Langit semakin gelap, tak terasa sudah malam hari saja, tapi Ari dan Ara masih tersesat didalam hutan. Sementara itu semua teman temannya sudah pulang menuju sekolah, kecuali Raina. Raina masih terus mencari Ari dan Ara dia sangat khawatir akan keadaan keduanya.
Ara yang masih digendong oleh Ari seperti menyadari keanehan dari diri Ari, dia terlihat seperti gemeteran.
"Ri, kayaknya kita istirahat aja dulu deh. " ucap Ara
"Tapi nanti makin lama kita keluar dari sini. " ucap Ari
"Ri, plis berhenti dulu. " ucap Ara
"Ok, kita istirahat dulu disana. " ucap Ari
Ari merasakan tubuhnya sangat kedinginan, dia sangat lemas kakinya pun sudah tidak kuat lagi alhasil Ari terjatuh bersama dengan Ara.
"Ri, lo kenapa? " tanya Ara khawatir
"Gua gak kenapa napa kok. " jawab Ari
"Tapi wajah lo pucet banget, lo sakit ya? " ucap Ara memegangi dahi Ari
"Gua baik baik aja kok Ra. " ucap Ari
"Badan lo panas banget Ri, lo sakit. " ucap Ara
"Dingin Ra.. " ucap Ari menggigil
"Lo kedinginan ya, ini pake selendang gua dulu. " ucap Ara memakaikan selendangnya kepada Ari dan dia juga membenarkan kupluk yang dipakai Ari
"Ternyata lo masih simpan barang dari gua Ri. " batin Ara
Ara mencari dan mengumpulkan kayu bakar untuk membuat api unggun, untungnya dia selalu membawa korek api. Dia juga ingat bahwa dia mengantongi satu bungkus roti dikantong jaketnya.
"Ri, lo makan dulu ya. " ucap Ara memberikan rotinya
"Tapi lo juga kan belum makan. " ucap Ari
"Udah gak apa apa, ini buat lo aja. " ucap Ara
"Gak bisa Ra, lo juga harus makan. " ucap Ari membagi dua roti tersebut
"Makasih ya Ri. " ucap Ara memakan roti yang diberikan Ari
"Harusnya gua yang makasih." ucap Ari melihat selendang yang dipakaikan Ara kepadanya
"Ternyata lo masih simpan selendang ini ara." batin Ari
"Lo masih kedinginan gak Ri? " tanya Ara
"Sedikit. "
Ara mengambil tangan Ari dan berusaha untuk menghangatkan tubuhnya.
"Ra, makasih ya karna lo udah selalu ada buat gua. " ucap Ari mengusap kepala Ara
"Harusnya gua yang makasih ke lo Ri, karna lo gak pernah sedikit pun benci ke gua. " ucap Ara
"Karna bagi gua lo itu sangat berarti buat hidup gua. " ucap Ari tak sadarkan diri
"Ri.... Bangun...." ucap Ara
"Gua harus bawa Ari keluar dari sini, tapi caranya gimana. " ucap Ara melihat sebuah kayu yang cukup kokoh
"Gua tau gimana caranya. " ucap Ara
Ara mencari kayu yang sangat kokoh serta tanaman yang bisa dia jadikan sebagai tali. Ara harus bergerak cepat, setelah mendapatkan semuanya dia langsung merakitnya menjadi sebuah tandu. Setelah selesai, Ara mengangkat tubuh Ari ke atas tandu tersebut. Meskipun sempat terjatuh Ara tidak patah semangat. Walaupun dia sendiri itu bukanlah penghalang baginya, Ara terus menyeret tandu tersebut.
"Kita harus cepat keluar dari sini, Ari harus segera diperiksa. Harus lewat jalan mana lagi gua. " ucap Ara bingung memilih jalan
"Gua lewat jalan itu aja. " ucap Ara kembali menyeret tandu tersebut
Kondisi Ari masih tidak sadarkan diri, panas Ari semakin tinggi, Ara berusaha penuh untuk membawa Ari keluar dari hutan.
Anggi bersama yang lainnya masih terus mencari Ari dan Ara, gelap bukanlah penghalang untuk mereka semua.
"Ara, Ari kalian sebenarnya kemana sih. " ucap Anggi
"Tante yang sabar ya, kita kan masih usaha mencari. " ucap Raina
"Tapi kalau mereka berdua gak ketemu gimana. " ucap Anggi
"Raina yakin mereka akan ketemu. " ucap Raina
"Kamu benar Raina, ayo kita cari lagi." ucap Anggi
Semakin lama Ara merasa lelah karna terus menyeret tandu tersebut, kakinya pun terasa makin sakit karna diajak jalan. Tapi bagaimana pun Ara harus tetap semangat. Ada saja penghalang bagi Ara, tiba tiba kayu tandu tersebut patah hingga membuat Ara terjatuh dan menjerit kesakitan karna kakinya yang tertimpa tandu tersebut. Perlahan Ari membuka matanya dan melihat Ara yang sedang kesakitan.
"Ara.... Lo kenapa? " tanya Ari
"Ari gak boleh tau kalau gua kesakitan. " batin Ara
"Gua gak kenapa napa kok. " ucap Ara menahan rasa sakit
"Kok gua ada ditandu, terus kenapa kita ada disini? " tanya Ari
"Lo sakit Ri, kita harus keluar dari hutan ini gimana pun caranya. Udah ya lo istirahat aja, biar gua yang atur semuanya. " ucap Ara
"Ya ampun kok bisa patah gini sih kayunya. Gua harus cari tali, tapi dimana. ""Pake ini aja Ra." ucap Ari memberikan selendang milik Ara
"Tapi kan lo juga butuh Ri. " ucap Ara
"Lo lebih butuh Ra. " ucap Ari membantu Ara mengingat kayu tersebut
"Makasih ya Ri. " ucap Ara kembali menarik tandu tersebut
"Gua akan ingat sama kebaikan lo yang ini Ra, lo udah banyak berkorban. " batin Ari tanpa sadar menangis
"Ara..... Lo dimana.... " teriak Anggi
"Itu bukannya suara kak Anggi, berarti gua udah dekat sama jalan kaluarnya. " ucap Ara
"Kak Anggi Ara disini kak.... " teriak Ara
"Tante, itu bukannya suara Ara. " ucap Raina
"Kamu benar Raina, arah suaranya dari sana. Ayo kita lihat. " ucap Anggi
Ara merasa bersyukur karna dia telah berhasil keluar dari hutan tersebut, dia juga senang karna Ari bisa segera dibawa ke rumah sakit.
Anggi sudah bisa melihat keponakannya tersebut dari kejauhan, dia pun berlari untuk menghampirinya.
"Ari, kita udah keluar dari hutan ini. " ucap Ara
"Iya Ra. " ucap Ari
Ara merasa sangat lemas, tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk berdiri. Tapi Ara terus menarik tandu tersebut hingga dia melihat kedatangan kak Anggi.
"Ara.... " teriak Anggi
"Kak Anggi.... " ucap Ara lalu pingsan
"Ara..... " ucap Ari yang melihat Ara pingsan
"Ra, lo harus kuat. " ucap Ari lalu tak sadarkan diri kembali
Anggi yang melihat Ara tak sadarkan diri makin mempercepat langkahnya. Anggi sangat panik melihat Ara dan Ari sama sama tak sadarkan diri, dia pun langsung meminta tolong untuk membawa keduanya ke rumah sakit terdekat.
Ara baik banget sampai mau berkorban demi Ari..
Tunggu terus kelanjutan ceritanya ya.Jangan lupa Vote and Comment
Salam hangat# my twins
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi Cinta [END]
Fiksi RemajaKatanya jodoh itu akan datang di waktu yang tepat, tapi bagaimana bila jodohnya itu datang dari masa lalu. Awalnya pasti kaget, dan tidak menerimanya. Inilah kisah tentang seseorang yang bisa menembus waktu ke masa depan, apakah dia akan menemukan j...