Malam hari terasa begitu dingin. Desiran angin bersentuhan dengan ranting pohon. Dedaunan berguguran dan berterbangan. Dari kejauhan terlihat seorang wanita tengah berdiri di atas jembatan kayu berwarna merah. Pandangannya menengadah ke langit, menatap bulan temaram.
"Orang-orang di istana ini penuh dengan sandiwara. Begitu menyebalkan." Bai Yin Xue bersungut tidak senang.
Ia menghela napasnya dan melihat sekeliling. Istana ini begitu luas, indah, dan megah. Tiada orang yang menolak untuk hidup di dalamnya. Sayang sekali sedikit dari mereka yang mengetahui bahwa istana ini adalah penjara. Penjara yang di poles sedemikian rupa sehingga terbentuklah sangkar emas. Setiap orang berlomba untuk masuk ke dalamnya. Tapi sayang sekali sedikit dari mereka yang mengetahui bahwa ketika sudah berada di dalam, mereka tidak akan pernah keluar lagi.
"Kehidupan yang membosankan. Rutinitas yang membosankan. Kenapa di sini banyak sekali peraturan? Dan lagi, mereka sepertinya meremehkanku. Tidak. Bukan sepertinya. Tapi mereka memang sudah meremehkanku. Orang-orang seperti itu harus di beri pelajaran. Mereka harus tahu siapa tuannya dan siapa budaknya."
Bai Yin Xue berjeda sebentar, matanya menajam. "Wang Xiao Ru, melihat wajahmu saja aku sudah jemu, apalagi berbicara denganmu. Jangan harap aku akan merasa senang bertemu denganmu. Karena bagaimanapun juga aku bukanlah Bai Yin Xue mu yang dulu."
Setelah mengucapkan kalimat itu Bai Yin Xue menghempaskan lengan hanfunya dan melangkah pergi. Wajahnya terlihat muram, dan tatapannya begitu dingin. Aura membunuh berkobar dalam dirinya. Langkah lebarnya membuat hanfu yang ia kenakan ikut berterbangan mengikuti langkahnya. Ia terlihat seperti burung phoenix. Anggun dan mematikan.
Di sana. Di balik pohon besar nan tinggi, seseorang tengah mengintip dan melihat setiap gerak-gerik Bai Yin Xue. Matanya tajam dengan jubah brokat emas yang indah dan mewah. Seketika pandangannya beralih ke bawah menatap tanah. Mata tajamnya terlihat sendu.
"Bai Yin Xue..."
***
Terik mentari di siang hari menyengat menusuk kulit. Angin yang berhembus menciptakan kehangatan. Istana Malam kedatangan tamu tak di undang. Mereka sepertinya akan membuat kekacauan di Istana Malam.
"Yang mulia permaisuri. Selir Ruo berada di sini. Sepertinya dia ingin menyiksa yang mulia lagi," ujar Jia Ying gusar.
Selir Ruo? tentu saja ia mengenalnya. Ia menjadi selir karena menjual tubuhnya kepada kaisar dan termasuk salah satu selir yang suka menyiksa Bai Yin Xue yang asli. Dia hanya selir rendahan yang bahkan memiliki wajah yang tidak cantik. Hanya dengan mengandalkan tubuhnya saja ia sudah merasa bangga. Bai Yin Xue harus memberinya pelajaran.
"Dia memiliki wajah yang cukup tebal juga. Suruh dia masuk!" titah Bai Yin Xue.
Baru saja Jia Ying membalikkan badannya tiba-tiba saja pintu kamar Bai Yin Xue di banting dengan keras. Terlihat seorang wanita berjalan ke arahnya dengan wajah angkuh. Ia menatap Bai Yin Xue tidak suka. Tatapannya begitu meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Empress : Crimson In The Palace
Fantasia[Bukan Novel Terjemahan] Bai Yin Xue, wanita pembunuh bayaran dari abad ke-30. Ia adalah pembunuh berdarah dingin yang sadis dan brutal. Ia ratu dari segala pembunuh. Semua orang yang berhadapan dengannya akan mati mengenaskan. Ia menjadi wanita yan...