Chapter 14 | The Glamorous Entrance

14.1K 1.2K 73
                                    

Suara burung hantu yang dipadukan dengan angin malam membuat suasana begitu mencekam. Gesekan ranting dengan dedaunan menghasilkan suara gemerisik yang halus. Sinar putih kekuningan dari cahaya bulan menjadi satu-satunya cahaya yang menyinari gelapnya malam.

Lain halnya dengan Istana Emas yang dipenuhi oleh hiruk-pikuk keramaian, Istana Malam kelihatan jauh lebih senyap. Hanya beberapa dayang dan kasim yang terlihat berlalu-lalang di sekitar Istana Malam, selebihnya, mereka ditugaskan untuk melayani para tamu undangan di Istana Emas. 

Sejujurnya, Bai Yin Xue sangat menyukai ketenangan seperti ini. Mungkin lebih tepatnya ia telah terbiasa dengan kesenyapan yang sunyi. Di kehidupannya yang dulu, ia tidak pernah merasakan hangatnya kasih sayang. Bahkan ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya memiliki seseorang yang peduli padanya. Dunia yang melingkupinya hanyalah kegelapan yang dingin. 

Kehidupannya penuh dengan ketidakadilan. Saudaranya membencinya, bahkan kedua orang tuanya saja tega menyewa seseorang untuk membunuhnya. Padahal, dahulu ia hanyalah seorang gadis kecil yang lugu, bahkan memiliki hati semurni embun pagi. Begitu murninya hingga ia bertanya-tanya kenapa saudaranya membencinya? Kenapa orang tuanya ingin membunuhnya? Kesalahan apa yang telah ia lakukan hingga mereka tega melakukannya?

Ia pernah dikurung di dalam gudang selama seminggu tanpa diberi makan dan minum. Gudang itu gelap dan dingin. Tikus dan rayap berkeliaran di setiap sudut ruangan. Hanya cahaya bulan yang menemani dirinya. Ia ketakutan. Ia menangis. Ia berteriak meminta pertolongan namun tidak ada yang menolongnya. Ia hanya bisa meringkuk dengan tubuh kecilnya yang bergetar. Ia merasa kesepian. Ia tidak memiliki seseorang sebagai sandaran. Ia merasa bahwa dunia membencinya. Ia merasa bahwa tidak seorangpun menginginkannya. 

Sakit ... perutku sakit ... aku lapar, aku haus ... kenapa tidak ada yang mendengarkanku? Kenapa tidak ada yang menolongku? Kenapa mereka membenciku? Kenapa aku sendirian ... kenapa tidak ada yang menginginkanku. Aku salah, aku salah. Aku tidak akan berharap lagi. Aku tidak akan mengharapkan apapun lagi.

Kata-kata putus asa dan penuh kehampaan itu keluar dari bibirnya. Ia sudah tidak punya apa pun lagi yang diharapkan. Ia hanya akan berharap pada dirinya sendiri. Ia hanya akan bersandar pada dirinya sendiri. Dengan begitu ia tidak akan merasa kesepian. ia tidak akan merasa sendirian. Ia sangat yakin akan hal itu. Atau mungkin, lebih tepatnya, ia hanya meyakinkan dirinya sendiri.

"Yang Mulia?"

Bai Yin Xue tersentak ketika seseorang memanggilnya. Ia membuka matanya perlahan dan mengerjapkannya beberapa kali. Cahaya yang awalnya buram kini terlihat semakin jelas. Ia menolehkan kepalanya perlahan dan mendapati Jia Ying sedang menatapnya khawatir.

"Yang Mulia, kenapa anda ketiduran di kolam pemandian? Acara perjamuan sudah di mulai. Saya sudah membawakan jubah handuk, Yang Mulia harus segera mengenakannya. Udara malam semakin dingin, anda bisa sakit jika tidak segera menghangatkan diri." Jia Ying berucap dengan gentar.

Bai Yin Xue menatap Jia Ying sekilas. "Sudah berapa lama aku di sini?"

"Hampir dua jam. Saya khawatir jika terjadi sesuatu, karena itu saya segera kemari dan melihat yang mulia tertidur di kolam pemandian," jelasnya sembari memberikan jubah handuk kepada Bai Yin Xue.

Dengan perlahan Bai Yin Xue keluar dari kolam pemandian dan segera mengenakan jubah handuk yang di berikan Jia Ying. 

"Yang Mulia, saya sudah mempersiapkan semuanya," ucapnya. Ia terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya.

Bai Yin Xue mengangguk. "Termasuk yang itu?"

"Yang Mulia tenang saja, saya sudah mempersiapkan semuanya. Termasuk yang itu. Tapi Yang Mulia, saya sedikit ragu. Apa anda yakin?" Jia Ying bertanya. Keraguan terlihat jelas di wajahnya.

The Empress : Crimson In The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang