti itu. Bangkitlah! Aku tidak ingin bagian dari keluargaku merendahkan dirinya seperti itu!" titahnya.

Bai Huaixin menegakkan tubuhnya dan menatap Wang Xiao Ru datar. Ia tidak bisa berkata dengan lantang, namun batinnya berteriak tidak suka. Ia masih mengingat kejadian lampau yang memberikan kenangan buruk padanya. Kenangan yang membawanya pada titik kehancuran hidupnya.

Wang Xiao Ru, kau berlagak seperti seseorang yang berbudi luhur, tetapi hatimu berkata lain! Aku tidak akan pernah melupakan perbuatanmu kepada adikku! Kau yang menghancurkan tali persaudaraan kami! Aku tidak akan memaafkanmu! Jika bukan karenamu, adikku tidak akan menderita, dan aku ... tidak akan pernah pergi dari hidupnya, batinnya menahan pilu di hati.

Wang Xiao Ru merasa ada yang aneh dengannya. Karena penasaran, ia bertanya, "Kakak ipar, ada apa denganmu? "

Bai Huaixin tersenyum tipis. "Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya mengingat beberapa kejadian lampau," sarkasnya.

Kejadian lampau? batin Wang Xiao Ru.

Tiba-tiba saja Wang Xiao Ru merasa jantungnya berdetak kencang. Ia seakan mendengar suara lonceng keramat di dalam pikirannya. Secara mendadak, kepingan memori itu berjalan seperti dimensi waktu. Ia merasa perkataan Bai Huaixin seakan membuka kenangan yang sudah lama tersegel di dalam pikirannya. 

The Empress : Crimson In The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang