Dito terus saja berjalan mondar mandir disekitarnya, bimbang ia tentu saja. Ia tahu istrinya masih sedih dengan penolakan dari Niken tadi, lalu bagaimana jika dia tau kondisi Niken saat ini ?? Sungguh Dito merasa dilema.
"Mas ..??" masuk keruang kerja
"Sayang , kenapa belum tidur ?" memeluk erat tubuh istrinya
"Menunggumulah." lirihnya malu
"Apa kau sedang malu sayang ??"
"Tidak, siapa yang malu."
"Lalu mengapa wajahmu kau sembunyikan ??" menahan tawanya
"Apasih mas, mulai deh godain aku lagi." menghentakkan kakinya pergi meninggalka ruang kerja.
"Hai tunggu aku, bukankah istriku kesini ingin menjemputku .?" tawanya saat berhasil mengejar Alisya.
-
-
-
Pagi harinya Axel masih setia duduk disamping kasurnya menjaga Niken. Perlahan ia mulai membuka mata dan merenggangkan tubuhnya, sejenak ia menatap Niken yang sejak semalam belum juga sadarkan diri.
Saat sedang membersihkan diri dikamar mandi, ponselnya berdering tanda pesan masuk. Dito yang mengirimkan pesan, ia memberi perintah untuk menjaga Niken dan mencari informasi tentang kejadian yang menimpanya.
"Akhhh.. dimana ini ??" perlahan Niken mulai menggerakkan tubuhnya.
Nafasnya tiba-tiba saja memburu, ia ketakutan .. bayangan kejadian yang menimpanya berputar lagi diingatannya.
"Niken .. kau sudah sadar ??" berlari menghampirinya
"Jangan !! Aku mohon jangan !! Jangan sentuh aku, ampun . Sakit !! " rancunya mengatupkan kedua tangannya memohon.
Axel yang melihatnya langsung menghentikna langkahnya, terkejut tentu saja. Niken sangat kerakutan, itulah yang ia dapat simpulkan dari raut wajah Niken sekarang. Namun didetik berikutnya ia dibuat terkejut.
"Ampun !! Jangan pukul lagi, jangan sentuh aku lagi .. aku mohon. Jangan kalian sakiti Alisya, jangan sakiti dia aku mohon .. " tangisnya menyayat hati Axel yang kini mematung didepannya.
"Apa ini ?? Kenapa dia memohon dengan menyebut nama nona Alisya ??" batinnya keheranan.
"Niken lihat aku, tatap aku !! Aku Axel, lihat mata aku !!" perlahan mendekati Niken.
"Gak !! Gak !! Pergi, jauhi gue .. jangan .. aku mohon jangan !! " teriaknya histeris membuat Axel kembali mematung.
Akhirnya dengan terpaksa Axel meningglkan Niken sendiri dikamarnya, ia tak ingin membuatnya semakin ketakutan. Ia pun memilih kedapur membuat sarapan.
"Apa dia udah tenang ya ?? Sebaiknya aku bawa aja sarapannya ke kamar." berjalan membawa nampan ditangan.
Prangggg .. !!
"Niken !!" menjatuhkan nampannya saat melihat Niken tergeletak dilantai dengan pergelangannya terluka.
"Hei !! Bangun !! Dasar bodoh !! " umpatnya saat membaringkan Niken dikasur.
Axel merobek paksa kaos yang ia gunakan untuk mengikat pergelangan tangan Niken. Sambil menekannya, ia mencoba menghubungi kembali dokternya dan juga Dito.
Tak lama ia menunggu, dokterpun akhirnya datang. Ia segera menjauhi ranjang membiarkan dokter memeriksanya. Tiba-tiba saja ia merasa ada yang menepuk bahunya.
"Sejak kapan anda disini bos ??" memandangnya
"Aku datang bersamaan dengan dokter. Kenapa dia bisa bunuh diri ??" masih memandang Niken yang tengah diobati.
"Entahlah bos, saya hanya meninggalkannya sebentar untuk membuat sarapan namun saat saya kembali ia sudah seperti ini. " terlihat wajah penuh sesalnya.
"Tenanglah, dia akan baik-baik saja." menepuk bahu Axel
"Bagaimana dokter ??" tanya Axel saat dokter menghampirinya.
"Pasien membutuhkan psikiater untuk memeriksanya pak, jadi saya sarankan anda segera mendatangkannya dan berkonsultasi dengannya."
"Kenapa harus psikiater ??" kini giliran Dito yang bertanya.
"Pasien mengalami trauma dengan kejadian yang dialaminya. Rasa takut dan was-was selalu menghantuinya. Jika kita biarkan, dia akan menjadi gila." tutur dokter
_
_
_
_
_
Alisya duduk bersama Amel dikantin kampusnya, ia baru saja membahas Niken yang berubah menjadi dingin terhadap Alisya.
"Lalu kita harus gimana dong Sya ?" lirih Amel
"Gue juga gak tau Mel, gue bingung. Kira-kita Niken kenapa ya ..??" lirihnya sambil bertopang dagu.
"Kita samperin aja gimana dirumahnya ?" menggoyang lengan Alisya
"Berangkat sekarang .. " berjalan meninggalkan Amel dibelakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I AM , TA'ARUF
RomanceAnandito : " Bahkan saat aku mengikrarkan ijab khobul, aku masih tak mengenalnya, aku belum melihat wajahnya ,, akupun tak mencintainya .. " Alisya : " Akupun sama, tak mengenalnya , tak bisa melihat wajahnya apalagi jatuh cinta .. mereka yang mene...