26

672 88 7
                                    

"Kakak baru pulang?"

Sambut Sooyoung begitu mendengar pintu apartemen terbuka. Jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan gadis itu belum tertidur. Sehun hanya mengangguk dan berjalan menuju sofa. Merebahkan tubuhnya sejenak dan memijit pangkal hidungnya. Sooyoung berjalan menghampiri dan turut duduk di sofa.

"Mau kubuatkan teh lemon?"

Sehun menoleh menatap Sooyoung kemudian menggeleng pelan.

"Kenapa kau belum tidur?"

Tanya Sehun yang kini mengubah posisinya menjadi duduk bersandar.

"Aku tak bisa tidur."

"Bukankah kau besok ada jadwal latihan?"

"Ya. Dan aku tak bisa tidur."

"Kakimu? Bagaimana dengan kakimu? Kapan jadwal kontrol?"

Sooyoung tersenyum tipis mendengar pertanyaan pria disampingnya.

"Besok lusa aku harus kembali ke rumah sakit untuk terapi dan mengambil resep obat."

"Kau yakin baik-baik saja untuk latihan besok? Kau bisa melewatkannya, aku akan berbicara dengan Seohyun."

"Mengapa kakak yang berbicara dengan kak Seohyun?"

"Apa?"

"Yang akan izin kan aku. Mengapa kakak yang harus izin?"

"Benar juga. Mengapa harus aku? Kau saja yang meminta izin. Jangan manja."

Sooyoung terkekeh melihat raut wajah pria itu. Ia pun hanya mengangguk mengiyakan.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya. Aku baik-baik saja. Kakiku sudah tidak terasa sakit lagi. Aku bahkan bisa melompat berkali-kali tanpa merasa sakit."

"Aku tak bertanya tentang kakimu."

"Lalu?"

Bukannya menjawab, Sehun hanya menatap lekat sepasang mata milik Sooyoung. Seakan mengerti maksud ucapan Sehun, senyum gadis itu perlahan memudar.

"Apakah aku terlihat tak baik-baik saja?"

"Tidak. Tapi kau juga tidak terlihat tenang."

"Lalu haruskah aku menangis tersedu-sedu dan menghancurkan diriku?"

"Itu bukan ide yang bagus."

"Lalu? Apa yang harus kulakukan kak?"

"Berteriaklah. Kau harusnya memaki mereka sampai kau merasa tenang. Bukan pergi begitu saja."

"Yang membawaku pergi kan kakak.."

"Ah ya itu benar. Lalu haruskah aku membawamu pada mereka agar kau bisa memaki mereka?"

Sooyoung kembali tersenyum dan menggeleng pelan. Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dan menatap langit-langit apartemen.

"Aku.. Hanya ingin melupakan."

"Apa?"

"Aku tak ingin membenci, juga tak ingin memaafkan mereka. Yang aku inginkan hanya melupakan. Aku ingin melupakan pemandangan hari itu kak. Kejadian yang membuatku merasa direndahkan."

"Apa kau masih mencintainya?"

Sooyoung menoleh pada Sehun begitu mendengar pertanyaan pria itu. Ia membenarkan posisi duduknya menjadi duduk tegak.

"Bohong jika aku mengatakan tak lagi mencintainya. Kisah ini telah dimulai jauh sebelum kami menjalin hubungan sebagai kekasih. Bahkan sampai saat ini cintaku untuknya masih sama. Atau mungkin semakin besar? Tapi kak.."

Gadis itu menggantung kalimatnya. Terlihat ragu untuk melanjutkan.

"Karena begitu besarnya cinta itu, maka dampaknya pun sama besar. Kebencianku padanya menjadi semakin besar seiring dengan banyaknya cinta untuknya."

"Kau masih mencintainya.."

"Ya. Sangat. Dan aku tau cinta Jaehyun untukku bahkan lebih besar dari pada cintaku untuknya. Tapi aku tak akan pernah kembali padanya."

"Karena kau merasa terkhianati?"

"Bukan lagi dikhianati. Aku merasa dihancurkan. Seluruh bayangan masa depan yang kami rancang bersama, runtuh begitu saja."

Sooyoung tertunduk, berusaha menahan buliran bening yang sedari tadi menggenang di pelupuk matanya. Sehun mendekat dan mengusap pundak gadis itu.

"Bolehkah aku memelukmu?"

Tanya Sooyoung sembari meremas ujung bajunya. Gadis itu menggigit bibir bawahnya berusaha meredam tangis. Tanpa menjawab, Sehun menarik Sooyoung ke dalam dekapannya. Mencoba memberi ketenangan pada gadis yang isakan tangisnya kian nyaring kini.

"Menangislah. Yang kencang. Apartemenku kedap suara, kau tak perlu khawatir orang lain mendengar tangisanmu yang memekikkan telinga."

Canda Sehun membuat Sooyoung memukul lengannya. Gadis itu melepas pelukan dan menatap Sehun sebal. Sehun tersenyum tipis dan mengusap wajah Sooyoung. Menyeka air mata yang membasahi pipinya.

"Kakak selalu menghiburku hingga kakak melupakan perasaan kakak."

"Aku?"

"Bagaimana perasaanmu? Aku tau kakak masih menyukai Soo Jeong."

Mendengar pertanyaan Sooyoung membuat pria itu tak dapat berkata-kata. Ia hanya dapat tersenyum dengan tatapan sendunya.

"Apakah perasaanku penting sekarang? Kisah kami sudah berakhir. Mungkin sudah sejak lama hanya saja kami baru menyadarinya."

"Apa kakak baik-baik saja dengan itu?"

"Semuanya akan membaik seiring berjalannya waktu Sooyoung. Kau pun akan begitu. Melupakan yang ingin kau lupakan dan memulai kisahmu yang baru. Apapun itu, aku harap kau akan menjalani hidupmu dengan lebih baik."

Ucapan Sehun sukses menghangatkan hati gadis itu. Ia pun menarik senyum manis dan mengangguk mengiyakan.

~~~

Affairs With My Sister's Boyfriend [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang