Sembilan

44 8 1
                                    

Alarm di atas nakas berhasil membangunkan Sayla setelah lima kali berbunyi. Dengan enggan, Sayla bangkit dan mematikan alarmnya. Masih pukul tujuh, pikirnya. Kegiatannya hari ini lebih senggang karena ia sudah menyelesaikan penjajakan dan tinggal menunggu wisuda bulan depan. Sayla pun memilih kembali rebahan dan membuka gawainya. Setelah membuat cerita di instagram, Sayla belum melihatnya lagi. Ia mengecek siapa saja yang sudah melihat ceritanya itu.

Matanya terbelalak saat nama Alreza ada di daftar penonton ceritanya. Sayla segera terduduk dan memandangi layar gawainya.

"Mimpi apa gue semalem sampai Alreza nonton instastory gue!?" cicitnya dengan suara serak ala bangun tidur.

Karena rindunya menyeruak, Sayla akhirnya mengunjungi profil Alreza. Tidak banyak foto yang ia temukan di sana. Unggahan terakhir juga menunjukkan waktu dua minggu yang lalu. Sepertinya Alreza memang bukan pengguna aktif Instagram.

"Hmm, mau sampai kapan sih kita jadi penikmat instastory satu sama lain kayak gini? Nggak pengen apa ya kamu tuh komen instastoryku?" mata Sayla berkaca-kaca melihat fotonya dan Alreza yang ternyata diunggah ke Instagram.

Sayla ingin sekali mengirim pesan pribadi di Instagram pada Alreza. Tapi ia tidak sanggup jika nantinya Alreza tidak mau membalasnya, apalagi jika sampai memblokirnya.

"Ketimbang diblokir, mending nggak usah DM sekalian." Ia ulangi lagi perkataan Dana kemarin.

Iky is calling....

Tulisan itu mengagetkan Sayla. Sepagi ini untuk apa bocah ini meneleponnya?

Akhirnya Sayla menggeser tombol hijau di gawainya.

"Haloo. Ada apa?" tanya Sayla tanpa basa-basi.

"Lagi sibuk nggak hari ini?" tanya Iky dengan suara latar yang agak berisik.

Sayla nampak berpikir. "Emm, enggak sih. Nggak ada rencana apa-apa kok hari ini. Emang kenapa?"

"Ini, aku tadinya ada kelas pagi. Eh, ternyata dosennya nggak dateng. Mau balik kontrakan juga males masih pagi gini. Cari sarapan yuk!"

Sayla menatap jam dinding. Pukul setengah delapan dan perutnya sudah keroncongan karena semalam hanya memakan dua potong martabak yang dibawakan pacarnya Laras. Sepertinya menerima tawaran mencari sarapan adalah pilihan yang tepat.

"Oke deh boleh. Ketemu dimana?"

Terdengar suara Iky berdeham. "Kalo aku jemput ke kontrakanmu gimana?"

Sayla nampak berpikir. Karena honornya sebagai penulis freelance belum turun, ditambah uang bulanannya menipis, sepertinya sayang juga kalau uangnya digunakan untuk membayar abang ojol.

"Iya deh boleh. Nanti aku shareloc. Sekitar jam sembilanan nggak pa-pa kan? Belom mandi soalnya, hehe." Sayla tersenyum.

"Hahaha. Iya nggak apa-apa. Aku juga masih mau ngumpul kelompok bentar. Nanti aku kabarin kalau otw."

Sayla mengangguk kemudian mengingat Iky tidak akan melihat anggukannya Sayla segera menjawab, "Okee. See you!"

***

Mereka berdua akhirnya memilih sarapan di penjual pecel pinggir jalan. Sayla memesan teh hangat sementara Iky memesan kopi. Sayla memperhatikan keadaan di sekitarnya sementara Iky mengamati Sayla.

"Kayaknya kamu kurusan!" celetuk Iky membuyarkan lamunan Sayla.

Sayla menoleh dan tersenyum kecut. "Sok tau kamu. Aku aja di SMK Kebangsaan cuma beberapa bulan, masa kamu sampai bisa menyimpulkan gitu sih?"

Iky tertawa. Ia memang memperhatikan Sayla sejak lama. Apalagi ketika foto Sayla viral di akun gosip SMK Kebangsaan, ia semakin penasaran dengan gadis itu. Ketika ada kesempatan seperti ini, langsung saja Iky memanfaatkannya.

"Yah, kalau kamu sendiri kan nggak mungkin ngerasa. Kan kalau aku sudah setahun ini nggak ketemu kamu. Kelihatan lah perbedaannya. Kamu mana ngerasa!" Iky menjulukan lidah sementara Sayla hanya manyun.

Sayla bukannya tidak menyadari, hanya saja ia tidak mau membahas apa yang sudah membuatnya menjadi begini. Setahun belakangan adalah masa paling berat bagi Sayla. Ia tidak pernah sekalut dan sehancur itu. Untungnya ada orang-orang yang menguatkannya setiap saat, Dana adalah yang paling sabar menghadapi naik turunnya emosional Sayla. Bahkan sampai hubungan Dana dengan kekasihnya kandas karena Dana terlalu banyak mengurusi Sayla.

"Hei! Jangan ngelamun mulu. Buruan dimakan! Bentar lagi nggak enak tuh pecel." Iky membuyarkan lamunan Sayla. Sayla tersenyum kemudian menghabiskan makanannya.

"Habis ini mau kemana?" tanya Sayla seraya memegangi teh hangatnya.

Iky menyesap kopinya perlahan. Terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "nggak tau nih! Kuliah masih dimulai nanti siang jam satu. Mau pulang juga kok ntar males balik."

"Huu, alasan aja! Ya udah, diem di kontrakanku aja nah!"

Iky menoleh dengan cepat. "Emang boleh?"

"Biasanya pacarnya Laras juga nginep di kontrakan. Yuk ah, udah mulai panas niih!"

Akhirnya Iky meletakkan kopinya yang tinggal setengah dan membayar makanan mereka berdua. Keduanya segera pergi ke kontrakan Sayla.

***

-Rasa yang Tepat-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang