"Jaehyun!"
"Hai, bagaimana dengan kompetisimu?"
"Aku lolos. Kami lolos 30 besar!!"
Pekik Sooyoung terdengar bersemangat di seberang telfon membuat pria itu tak mampu menyembunyikan senyumannya.
"Aku sudah tau kau pasti bisa melakukannya."
"Em! Dua hari lagi adalah tahap penyisihan hingga menyisakan 15 orang. Jika aku lolos, aku akan masuk tahap lima besar. Lalu setelahnya tiga besar. Lalu lalu-"
"Lalu tiga orang itu akan mendapat kesempatan untuk tampil di ajang festival balet dunia."
"Bagaimana kau tau?"
"Kau sudah mengatakannya lebih dari sepuluh kali sayang."
Terdengar tawa pelan dari Sooyoung saat mendengar jawaban dari kekasihnya. Jaehyun bahkan bisa membayangkan seperti apa raut wajah Sooyoung saat ini.
"Selamat! Kerja kerasmu akhirnya terbayarkan."
"Terima kasih. Ah maaf aku juga belum sempat mengucapkan selamat padamu karena aku baru bisa memegang ponsel. Selamat atas medali emas yang kau peroleh. Aku tau kau akan mendapatkannya."
"Sudah pasti."
"Cih."
"Sekarang beristirahatlah. Disana pasti sudah larut malam kan? Jangan tidur terlalu malam. Karena aku tau besok kau akan berlatih lebih keras."
"Iya, kau juga cepat tidur. Ah benar! Di Korea masih pagi ya. Selamat tidur Jaehyun."
Sambungan pun terputus dan Jaehyun meletakkan ponselnya di atas nakas. Tak mempedulikan Joy yang kini tengah memandang geli kearahnya.
"Kalian membuatku geli."
Ucap Joy sembari meneguk minumnya. Jaehyun menatapnya sekilas dan menggeleng pelan.
"Minum di siang hari? Apa kau tidak sibuk nona?"
Ejek Jaehyun membuatnya mendapat tatapan kesal dari Joy. Ponsel gadis itu kembali berdering. Penelfon yang sama yang menghubunginya selama berhari-hari. Jaehyun melirik kearah ponsel Joy dan menghela nafas pelan.
"Kau tak akan menjawabnya? Sehun sudah menghubungimu berkali-kali."
"Memangnya apa peduliku."
Sahut Joy cuek dan kembali meneguk segelas soju.
"Paling tidak selesaikan masalah kalian dengan baik-baik walaupun sudah tak bisa mempertahankan hubungan kalian. Putus cinta bukan berarti kalian harus bermusuhan bukan?"
"Kau berisik! Jangan ikut campur dalam urusanku!"
"Aku tentu tak akan ikut campur jika kau tak menggangguku. Tapi ini sudah tiga hari. Tiga hari berturut-turut aku menemanimu minum. Kau tidak punya teman lain?"
Tanya Jaehyun sebal. Namun diluar dugaan, bukannya marah mendengar perkataan Jaehyun, gadis itu menangis kini. Merengek seperti anak kecil, sungguh berbeda dengan image girl crush yang selama ini melekat pada diri Joy.
"Hei, kenapa kau menangis? Aku kan hanya bertanya. Berhenti menangis, ini tidak cocok denganmu."
"Memangnya apa yang cocok denganku?!! Ah sialan!"
Pekik Joy dengan tangisannya yang semakin kencang. Untungnya kondisi bar saat ini sedang sepi pengunjung karena jam juga masih menunjukkan pukul sebelas siang.
"Kau tau? Sangat tidak nyaman rasanya saat kau dibanding-bandingkan. Apa kau tau itu? Aku bahkan sudah bekerja keras dengan bakat yang kumiliki. Tapi kenapa aku harus dibandingkan dengan Sooyoung? Ia bahkan lebih lemah dariku. Ia selalu bergantung pada semua orang. Apa yang salah dariku hingga harus mendengar penghinaan seperti ini!"
Jaehyun hanya terdiam mendengar keluh kesah Joy. Ini pertama kalinya ia melihat seorang gadis menangis. Karena selama menjalin hubungan dengan Sooyoung, ia tak pernah melihat kekasihnya itu menangis. Kehidupan Sooyoung seolah sudah terorganisir dengan begitu baik. Jenjang karirnya juga berjalan begitu mulus tanpa hambatan. Ia bisa meraih cita-citanya dengan sangat mudah. Begitu dicintai dan dikagumi oleh banyak orang.
Berbeda dengan Joy yang harus bekerja keras untuk bisa mencapai posisinya yang sekarang. Dan karena sikap wanita itu yang cenderung tak bisa bersikap ramah membuatnya tak memiliki banyak teman. Walau pada nyatanya Joy memiliki kepribadian yang juga tak kalah lembut jika dibandingkan Sooyoung. Entah mengapa, hal ini membuat Jaehyun berempati pada gadis dihadapannya itu.
Jaehyun menggerakkan tangannya, menepuk pelan pundak Joy mencoba memberi kenyamanan. Joy mendongak menatap bingung kearah pria yang kini memberinya tatapan teduh.
"Tidak ada yang salah denganmu. Yang salah adalah mereka yang gemar membanding-bandingkan orang lain. Kau adalah kau, dan Sooyoung adalah Sooyoung. Walaupun kembar, kalian adalah dua pribadi yang berbeda. Tentu tidak bisa dibandingkan. Masing-masing dari kalian memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing."
Ujar Jaehyun membuat Joy menghentikan tangisnya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk tegak dan menatap Jaehyun lekat. Menunggu pria itu melanjutkan kalimatnya.
"Kau mau tau kelebihan apa yang kau miliki dibandingkan Sooyoung?"
Tanya Jaehyun dan Joy mengangguk pelan setelah terdiam cukup lama. Jaehyun tersenyum dan menutup tutup botol soju di atas meja.
"Kau ambisius."
Joy mengernyitkan keningnya begitu mendengar ucapan Jaehyun.
"Bukankah itu hal yang buruk?"
"Tergantung dari segi mana kau melihatnya."
"Apa maksudmu?"
"Joy, kau ambisius dan itu hal yang baik."
"Bagaimana bisa ambisius menjadi hal yang baik?"
"Kau bisa mencapai posisimu yang sekarang karena apa? Karena kau berambisi. Benar begitu?"
Joy terdiam sejenak, ia tampak berpikir. Tak lama gadis itu pun mengangguk pelan.
"Kau tak kenal kata menyerah. Walau gagal beberapa kali, kau tak pernah menyerah dengan mimpimu. Tapi Sooyoung? Ia tak pernah gagal dalam hidupnya. Karena itulah ia memiliki hati yang rapuh. Ia akan mudah pesimis jika apa yang ia harapkan tak berjalan sesuai dengan kenyataan."
"Apa kau sadar jika kau baru saja menjelekkan kekasihmu dihadapan saudaranya?"
Tanya Joy menatap sebal namun senyuman tipis terlukis di bibir gadis itu. Jaehyun menyandarkan tubuhnya di kursi dan melipat kedua tangan di dada.
"Aku tak sedang menjelekkan kekasihku. Aku hanya menyatakan pendapatku sebagai sosok yang lebih sering bersamanya dibandingkan kau. Joy, aku mengenal Sooyoung dengan sangat baik."
Sahut Jaehyun tersenyum tampan memperlihatkan lesung pipi yang menambah pesona pria itu. Entah sejak kapan keberadaan Jaehyun membuat Joy dapat merasa lebih nyaman dan santai. Sekarang sedikitnya ia dapat mengerti mengapa saudara kembarnya itu begitu bergantung pada sang kekasih. Karena Jaehyun sendiri bagaikan obat penenang bagi siapapun yang mendengar perkataan pria 23 tahun itu.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Affairs With My Sister's Boyfriend [END]
Fanfiction{FANFICTION} Kita bermain api tanpa tau cara untuk memadamkannya. Saling mempermainkan satu sama lain. Dan akhirnya saling terluka.