"Soo Jeong."
Panggil Sehun mengejar gadis yang tak kunjung menghentikan langkahnya. Entah sudah berapa kali pria itu memanggil namanya. Namun Joy enggan untuk berbalik. Sehun mempercepat langkahnya hingga ia berhasil meraih pergelangan tangan Joy membuat langkah gadis itu terhenti.
"Soo Jeong dengarkan aku dulu."
"APA?!"
Bentak Joy berbalik dan menghempaskan tangan pria dihadapannya. Ia menatap tajam kearah Sehun dengan nafas yang tak teratur.
"Aku minta maaf atas perilaku ibuku. Walaupun aku tak tau apa yang ia katakan tapi-"
"Kau ingin tau apa yang ia katakan padaku? Kau sungguh ingin mengetahuinya?"
Tanya Joy memotong ucapan Sehun membuat pria itu terdiam. Joy menggerakkan telunjuknya kearah restoran yang baru saja mereka datangi.
"Dia! Bibi itu! IBUMU! Membandingkan aku dengan Sooyoung. Katanya aku harus mencontoh perilaku adikku. Karirku tak sesukses adikku. Karna itulah aku harus berhenti menjadi seorang cellist. ITU YANG IBUMU KATAKAN PADAKU!!!"
Bentak Sooyoung meneriaki Sehun. Ia menjeda kalimatnya sebelum kembali berucap.
"Tidak ada orang normal yang akan senang jika dibandingkan dengan orang lain terlebih saudaranya sendiri."
Lanjut Sooyoung dan tak mempedulikan pejalan kaki yang sedari tadi sudah berkumpul memperhatikan mereka. Sehun menyadari mereka kini menjadi pusat perhatian.
"Ayo kita bicara di tempat lain."
Ujar Sehun sembari meraih tangan Joy namun gadis itu kembali menghempaskannya. Mata gadis itu mulai berkaca-kaca kini. Joy bersusah payah untuk menahan tangisnya. Menangis di depan pria tak ada dalam kamus hidupnya.
"Apa lagi yang perlu dibicarakan? Kau akan memintaku untuk mencoba memakluminya lagi? Kau akan memintaku untuk melupakannya lagi? Sehun, kau tau aku bukan orang seperti itu! Apa kau juga berusaha membandingkan aku dengan Sooyoung yang mudah memaafkan orang lain?"
"Soo Jeong, bukan begitu."
Sehun mendekat dan memegangi bahu Joy memaksa gadis itu untuk menatapnya.
"Aku mohon jangan begini. Kita sudah bertahan sejauh ini."
"Lihat? Kau bahkan memintaku untuk kembali bersabar."
Suara Joy mulai bergetar kini. Sehun tau jika sang kekasih berusaha keras untuk tidak terlihat lemah. Joy melepaskan pegangan Sehun secara perlahan di bahunya.
"Hubungan kita memang selemah ini Sehun. Kau tak bisa memperjuangkan aku lebih keras. Dan aku tak bisa menunggu lebih lama."
Sehun menatap tak percaya kearah Joy. Pria itu terlihat berpikir dan menatap Joy linglung. Seolah mengerti arah pembicaraan sang kekasih, ia menggeleng pelan.
"Tidak. Kau tak akan mengatakan hal seperti itu kan?"
Joy terdiam sesaat, menatap Sehun yang kembali menggeleng kecil. Joy menarik nafas panjang dan menghembuskannya.
"Aku memang akan mengatakannya."
"Tidak Soo Jeong. Jangan katakan hal-hal seperti itu, hm? Kita memang sering bertengkar. Tapi kita sudah berkomitmen tak akan mengucapkannya semudah itu."
Ucap Sehun memegang erat kedua tangan Joy.
"Sehun."
"Tidak. Tidak Soo Jeong."
"Aku sudah muak dengan semuanya. Sebaiknya kita akhiri saja sampai disini."
Ucap Joy pada akhirnya. Membuat genggaman erat pria itu perlahan melemah. Sehun menatap Joy nanar sengan mulutnya yang terbuka sedikit dan matanya yang sudah memerah. Joy melepaskan perlahan genggaman pria itu dan meninggalkannya. Ia tak ingin menghentikan langkah dan berbalik hanya untuk sekedar melihat keadaan pria di belakangnya. Karena jika melakukannya, gadis itu tak akan pernah bisa pergi.
Dilain tempat, Sooyoung terduduk di ruang latihan. Beristirahat sejenak menghilangkan lelahnya setelah latihan selama kurang lebih dua jam. Beberapa hari lagi adalah tahap awal penyisihan. Tentu ia tak boleh bersantai. Sooyoung meraih ponselnya dan mengecek notifikasi pesan. Senyumnya kembali terukir tiap membaca pesan-pesan penyemangat dari sang kekasih.
Jaehyun ♥
Semangat untuk latihan || 07:00
hari ini.Besok adalah jadwal || 07:32
pertandinganku.
Aku akan mendapatkan
medali emas untukmu.Sooyoung, jangan lupa || 08:04
makan dan minum
vitaminmu.
Aku mencintaimu ♥11:20 || Aku juga mencintaimu.
Ah kau membuatku ingin
pulang sekarang juga!!Kau tidak sedang latihan? || 11:21
11:21 || Aku sedang beristirahat.
Boleh aku menelfon? || 11:21
11:22 ||Tentu ♥
Dering ponsel membuat senyum dibibir Sooyoung semakin lebar. Tanpa menunggu lama, gadis itu pun segera menjawab panggilan telfon dari sang kekasih.
"Bagaimana harimu?"
Sooyoung kembali tersenyum begitu mendengar kalimat pertama yang pria itu ucapkan.
"Aku tidak baik. Aku sangat merindukanmu."
Sahut Sooyoung dengan nada manjanya. Membuat Joohyun, Ji Soo, Seulgi, Yoona dan Seohyun yang sedari tadi asik berbicara pun menoleh menatap geli kearahnya.
"Ah bagaimana dengan pertandinganmu? Apakah besok final?"
"Ya. Besok adalah babak final. Dan aku akan memenangkannya. Seperti biasa."
Sahut pria itu membanggakan dirinya sendiri.
"Kau sudah makan? Sudah minum vitamin? Kau tak memaksakan dirimu saat berlatih kan? Apa kau bisa tidur nyenyak?"
Rentetan pertanyaan yang selama ini mengganggu pikiran Jaehyun akhirnya ia utarakan juga. Sooyoung terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan kekasihnya.
"Aku makan dengan baik. Aku sudah meminum vitaminku. Aku tidak berlatih terlalu keras. Dan aku tidur dengan nyenyak karena kau mengingatkanku untuk membawa kotak musikku."
Sahut Joy membuatnya kembali menjadi pusat perhatian.
"Bagus. Jadi kapan acaranya?"
"Tiga hari lagi."
"Kau bisa melakukannya dengan baik."
"Mengapa kau begitu yakin?"
"Karena kau Park Sooyoung. Keberuntungan selalu berpihak padamu."
"Alasan macam apa itu.."
Sooyoung berdecak mendengar jawaban Jaehyun. Walau tak dapat ia pungkiri jika gadis itu senang mendengarkan kalimat-kalimat Jaehyun yang bagaikan penyemangat baginya.
"Aku harus pergi sekarang. Semangat untuk latihan hari ini."
"Kau juga."
"Aku mencintaimu."
"Aku juga."
Sahut Sooyoung tersenyum dan sambungan mereka pun terputus.
"Sudah selesai nona? Kita harus kembali berlatih."
Ejek Yoona membuat Sooyoung tersenyum malu karena ulahnya sendiri.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Affairs With My Sister's Boyfriend [END]
Fanfic{FANFICTION} Kita bermain api tanpa tau cara untuk memadamkannya. Saling mempermainkan satu sama lain. Dan akhirnya saling terluka.