Chapter 13 | The Banquet

13.6K 1.1K 36
                                    

Istana Kekaisaran terlihat begitu indah malam ini. Kerlap-kerlip lampion tersebar di setiap sudut istana. Perpaduan gelapnya malam dengan kerlap-kerlip keemasan dari lampion memberikan kesan mewah. Karpet merah menghiasi tangga panjang yang berada di Istana Emas. Dari kejauhan terlihat kereta kuda yang mengantar tamu undangan menuju Istana. Senyum dan saling sapa antar pejabat dan petinggi penting sudah menjadi tradisi di kekaisaran. Tidak peduli apakah itu palsu atau tulus, tradisi adalah tradisi dan mereka harus melakukannya. Terlepas dari itu, kebahagiaan terlihat jelas diwajah mereka. Dengan langkah lebar dan penuh kebanggaan mereka berjalan menyusuri setiap anak tangga menuju aula utama Istana Emas.

Acara perjamuan makan malam akan diadakan di Istana Emas. Istana ini biasanya di gunakan ketika kaisar hendak mengadakan pertemuan dengan para menteri dan pejabat kekaisaran. Dengan kata lain Istana Emas adalah Istana Utama. Karena itu, setiap pertemuan penting ataupun acara penting akan selalu diadakan di Istana Emas. Istana Emas adalah istana termegah dibandingkan dengan istana lainnya. Setiap sudut di penuhi dengan corak keemasan dengan pilar yang tinggi nan besar. Aula utama Istana Emas juga di penuhi dengan corak keemasan.

Jauh di dalam aula utama Istana Emas, terlihat singgasana mewah yang biasanya di gunakan oleh kaisar dan permaisuri. Singgasana yang mewah dan megah dengan lapisan kain sutra emas dan corak naga emas yang menghiasinya. Tidak lupa pula guci besar dengan kilau keemasan terletak di kedua sisi singgasana. Dengan kemewahan dan kemegahan yang tak ternilai, istana ini dinamakan Istana Emas.

Di dalam aula Istana Emas para tamu undangan duduk di depan meja kecil dengan bantal kecil sebagai alas duduknya. Para dayang menyuguhi mereka dengan berbagai hidangan dan buah-buahan segar. Tidak lupa pula secawan arak dengan cita rasa yang menggugah. Para gadis terlihat saling berbincang memuji penampilan satu sama lain. Mereka terlihat gembira dan tidak sabar menunggu kehadiran yang mulia kaisar.

"Kau sangat cantik. Aku iri padamu."

"Sanjunganmu membuatku besar kepala. Kau jauh lebih cantik."

"Tentu saja. Aku harus memberikan penampilan terbaikku kepada yang mulia."

"Aku sangat tidak sabar menunggu kehadiran yang mulia."

"Kau tidak sendirian. Aku juga tidak sabar. Aku akan memberikan penampilan terbaik untuk menarik perhatiannya."

"Aku yakin akulah yang akan dipilih menjadi selirnya. Aku pasti akan menjadi selir kesayangan yang mulia. Ketika itu terjadi, aku akan merebut posisi permaisuri."

"Kau sangat berambisi."

"Tentu. Siapa yang tidak menginginkan posisi itu? Aku akan menjadi wanita terhormat ketika gelar itu berada di genggamanku."

"Kau harus berhati-hati. Yang mulia kaisar sudah memiliki permaisuri."

"Aku tahu. Kau tenang saja, yang mulia tidak menyukainya. Bahkan yang mulia mengasingkannya ke Istana Dingin."

"Kau benar. Dia sangat tidak cocok untuk menjadi permaisuri. Lemah, dan membawa malapetaka. Jika aku menjadi yang mulia kaisar, aku pasti sudah membuangnya dan menjadikannya budak pelacur di jalanan."

"Kau sangat kejam, tapi aku setuju. Dia bisa menjadi permaisuri karena ayahnya. Selebihnya, dia hanyalah sampah dan tidak berguna."

"Hahahaha kau benar. Aku sangat mengasihaninya. Malang sekali. Kecantikannya hanyalah sebuah kabut tebal. Tidak terlihat."

"Hei, pelankan suaramu jika kau masih ingin melihat yang mulia kaisar. Dinding berbicara."

Dan seketika percakapan tersebut berakhir. Mereka mengalihkan pembicaraan dengan hal-hal yang tidak penting. Hiruk-pikuk di Istana Emas memenuhi setiap sudut. Mereka sibuk dengan kegiatan dan peran masing-masing. Suasana yang sangat hidup di bawah gemerlap lampion keemasan dengan tamu yang semakin memenuhi aula utama Istana Emas.

The Empress : Crimson In The PalaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang