Akhir tahun menjadi momen paling menegangkan bagi Sayla. Akhirnya ia menyelesaikan skripsinya dan ujian. Dana yang menemani segala persiapannya. Dana senang membantu Sayla bangkit dari keterpurukannya. Ia bahkan juga sudah menghubungi Ivana untuk mengajak Alreza datang di hari spesial Sayla. Tetapi, Ivana bilang tidak bisa menjanjikan Alreza mau datang.
Sayla keluar dari ruang ujian dengan mata berkaca-kaca diikuti oleh beberapa dosen pengujinya.
"Sekali lagi, selamat ya, Sayla! Semoga ilmumu bermanfaat!" salah satu dosen menyalami Sayla sembari mengucapkan selamat.
"Terima kasih, Pak!" Sayla menyalaminya sembari tersenyum.
Sayla menoleh pada Dana yang sedari tadi sudah menatapnya dengan senyum lebar. Ia berlari dan memeluk Dana.
"Gue lulus, Dan!!" seru Sayla tertahan sembari mempererat pelukannya.
"Selamat ya, Sa! Akhirnya elo lulus juga! Udah officially jadi ibu guru nih!" Dana mengelus puncak kepala Sayla.
Sayla masih terus memeluk Dana sembari menangis karena luapan kebahagiaannya.
"Eh, udah dong peluknya. Nggak enak diliatin adek tingkat lo!" bisik Dana yang membuat Sayla melepaskan pelukannya.
Dana menyerahkan buket yang berisi bunga dan boneka panda dengan ukuran cukup besar. "Hadiahnya ini aja. Ntar kalau udah wisuda gue kasih lagi."
Sayla tersenyum. Tak lama kemudian ia nampak berpikir. "Kan kita wisuda bareng. Emang elo sempet nyiapin hadiah?"
Dana menepuk dahinya. "Oh iya! Kita jadi wisuda bareng ya? Kirain nggak jadi!"
Sayla manyun sedangkan Dana malah tertawa. Sayla terkejut melihat kedatangan seseorang.
"Bu Sayla, selamat ya untuk ujian skripsinya! Semoga ilmunya berkah. Cepet-cepet jadi ibu guru yang bakalan disayang sama semua muridnya." Ivana tersenyum seraya menyerahkan bungkusan kado berukuran sedang dan buket bunga matahari. Bunga kesukaannya. Sayla sedikit kaget saat melihat buket tersebut. Pasalnya, tidak ada yang tahu bahwa ia menyukai bunga matahari.
"Eh, Ivana! Terima kasih, ya!" Sayla memeluk Ivana dan celingukan. Dana yang menangkap hal itu hanya menghela napas.
"Sendirian aja ke sini?" tanya Dana.
"Hehe, iya Pak. Kebetulan udah jam pulang sekolah. Mampir sebentar ke sini." Ivana tersenyum. "Ya udah saya langsung pulang ya, Pak, Bu. Soalnya tadi naik ojol. Sekali lagi selamat, Bu Sayla!" Ivana berjalan pergi sembari melambaikan tangan. Sayla dan Dana ikut melambaikan tangan.
"Padahal mau gue traktir, eh dianya malah keburu pulang." Sayla menampilkan wajah sedih.
Dana tersenyum jahil. "Traktiran buat Ivana dipindah ke gue aja. Mubadzir lho ntar!"
Sayla hanya mendelik kemudian segera membereskan barang-barangnya.
***
Alreza duduk di motornya saat Ivana keluar dari gedung fakultas Sayla. Ketika Ivana menunjukkan pesan dari Dana tadi pagi, akal sehat Alreza memberontak. Ia ingin sekali datang, menemui Sayla dan turut memberikan ucapan selamat atas selesainya tugas akhir Sayla. Tetapi, hatinya belum sanggup melihat Sayla. Jadilah ia memesan buket bunga matahari, bunga kesukaan Sayla. Itupun Alreza ketahui saat menjelajahi akun instagram Sayla. Ia menemukan Sayla berfoto di kebun bunga matahari yang berada di rumahnya.
"Gimana? Udah diterima sama Bu Sayla?" tanya Alreza saat Ivana sudah di depannya.
"Diterimalah. Agak kaget sih tadi waktu liat bunganya. Emang itu bunga kesukaan Bu Sayla?"
Alreza mengangguk.
"Elo tau darimana?" Ivana mulai penasaran.
"Di instagramnya. Ya udah kalau diterima. Semoga dia mau ngerawat bunganya."
Ivana menatap Alreza dalam membuat yang ditatap jengah.
"Apaan sih lo?"
"Elo tuh yang apaan? Jadi cowok pengecut banget! Nggak mau ngasih langsung, padahal udah di sini. Rugi tau jauh-jauh ke sini tapi elonya malah ngejogrok di sini kayak tukang parkir. Padahal gue tau, Bu Sayla tadi ngarep banget elo dateng. Elonya malah nggak tau diri dan diem di sini."
Alreza memutar bola matanya. "Terserah elo mau nyebut gue apa. Tapi gue rasa ini bukan waktu yang tepat. Nanti kalau udah waktunya, gue bakalan nyamperin dia dan menjelaskan semuanya. Gue sekarang cuma butuh memperbaiki diri gue dan membuktikan ke Bu Sayla, kalau gue mau ngelakuin apapun demi dia."
Alreza menstarter motornya. Ivana akhirnya naik ke boncengan Alreza dengan pasrah. Ternyata susah juga membujuk Alreza agar mau menaklukkan egonya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Rasa yang Tepat-
Teen FictionLanjutan "WAKTU YANG SALAH" Sayla sudah selesai magang. Kisahnya yang singkat pun harus ikut usai. Namun, ternyata setelah segala kerumitan yang terjadi, masih banyak lagi hal rumit yang menghampirinya. Alreza sedang menata banyak hal: nilai-nilai y...