30

712 89 8
                                    

Suara bel apartemen yang terus menerus ditekan membuat Sehun terusik dari tidurnya. Pria itu melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari membuatnya mendelik. Orang mana yang bertamu selarut ini. Pikir pria itu. Karena merasa terganggu, akhirnya ia segera bangkit dan berjalan menuju pintu tak memperhatikan terlebih dahulu siapa sosok yang berdiri di balik pintu.

Sehun membuka kasar pintu apartemen, bersiap untuk melayangkan makiannya. Namun pria itu terdiam begitu mendapati sosok Sooyoung yang kini menundukkan kepala. Ia menaikkan sebelah alis dan mengusap mata pelan. Berusaha meyakinkan jika yang dihadapannya saat ini memang Sooyoung.

"Sooyoung?"

Merasa terpanggil, gadis itu pun mendongakkan kepalanya dan menatap Sehun sendu. Membuat pria itu semakin bingung karena wajah Sooyoung yang tampak sembab.

"Ada a-"

Belum selesai ia berucap, Sooyoung menghambur memeluk erat pria dihadapannya. Menangis sejadinya dengan isakan yang terdengar pilu di telinga Sehun. Pria itu perlahan menggerakkan kedua tangan kekarnya, membalas dengan mendekap hangat tubuh Sooyoung

"Kak..."

Panggil Sooyoung dengan isakan tangis yang semakin menjadi. Sehun mengangguk pelan dan semakin mempererat pelukannya. Menepuk ringan pundak Sooyoung dan mengusap lembut rambut gadis itu.

"Menangislah, ada aku disini."

Ucap Sehun yang justru semakin membuat tangisan gadis itu kian nyaring.

Dilain tempat, Jaehyun terduduk di dalam bar yang biasa ia datangi. Pria itu tampak kacau dan wajahnya yang mulai memerah karena banyaknya alkohol yang ia teguk. Tak menyadari kehadiran Joy yang mulai mendudukkan diri di sebelahnya.

"Kau mabuk. Pulanglah."

Ucap Joy membuat pria itu menoleh dan tak lama setelahnya ia menghela nafas kasar sembari mengusap bekas air mata yang mengalir di wajahnya.

"Mengapa kau melakukan ini padaku hm?"

Tanya Jaehyun yang mengubah posisinya menjadi menghadap Joy. Gadis itu menoleh dan memandang Jaehyun penuh arti.

"Jika kau tak bersamaku pada malam itu, semuanya tak akan menjadi serumit ini. Dan aku bisa membawa Sooyoung kembali padaku."

Racau pria itu yang kini kembali menangis. Sementara Joy hanya diam saja pada posisinya.

"Tidak. Seharusnya sejak awal aku tak perlu bersimpati kepadamu. Inikah balasanmu setelah semua yang aku lakukan? Kau menghancurkan hidupku Joy. Kau juga menghancurkan hidup adikmu!"

"Salahkah jika aku hanya ingin memilikimu?"

Ucapan Joy membuat Jaehyun terdiam. Ia menatap tak percaya pada gadis dihadapannya.

"Jaehyun, kau tau dengan baik betapa ambisiusnya aku. Dan kau jelas-jelas mengatakan menjadi ambisius adalah hal yang baik. Sekarang kau menyalahkan aku?"

"Jadi kau mau mengatakan ini semua salahku?"

"Tidak. Bukan begitu."

"Aku tau kau bukan orang bodoh. Seharusnya kau paham maksud dari perkataanku saat itu."

Joy memutar bola matanya malas mendengar ucapan Jaehyun. Ia meraih segelas bir dan hendak meneguknya namun tangan Jaehyun menahannya.

"Apa?"

"Kau hamil. Wanita hamil tak boleh meminum alkohol."

"Kau bertingkah seolah peduli padaku. Lepaskan.."

"Aku memang tak peduli padamu. Tapi anak itu yang aku pedulikan."

Ucap Jaehyun menatap pada perut Joy yang masih terlihat rata. Joy mendengus sebal dan meletakkan gelas di genggamannya dengan kasar. Gadis itu pun bangkit dan berlalu meninggalkan Jaehyun yang masih terdiam di posisinya.

-

Sooyoung terduduk di sofa, gadis itu masih sesenggukan walaupun ia sudah tidak menangis. Sehun berjalan dari dapur sembari membawa dua cangkir di tangannya.

"Aku buatkan cokelat panas untukmu. Hati-hati masih panas."

Ucap Sehun yang kini duduk di sebelah Sooyoung. Gadis itu menerima segelas cokelat panas buatan Sehun dan meletakkan di pangkuannya. Menatap hampa pada minuman itu dan kembali terisak. Membuat Sehun merasa panik. Butuh waktu satu jam lebih untuk membuat Sooyoung berhenti menangis. Dan kini gadis itu kembali menangis tanpa sebab yang tak ia ketahui. Sehun meletakkan gelas miliknya dan mengambil alih gelas yang di genggam Sooyoung kemudian meletakkannya di atas meja.

"Hei kenapa kau menangis lagi?"

"Dia sangat menyukai cokelat panas."

Sahut Sooyoung yang tangisannya semakin menjadi. Sehun meringis mendengar jawaban Sooyoung. Ia merasa telah melakukan dosa besar karena membuatkan minuman itu untuknya.

"Ah maafkan aku. Aku akan menjauhkannya darimu."

Ucap Sehun dan bergegas meraih dua cangkir berisi cokelat panas itu. Membawanya kembali ke dapur dan membuangnya ke wastafel. Sehun kembali dengan membawa segelas air untuk Sooyoung dan gadis itu meminumnya hingga habis.

"Merasa lebih baik?"

Tanya Sehun berhati-hati dan Sooyoung hanya menjawabnya dengan anggukan pelan.

"Jadi, apa kau sudah siap bercerita padaku?"

Sooyoung terdiam, ia menatap lekat sepasang mata milik Sehun. Setelah cukup lama, gadis itu menghela nafas panjang dan kembali menganggukkan kepala. Ia menceritakan semua yang ia dengar dari Jaehyun pagi tadi. Membuatnya kembali menangis sesenggukan.

Sementara Sehun, rahang pria itu mengeras dan matanya yang memerah. Tangannya terkepal kuat, berusaha keras untuk mengontrol emosinya saat ini. Ia menatap iba pada Sooyoung yang tengah menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Pria itu menghela nafas pelan dan menarik Sooyoung ke dalam pelukannya. Kembali memberi gadis itu ketenangan. Sooyoung tak menolaknya, karena memang hanya pelukan yang gadis itu butuhkan saat ini.

~~~

Affairs With My Sister's Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang