Mobil milik Sehun telah terparkir di halaman rumah keluarga Park. Tak lama setelahnya Sooyoung keluar dari mobil. Melambaikan tangan pada pria itu sebelum akhirnya mobil Sehun melaju pergi. Seulas senyum tipis terlukis di bibir gadis itu. Ia pun berbalik dan hendak memasuki rumah. Namun langkahnya terhenti saat menyadari keberadaan Jaehyun.
Pria itu berdiri tak jauh dari tempatnya. Tampak begitu kacau dan lusuh. Sukses membuat debaran jantung Sooyoung berdetak tak karuan.
"Apa yang kau lakukan disini?"
Tanya Sooyoung terdengar dingin. Sembari menghela nafas kasar, pria itu mengambil langkah maju mendekati gadis yang sangat ia rindukan.
"Sooyoung, kau belum mendengarkan penjelasanku. Kau belum mengetahui kebenarannya. Kau hanya mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang kau lihat."
"Jadi kau menyalahkan aku? Apa yang bisa aku lakukan lagi saat melihat saudara kembarku tertidur di atas ranjang milik kekasihku dengan berpakaian minim?"
Tanya Sooyoung yang kini terdengar setengah berteriak. Jaehyun menunduk sejenak dan mengusap kasar wajahnya. Ia kembali menatap Sooyoung dengan tatapan memohon.
"Aku mohon dengarkan aku dulu. Sungguh, hanya kau wanita dalam hidupku. Tak ada yang lain."
"Jika tak ada wanita lain dalam hidupmu, kau tak akan semudah itu membawa wanita lain ke dalam rumahmu. Walaupun wanita itu adalah saudara kembarku."
Sahut Sooyoung sukses membuat Jaehyun terdiam. Benar apa yang dikatakan gadis itu. Pada akhirnya semua memang kesalahannya karena membiarkan Joy menginap di rumahnya.
"Lihat? Kau bahkan tak bisa menyangkalnya!"
Jaehyun kembali menghela nafas pelan dan memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya kembali bersuara.
"Aku mengaku salah soal itu. Tapi tak ada hal lain yang kami lakukan malam itu. Bahkan aku tidur di luar. Kami tak tidur dalam satu ranjang."
"Dan kau berharap aku mempercayainya?"
Jaehyun terdiam, menatap Sooyoung tak percaya. Pria itu mengambil langkah mundur. Tampak jelas kerutan di keningnya.
"Apa kau meragukanku?"
"Apa aku salah jika meragukanmu?"
"Sooyoung, aku pikir kau cukup mengenalku dengan baik."
"Dan kejadian itu membuatku sadar bahwa aku tidak benar-benar mengenalmu."
"Kenapa kau selalu membalik ucapanku?!"
Bentak Jaehyun yang kini mulai tersulut emosi. Kali pertama dalam satu tahun hubungan mereka, pria itu membentaknya. Hening, suasana menjadi hening untuk beberapa saat.
"Berhari-hari.."
Ucap Sooyoung menggantung kalimatnya setelah mereka terdiam cukup lama.
"Aku menunggu telfonmu berhari-hari. Aku berusaha meyakinkan diriku bahwa kau benar-benar sibuk. Aku tak pernah menaruh curiga sekecil apapun padamu. Karena aku percaya, kau tak akan menyakitiku."
"Sooyoung..."
"Seminggu. Hari demi hari yang aku tunggu untuk kau menghubungiku terlebih dahulu adalah seminggu. Saat aku menghubungimu lebih dulu, kau terlalu terburu-buru untuk mengakhirinya. Dan ternyata seminggu itu kau habiskan untuk menghibur kakakku yang sedang putus cinta!"
Pekik Sooyoung di akhir kalimat. Gadis itu tak mampu lagi menahan buliran bening yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya. Jaehyun kembali mendekat, hendak menggenggam tangan gadis itu namun Sooyoung menepisnya.
"Kau pikir aku tak tau jika dulu kau menyukai Soo Jeong? Begitu tau ia telah memiliki kekasih, kau jadi mendekatiku. Karena wajah kami yang mirip."
Ucapan Sooyoung sukses membuat Jaehyun mematung. Tak tau harus bereaksi seperti apa untuk menyangkal tuduhan sang kekasih.
"Kenapa? Setelah tau hubungan mereka berakhir, kau jadi ingin kembali pada kakakku?"
"Sooyoung, itu hanya masa lalu."
"Dan kau tidak menyangkalnya. Fakta bahwa kau menyukai kakakku lebih dulu, kau tak menyangkalnya."
Sooyoung menghapus kasar air matanya dan menatap Jaehyun tajam.
"Maka kejarlah dia. Kau tak lagi memiliki penghalang."
"Tidak Sooyoung. Jangan seperti ini, aku mohon jangan seperti ini. Tak ada lagi rasa yang tersisa untuknya. Kau adalah kau dan Joy adalah Joy. Aku tak pernah memandang kalian sama. Dan aku mencintaimu bukan karena wajah kalian mirip."
"Hentikan Jung Jaehyun! Aku sudah muak!"
"Sooyoung.."
"Aku ingin hubungan ini berakhir."
Jaehyun terbelalak mendengar ucapan gadis dihadapannya. Ia tak menyangka jika kalimat seperti ini yang akan ia dengar.
"Sooyoung, jangan bercanda."
"Aku tidak bercanda."
"Karena itukah kau pergi dengannya?"
"Apa?"
Sooyoung mengernyit bingung mendengar pertanyaan Jaehyun yang terdengar seperti sebuah pernyataan itu.
"Jujur saja, kau memang sudah tak memiliki perasaan terhadapku dan kau mencari celah untuk mengakhiri hubungan kita."
"Apa? Kau sudah gila?"
"Ya aku gila! Aku sepertinya benar-benar gila saat melihat Sehun yang biasa mengantar Joy justru mengantarmu kini!"
Bentak Jaehyun dengan emosinya yang sudah meledak. Terdengar tawa sarkas milik Sooyoung. Ia kembali menatap geram pada pria dihadapannya.
"Terserah kau akan menganggapku seperti apa. Baiklah, anggap saja aku memang sudah bosan denganmu. Maka dari itu kita akhiri saja."
Ucap Sooyoung yang kemudian berlalu memasuki rumah. Tak mempedulikan teriakan Jaehyun yang memanggil namanya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Affairs With My Sister's Boyfriend [END]
Fanfic{FANFICTION} Kita bermain api tanpa tau cara untuk memadamkannya. Saling mempermainkan satu sama lain. Dan akhirnya saling terluka.