8

1K 112 0
                                    

"Passport, skincare, make up, peralatan mandi, baju ganti, seragam balet, sepatu balet, semuanya sudah kumasukkan. Apa lagi ya?"

Gumam Sooyoung yang tampak sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam koper. Minggu depan adalah jadwal keberangkatannya bersama Seohyun menuju Florida untuk mengikuti kompetisi balet.

"Seragam untuk kau tampil?"

Tanya Joy yang tengah sibuk memoles kutek di kukunya. Sooyoung menoleh dan mengangguk menjawab.

"Itu urusan kak Seohyun."

"Uang?"

"Ayah sudah mentransfer ke rekeningku."

"Vitamin?"

"Sudah."

"Sepertinya sudah tak ada yang perlu kau bawa lagi."

"Ah tapi aku merasa ada yang kurang. Tunggu sebentar."

Sooyoung mengambil ponselnya dan melakukan panggilan.

"Halo.."

Suara bariton khas Jaehyun terdengar di ujung telfon.

"Sayang, kau masih tidur?"

"Begitulah. Aku baru sampai jam tiga pagi."

"Maaf. Aku mengganggumu ya?"

"Tidak. Ada apa?"

"Sayang, untuk jadwalku minggu depan aku sudah membawa passport, skincare, make up, peralatan mandi, baju ganti, seragam balet, sepatu balet, semuanya sudah kumasukkan. Menurutmu apa lagi yang harus kubawa?"

Tanya Sooyoung yang tak lama terdengar kekehan pelan dari Jaehyun.

"Kau sudah membawa kotak musik? Kau tidak bisa tidur tanpa mendengarkan kotak musik."

Seulas senyuman manis terlukis di bibir Sooyoung. Gadis itu pun melangkah menuju meja rias dan mengambil sebuah kotak musik miliknya yang ia dapat sebagai hadiah ulang tahun dari sang ayah saat gadis itu berusia tujuh tahun.

"Jaehyun, kau memang yang paling memahamiku."

Ujar Sooyoung memutus sambungannya begitu saja dengan diakhiri kecupan ringan di ponselnya. Tak menyadari jika sedari tadi Joy memberinya tatapan geli.

"Nah sekarang sudah lengkap."

"Jangan lupa bawakan aku oleh-oleh."

Ucap Joy yang telah selesai memoles rapi kuku-kukunya. Sooyoung tersenyum dan mengangguk. Kemudian ia pun terlonjak kaget begitu melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

"Ya ampun! Aku ada janji dengan Seulgi."

Pekik Sooyoung dan bergegas menuju kamar mandi. Menanggapi perilaku saudara kembarnya itu Joy hanya berdecak dan menggeleng heran. Gadis itu meraih ponselnya saat mendengar ada notifikasi pesan masuk.

Sehun Sialan

Aku sudah di bawah || 09:11
dengan ayahmu.

Joy bangkit dari duduknya dan keluar kamar Sooyoung kemudian memasuki kamar miliknya. Berganti pakaian dan menyemprotkan parfum ke pergelangan tangan lalu menggosok-gosok dan ia tempelkan ke leher dan beberapa bagian tubuhnya.

Joy berjalan menuruni tangga dan menuju ruang tengah tempat kekasihnya dan sang ayah asik berbincang. Dilihatnya Sehun dan Si Ho tampak asik membicarakan banyak hal perihal sepak bola.

"Kau sudah siap?"

Tanya Sehun begitu menyadari kehadiran Joy yang baru tiba sembari menggendong tas cello di punggungnya. Gadis itu pun mengangguk sebagai jawaban. Sehun mengambil alih tas cello milik Joy untuk ia gendong.

"Kalian mau pergi kemana hari ini?"

Tanya Si Ho setelah meletakkan cangkir kopinya.

"Saya hanya akan mengantarnya pergi berlatih dengan kelompok orkestranya. Kami tidak ada rencana untuk pergi bersama hari ini karena saya juga lumayan sibuk karena mendekati deadline pengumpulan naskah novel saya."

Sahut Sehun sopan dan Si Ho hanya mengangguk mengerti.

"Kami pergi dulu ayah."

Pamit Joy mengecup singkat pipi Si Ho.

"Nanti kau pulang jam berapa?"

Tanya Sehun saat ia sudah menjalankan mobilnya.

"Mungkin sekitar pukul tujuh malam. Kami harus berlatih giat karena konser akan diadakan dua minggu lagi. Kau benar-benar akan datang kan?"

"Tentu saja. Mungkin saat itu aku bisa sedikit santai karena lewat deadline. Semoga saja tidak ada revisi."

Setelah memakan waktu 20 menit, kini tibalah keduanya di gedung yang biasa dipakai Joy dan rekan orkestranya berlatih. Gadis itu membuka seatbelt-nya dan mengecup lembut pipi Sehun sebelum akhirnya mengambil tas cello di kursi belakang.

"Aku akan menghubungimu lagi apakah aku bisa menjemputmu atau tidak."

"Baiklah."

Sahut Joy yang kemudian membuka pintu mobil pria itu. Setelah memastikan Joy memasuki gedung, Sehun kembali melajukan mobilnya.

-

"Beratmu sudah turun berapa kilo?"

Tanya Seulgi membuat Sooyoung yang hendak meminum lemon tea miliknya itu menghentikan kegiatannya.

"Kau sendiri bagaimana?"

"Aku tak perlu menurunkan berat badanku."

Sahut Seulgi menyombongkan dirinya membuat Sooyoung mendengus sebal.

"Aku ingin menjadi dirimu satu kali saja Helena."

"Dan aku ingin menjadi dirimu satu kali saja Aurora."

Sahut Seulgi membuat Sooyoung mengerutkan keningnya.

"Aku? Apa yang kau inginkan dari kehidupanku?"

"Kau sendiri? Apa yang kau inginkan dari kehidupanku?"

"Kau berbakat, kau pintar, semua orang memujimu Seulgi."

Seulgi tersenyum tipis mendengar jawaban Sooyoung.

"Hidupku tidak semenarik itu. Justru aku iri denganmu."

"Kenapa begitu?"

"Kau memiliki keluarga yang mendukung karirmu. Kau memiliki saudara yang bisa mendengar rengekanmu. Dan kau memiliki kekasih yang memanjakanmu."

Sooyoung terdiam mendengar ucapan Seulgi. Ia teringat dengan cerita teman-teman baletnya. Bahwa Seulgi berasal dari keluarga yang berantakan. Ayahnya seorang pemabuk dan ibunya yang seorang wanita malam. Adik kandungnya bunuh diri karena teman-teman yang mengejek ibunya. Dan kekasih yang selalu memukulinya. Membuat Sooyoung kembali tersadar bahwa gadis itu harus lebih banyak bersyukur kini.

Sooyoung menggenggam lembut tangan Seulgi. Memberi gadis itu senyuman dan Seulgi membalasnya.

"Kang Seulgi, mari kita sama-sama berjuang di Florida nanti."

"Em. Kau harus mengalami perkembangan yang lebih pesat jika ingin mengalahkanku."

Sooyoung mengangguk mengiyakan. Dering ponselnya membuat gadis itu melepaskan genggaman tangannya dan meraih ponsel. Dilihatnya nama pemanggil dan Sooyoung pun tersenyum karenanya.

"Halo."

"Kau dimana sayang?"

"Aku berada di kafetaria studio. Kau sudah sampai?"

"Ya. Aku menunggumu di parkiran."

"Baiklah. Aku segera kesana."

Gadis itu pun memutus sambungan telfon dan memandang kearah Seulgi.

"Jaehyun?"

Sooyoung mengangguk pelan. Seulgi kembali tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Pergilah."

~~~

Affairs With My Sister's Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang