pengakuan

2.6K 138 0
                                    

"Lo tauran?"Tanya Axel memastikan dan Zena mengangguk pelan dengan air mata yang sudah mengalir dipipinya.

Bagai disambar petir disiang bolong.Kini perasaan Axel sangat murka.

Jika sekarang bisa digambarkan,mungkin wajah Axel sudah merah karna marah dan keluar asap dari kedua kupingnya.

Jika ada Kahfi,mungkin saja cowo itu sedang memasak telur diatas kepala Axel karna saking panasnya tubuh Axel karna emosinya.

"Ikut gue!!"Tekan Axel.Membawa Zena menuju gudang belakang ke arah tempat istirahat tersembunyi.

"APA YANG BUAT LO JADI KAYAK GINI ZENA?!!"Tanya Axel membentak.Zena meneteskan Air matanya sangat derah.Sekuat apapun Zena,seberani apapun Zena,sejagoan apapun Zena,ia akan tetap takut pada keluarganya.Baik itu salah ataupun benar.Zena akan tetap merasa takut jika berhadapan dengan keluarganya,walaupun terkadang dirinya tidak bisa mengontrol emosinya dan sering keceplosan dengan emosinya.

Itu wajar.Karena,semua orang mempunyai batas kesabaran masing-masing.

Memangnya kamu bisa mempunyai stok kesabaran sampai langit?Bahkan bumi?Ku rasa,itu tidak akan mungkin.

"Siapa yang ngajak lo tauran?!"Tanya Axel dengan penuh tekanan.

Zena menggeleng.Dirinya tidak tau harus berbicara seperti apa.Lidahnya seakan membeku secara tiba-tiba.

Mau bicara pun susah karna Zena sedang menangis saat ini Dan yang pastinya akan sangat sulit jika kamu ingin berbicara namun dalam keadaan menangis.

Axel mengambil ponselnya,berniat ingin menelfon bundanya dan ayahnya.Namun,tangannya dicekal kuat oleh Zena dengan mimik wajah yang memohon untuk tidak menelfon kedua orang tuanya.

"Zen-Zena mo-mohon jan-jangan te--on bun--a sa-sama a-a-ayah...Hiks...hiks..."Untuk berbicara seperti itu saja membutuhkan tenaga extra bagi Zena.

Axel berjalan mengambilkan segelas air putih agar Zena lebih tenang.

Zena menerimanya dan meneguknya secara perlahan ketika Axel menyodorkannya.

"Sekarang jelasin ke gue.Apa yang buat lo ikut tauran?"Tanya Axel dengan wajah dinginnya.

"Gak ada.Zen-Zena cuma ma-mau rasain a-aja"Jawab Zena.

"Lo tau?Sedingin apapun gue,sejahat apapun gue,sejahil apapun gue,gue tetep gak mau lihat adik gue ikut keduni kayak gitu.Abang mana yang ngebiarin adiknya ikut-ikut yang gak bener?Gue mau lo jadi anak-anak baik Zena,walaupun kadang menurut lo,gue itu sedikit cuek,gue tetep sayang sama lo.Satu janji kakak atau abang sedunia adalah menjaga adiknya.Siapapun gak boleh ada yang ngusilin atau jahilin adiknya sampe nangis kecuali itu abangnya sendiri.Lo gak mau kan ngeliat gue marah kayak tadi?"Tanya Axel.

"Enggak"Jawab Zena sembari menggelengkan kepalanya pelan.

"Jangan ikut tauran lagi.Satu hal yang harus lo tau Zena,Gue tetep sayang sama lo walaupun kadang gue dingin"Zena mengangguk ketika Axel berbicara seperti itu.

"Sekarang lo balik kekelas"Ujar Axel,Zena pun berdiri dan berjalan ke arah kelasnya.

***
Axel menatap bangku kosong yang seharusnya diduduki oleh teman sekelasnya.Yang tak lain adalah Rara atau dipanggil Ara.

Axel terus menatap bangku itu.

Pandangannya tak luput dari situ.

Kemana Ara?Apa ia sedang ada masalah?Kenapa ia tak masuk hari ini?Padahal Axel memiliki rencana.

"Axelllllll"Bisik Kahfi membuat Axel menggeliat geli.

"Geli nyet"

"Lo suka sama Ara ya?"Tanya Kahfi,Axel langsung menegakan duduknya dan langsung fokus kearah depan.

MAXELINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang