"Joy, ayo aku antar pulang. Kau sudah seminggu lebih disini. Pemilik bar sudah memprotes temanku berkali-kali."
Desak Jaehyun sembari menarik tangan Joy, namun gadis itu kembali menepisnya. Ia mendongak dan menatap Jaehyun sebal.
"Kau tuli? Atau pikun? Aku bilang aku tak mau pulang ke rumah!"
"Kalau begitu aku antar ke rumah Sehun."
"Sepertinya kau menderita demensia juga. Kami sudah putus!"
Tegas Joy yang tampak semakin kesal. Jaehyun menghela nafas pelan dan berkacak pinggang.
"Lalu kau mau kemana? Kau tak mungkin menginap lagi disini. Ini bukan penginapan."
"Rumahmu saja."
Jaehyun membelalakkan mata mendengar jawaban Joy.
"Kau gila? Kenapa harus rumahku? Ayo kita ke sauna saja."
"Aku tak suka ke sauna."
"Lalu?"
"Sudah kubilang aku ingin ke rumahmu."
"Bagaimana bisa aku membawa wanita lain ke rumahku?"
"Apa aku wanita lain? Aku saudara kekasihmu."
Ujar Joy yang memasang tampang memelasnya membuat Jaehyun mendengus sebal karena pria itu menjadi tak tega kini. Ia pun hanya bisa mengangguk pasrah sementara Joy tersenyum sumringah dibuatnya.
Jaehyun memapah tubuh Joy karena gadis itu tak bisa berjalan dengan benar karena ia tengah berada di bawah pengaruh alkohol. Setelah tiba di rumah, Jaehyun membawa Joy masuk ke dalam kamar dan mendudukkannya di atas ranjang.
"Apa kau memiliki pakaian ganti? Aku tak mungkin tidur dengan pakaian tak nyaman ini."
Tanpa menjawab, pria itu melangkahkan kakinya menuju lemari. Mengambil sebuah kemeja putih serta sebuah celana dan memberikannya.
"Aku hanya akan memakai kemejanya."
"Baiklah."
Sahut Jaehyun mengangguk mengerti dan meletakkan kembali celana ke dalam lemari.
"Kau tidur saja disini. Aku akan tidur di luar."
Ucap pria itu sebelum akhirnya berjalan keluar dari kamar."
---
Jaehyun menatap datar kearah Joy yang kini bersiap-siap untuk pergi. Gadis itu terlihat biasa saja setelah apa yang terjadi antara mereka.
"Aku pergi. Terima kasih telah mengijinkanku menginap."
"Tunggu."
Panggil Jaehyun membuat langkah Joy terhenti. Gadis itu berbalik menatap Jaehyun yang kini bangkit dan berjalan mendekat.
"Apa yang kau katakan pada Sooyoung?"
"Apa?"
Tanya Joy cuek sementara Jaehyun memberinya tatapan curiga.
"Sooyoung bukan orang yang mudah percaya dengan apa yang ia lihat. Ia tak akan semudah itu untuk marah dengan suatu hal yang belum jelas. Setidaknya ia akan berusaha mendengarkan penjelasan orang lain terlebih dahulu."
Jaehyun menggantung kalimatnya, kembali menatap Joy lekat. Gadis itu tak bergeming, hanya menunggu Jaehyun melanjutkan kalimatnya.
"Jadi apa yang kau katakan padanya?"
"Ia bertanya apakah kita tidur bersama."
"Lalu? Kau jawab apa?"
"Aku mengiyakannya."
Jaehyun membelalak mendengar jawaban gadis itu yang terdengar biasa saja. Rahang pria itu mengeras dan ia memejamkan mata sejenak. Berusaha mencerna ucapan yang baru saja ia dengar.
"Apa kau bilang? Kau sudah gila?!"
Ucap Jaehyun dengan nada suara yang mulai meninggi.
"Kenapa kau harus marah? Memang benar kita tidur bersama. Dalam satu rumah."
Lanjut Joy tersenyum miring. Ia berjalan mendekat, meletakkan telapak tangan di dada pria itu dan mengusapnya pelan. Jaehyun menepis kasar tangan Joy, namun hal itu membuat senyumnya semakin mengembang.
"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku tertarik padamu dan aku ingin kau menjadi milikku."
"Kau benar-benar sudah gila. Aku kekasih saudaramu!"
"Kau yakin? Apa kau pikir Sooyoung masih menganggapmu sebagai kekasihnya setelah apa yang terjadi? Tidak. Ia akan membuangmu seperti kekasih-kekasihnya yang lain. Baginya kau hanya satu dari sekian banyak pria yang pernah singgah dihatinya. Kau bukanlah hal yang begitu penting."
Mata pria itu memerah dan kedua tangannya telah mengepal hebat. Telunjuk ia arahkan pada pintu.
"Keluar sebelum aku yang menyeretmu secara paksa."
"Tak perlu kau suruh. Aku memang akan pergi. Untuk saat ini."
Sahut Joy menegaskan. Gadis itu pun berbalik dan melangkah ke luar dari rumah. Sementara Jaehyun kembali terduduk dan mengusap kasar wajahnya.
-
Sooyoung terduduk di atas ranjang sembari menekuk lutut dan menyandarkan tubuh pada dinding kamar. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan gadis itu masih terjaga. Air mata seolah tak ada habisnya mengalir dari pelupuk matanya. Panggilan kedua orang tua yang sedari tadi menggema di depan kamar hingga akhirnya tak lagi terdengar tidak ia pedulikan.
Dering ponsel yang sejak beberapa jam lalu bersenandung tak juga ia hiraukan. Jaehyun telah menghubunginya lebih dari 30 kali. Tetapi Sooyoung tak mempedulikannya. Amarahnya begitu memuncak pada pria yang selama ini selalu ia banggakan itu.
Jaehyun adalah pria yang baik, yang tak akan menyakiti dan mengkhianatiku. Kalimat-kalimat seperti itu selalu ia lontarkan dihadapan para sahabatnya dan ia yakini sendiri. Menyombongkan diri bahwa ia tak salah lagi dalam melabuhkan hati. Namun kejadian tadi pagi benar-benar membuat harga dirinya hancur begitu saja. Sooyoung kembali tertunduk, menutup wajah dengan kedua telapak tangan dan menangis sesenggukan untuk yang kesekian kali.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Affairs With My Sister's Boyfriend [END]
Fanfiction{FANFICTION} Kita bermain api tanpa tau cara untuk memadamkannya. Saling mempermainkan satu sama lain. Dan akhirnya saling terluka.