Delapan

68 7 0
                                    

Liburan akhir tahun diisi Alreza dengan tiduran di rumah. Hemat tenaga katanya. Teman-temannya padahal sudah membuat rencana dari musim ujian semester untuk main ke pantai atau ke gunung. Tetapi, Alreza sama sekali tidak berminat untuk ikut.

Aldian yang sudah hendak berangkat bekerja berhenti di depan kamar Alreza yang terbuka setengah.

"Nggak keluar rumah, Rez?" tanya Aldian sembari memunguti bungkus makanan di depan pintu.

Alreza yang asyik bermain game menoleh sejenak. "Enggak. Males."

Aldian hanya menghela napas. Padahal libur sudah seminggu, sedangkan adiknya ini masih tetap bertahan di atas kasur.

"Ya udah, abang berangkat dulu. Kalau tidur pintunya jangan lupa dikunci ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Kemudian melanjutkan gamenya. "Yeeesss, menang weeeeiii!!" pekiknya kemudian bangkit dari kasur seraya menunggu loading.

Alreza mendekat ke meja makan. Abangnya tidak pernah lupa membelikannya sarapan meskipun beberapa hari yang lalu Alreza sama sekali tidak menyentuhnya. Tapi kali ini, ia kelaparan juga setelah dua hari tidak makan karena terlalu asyik bermain game.

"Untung aja Bang Aldian nggak kapok beliin makan gue. Kalo sampek kapok, gue bisa-bisa mati kelaparan nih." Segera Alreza melahap makanannya. Ternyata nikmat sekali makan ketika perut sudah sangat kosong.

Galang is calling....

Alreza yang hendak memasukkan sesendok nasi ke mulutnya terhenti dan melirik gawainya.

"Diiih, si curut ngapain sih? Ngganggu aja orang lagi makan," digeser tombol hijau. "Hall—"

"Gue di depan nih, bukain dong!" suara Galang diiringi suara sedikit berisik. Alreza menoleh ke jendela depan yang tertutup gorden tipis.

"Kampret!!" umpatnya kesal.

***

Alreza masih terdiam menghadapi ketiga temannya ditambah satu orang yang sedang tidak ingin ditemuinya ada di depannya.

"Bapak ngapain ikut ke sini?" tanya Alreza dingin. Ia bingung harus berbuat seperti apa. Hanya saja kekesalannya masih terasa sampai sekarang.

Dana tersenyum mafhum. "Ya mau ikut kalian nongkrong lah. Kan mulai semester depan saya jadi guru kalian."

Alreza membeliak sedangkan ketiga temannya tersenyum.

"Makanya, kalau classmeeting itu dateng. Bukannya rebahan mulu kayak nggak punya tulang belakang lo!" ejek Wawan.

Alreza masih menampakkan ekspresi kagetnya. Banyak pertanyaan berkeliling di otaknya.

"Kenapa? Pengen tau kenapa saya bisa ngajar lagi di SMK Kebangsaan?" tanya Dana membuka pembicaraan.

Alreza mengangguk.

"Saya masih sering kontakan sama Pak Wandi, guru kesenian di SMK Kebangsaan. Nah, Pak Wandi ini mau mengurangi jam mengajarnya soalnya kebanyakan. Ada pekerjaan lain di rumahnya. Makanya saya ditawarin untuk ngajar di SMK Kebangsaan. Kebetulan juga saya udah lulus, jadi ya mau aja." Jelas Dana panjang lebar dan dijawab anggukan oleh empat anak remaja itu.

Alreza masih terdiam. Ia senang sebenarnya Dana mengajar di kelasnya. Karena kalau dengan Pak Wandi lebih sering diberi tugas. Katanya sih ada keperluan. Untuk anak-anak malas seperti Alreza dan kawan-kawan, terlalu banyak tugas membuat mereka makin enggan. Ia ingin suasana pembelajaran di kelas yang membuatnya bersemangat terus. Seperti ketika Sayla mengajar.

"Doakan tahun depan Sayla ngajar juga di SMK Kebangsaan!" celetukan Dana berhasil membuat wajah Alreza menegang. Ketiga temannya hanya cekikikan.

Dana tersenyum melihat ketegangan Alreza. Kelihatan sekali bahwa hatinya masih tidak baik-baik saja.

***

Iseng, Alreza membuka instagram Sayla. Ternyata Sayla baru saja membuat cerita. Segera saja Alreza melihatnya.

Di sana nampak foto Sayla sedang menoleh ke arah jalan sambil memegang cat air berwarna-warni. Mengingatkan Alreza akan sesuatu. Dan ada tulisan kecil missing you di antara cat air tersebut.

Mendadak hati Alreza serasa diremas. Alreza masih ingat betul bagaimana tahun kemarin Sayla membantunya menyelesaikan tugas kesenian dengan cat air itu. Ah, ia juga ikut merindukan Sayla.

Alreza hampir menekan tulisan reply di bawah cerita Sayla. Lagi-lagi egonya menolak. Egonya menahan Alreza agar tidak menghubungi Sayla dalam waktu dekat.

"Sabar ya, hati. Elo harus buktiin dulu kalau elo bisa lebih baik seperti harapannya dulu." Gumam Alreza berbicara dengan hatinya.

Ketika ia menekan tombol follower di akunnya, ia lihat ada pengikut baru. Karena penasaran, akhirnya Alreza membuka profil pengikut barunya dan membuat kening Alreza berkerut.

"Lah, ini kan cewek yang waktu itu ketemu di perpustakaan? Namanya...." Alreza menatap sekali lagi profil gadis tersebut. "... Gadis. Ngapain si Gadis ini follow akun gue? Orang gue jarang ngepost juga. Nemu dimana lagi dia?"

Alreza masih terus heran. Tiba-tiba rasa penasaran muncul di benaknya. "Boleh nih dicari tau."

***

-Rasa yang Tepat-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang