Tiga

72 8 0
                                    


Alreza masih terus memandangi instastories Dana yang menampilkan foto Sayla sedang serius mengetikkan sesuatu di laptopnya dengan narasi singkat, nemenin yang pengen lulus ngebet nikah :v. Secara diam-diam, Alreza men-screencapture foto tersebut.

"Jaa, elo diajakin ngomong diem mulu? Sekarat lo?" teriak Ivana membuat Alreza menutup kedua telinganya.

Alreza menoyor Ivana. "Lo bisa nggak sih, nggak usah teriak-teriak? Rusak gendang telinga gue lama-lama!"

"Ya habisnya, elo diajakin ngomong dari tadi diem mulu. Lo mikirin apaan sih?"

Alreza hanya mengangkat bahu kemudian dengan enggan melanjutkan instastories akun lain yang sempat terhenti. Ia membiarkan semua instastories itu tanpa berniat melihatnya dengan seksama.

"Ngabisin kuota aja lu, instastories dibiarin muter kayak gitu!"

"Serah gue! Kuota-kuota gue!" Alreza menjulurkan lidah membuat Ivana dongkol.

Tiba-tiba Ivana teringat sesuatu. "Eh, elo udah liat instastories-nya Pak Dana belum? Bu Sayla tambah cakep ya!"

Alreza menarik sedikit sudut bibirnya hampir tidak terlihat. Ya, Sayla memang lebih cantik dari terakhir mereka bertemu dulu. Namun, Alreza lihat tubuh Sayla semakin kurus. Bahkan di instastories Dana tadi, otot dan tulang tangan Sayla nampak jelas. Bagaimana pola makan Sayla sekarang? Apakah ia cukup tidur di masa-masa mengerjakan tugas akhirnya? Apakah ia bahagia? Begitu banyak pertanyaan muncul di benak Alreza.

"WOY!!!" teriak Ivana tepat di telinga Alreza membuatnya langsung tersentak kaget.

"Dih, apaan sih lo!" Alreza membungkam mulut Ivana. Sedangkan Ivana hanya cekikikan.

Tiba-tiba, Alreza menginginkan sesuatu. "Ini jam kosong kan?"

Ivana mengangguk. "Kenapa?"

Alreza tersenyum dan segera menyeret Ivana keluar dari kelas.

***

Alreza dan Ivana memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di kampus. Keduanya sedikit menjadi pusat perhatian karena masih mengenakan seragam SMA.

"Ejaaa, elo apa-apaan sih bawa gue ke sini? Malu nih, diliatin orang-orang. Kita dikira bocah nyasar niih!" Ivana merengek pada Alreza.

"Diem dulu kenapa sih, Na?" Alreza duduk santai di jok motornya sembari memperhatikan setiap orang yang lewat di depannya. Ia sendiri tidak tahu sedang berhenti di depan gedung apa. Yang ia tahu, ini adalah kampus Sayla.

"Ejaaa, yuk ah balik! Ntar dicariin Bu As! Gue nggak mau ah, dihukum kayak elo!" Ivana masih terus merengek.

Alreza tak menggubrisnya. Ia masih fokus menatap persimpangan jalan di depannya. Tak lama kemudian, ia melihat seseorang yang dikenalinya. Seseorang yang sangat dirindukannya.

Sayla berjalan sendirian dengan wajah lelah. Kantung matanya tidak berhasil ditutupi oleh bedak tipisnya. Rambut panjangnya yang terurai tersapu angin. Wajah lelah Sayla terekam begitu jelas di mata Alreza. Sayla menggendong beberapa buku sembari bersungut-sungut mengejar Dana yang berjalan terlebih dahulu. Dana. Lagi-lagi orang itu. Ia masih tidak suka melihat Sayla dekat dengan Dana. Namun, hatinya tak sesakit dulu ketika tahu bahwa Dana memang sudah memiliki kekasih dan itu bukan Sayla.

"Eh, itu Bu Sayla sama Pak Dana! Samperin yuuk!" Ivana sudah melangkahkan kakinya saat Alreza mencekal lengannya. Ivana menatap Alreza yang menggeleng.

"Lo nggak pengen nemuin mereka? Terus, ngapain elo ke sini?"

Alreza menatap Sayla dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gue cuma kangen. Dan dengan liat dia baik-baik aja, kangen gue udah terobati."

Ivana membeku. Alreza yang selama ini selalu cenderung cuek dan menyebalkan, menyimpan kerinduan begitu dalam pada Sayla. Ia tak menyangka Alreza bisa mengucapkan hal yang terdengar begitu dalam di hatinya.

Alreza men-starter motornya dan mengenakan helmnya. Ia menoyor kepala Ivana.

"Mau jadi penunggu kampus ini?"

Ivana segera tersadar dari lamunannya dan meloncat ke boncengan Alreza.

"Elo kalo kangen sama Bu Sayla kenapa nggak lo samperin?" tanya Ivana saat keduanya telah keluar dari area kampus Sayla.

Alreza menghela napas panjang. "Gue belum siap ada di depannya, Na. Gue nggak siap lihat pertahanan yang udah gue buat hancur pas ada di depannya. Gue juga nggak mau, bikin dia inget lagi sama gue."

"Elo sayang sama Bu Sayla?"

"Apa dari yang lo lihat setahun belakangan, gue masih perlu ngasih jawaban?"

Ivana masih belum puas dengan jawaban Alreza.

"Terus, mau sampai kapan elo cuma diem gini doang, jadi stalker terus?"

"Sampai rasa bersalah gue hilang, Na."

"Kalau Bu Sayla keburu diambil orang gimana?"

"Ya, mungkin Tuhan ngasih peringatan ke gue. Kalau sayang sama seseorang, harus berani berjuang. Bukannya malah pergi kayak pecundang."

Ivanaterdiam. Hari ini ia telah melihat sisi lain dari Alreza. Sisi yang begitulembut dan sarat akan luka.

***


Selamat merindu bersama Alreza dan Sayla malam ini xD


22/06

Author

-Rasa yang Tepat-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang