Sooyoung terduduk di depan kaca rias, gadis itu nampak anggun mengenakan gaun berwarna putih yang memamerkan punggungnya yang seputih susu. Senyuman tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Dua hari yang lalu adalah babak penyisihan dan ia beserta Seulgi berhasil lolos ke tahap 15 besar.
Malam ini adalah malam penentu apakah ia bisa lolos ke tahap lima besar atau hanya bisa berpuas diri dengan pencapaiannya di 15 besar. Disela kebahagiaannya, tersirat sedikit rasa khawatir. Sejak kemarin ia tak bisa menghubungi sang kekasih, tidak seperti biasanya. Biasanya Jaehyun akan menyempatkan diri menghubunginya sekali dalam sehari. Tetapi pria itu seolah ditelan bumi, ia menghilang tanpa kabar. Bahkan pesan dan telfon Sooyoung tak juga mendapatkan jawaban.
"Sooyoung.."
Panggilan Seulgi berhasil membuat pikiran gadis itu buyar. Ia menoleh kearah sahabat yang kini tengah berdiri di ambang pintu.
"Kau sedang apa?"
"Ah aku.."
"Bersiap-siaplah. Sebentar lagi giliranmu."
Sooyoung menarik senyum paksa. Gadis itu pun mengangguk dan kembali menghadap cermin. Mengenakan aksesoris anting yang belum sempat ia kenakan. Menatap sejenak pantulan dirinya pada cermin dan menarik nafas panjang.
"Park Sooyoung, kau pasti bisa."
Seru gadis itu pada dirinya sendiri mencoba melupakan sejenak segala pemikiran-pemikiran yang mengusiknya. Ia mulai menarik senyum cantiknya begitu melangkahkan kaki di atas panggung. Bergerak mengikuti irama dengan begitu anggun dan mendetail.
-
"Bagaimana?"
Tanya Sehun begitu Sooyoung menjawab panggilannya. Gadis itu menghela nafas panjang dan menggeleng pelan walau Sehun tak dapat melihatnya.
"Soo Jeong tak menjawab pesan maupun panggilanku. Ayah dan ibu bilang jika anak itu mengatakan ingin pergi berlibur dan tak mau di ganggu."
"Aku tak menanyakanmu tentang Soo Jeong."
"Hm?"
Sooyoung membulatkan matanya mendengar perkataan Sehun. Ia mengedipkan mata beberapa kali sebelum kembali berucap.
"Lalu kau menanyakan tentang apa?"
"Tentangmu."
"Aku?"
Sooyoung menggerakkan telunjuk kearah dadanya dengan memasang tampang bingung. Begitu menggemaskan walaupun orang diseberang telfon tak bisa melihatnya.
"Memangnya ada apa denganku?"
"Bagaimana dengan kompetisimu? Aku menanyakan itu."
"Dalam rangka apa kau bertanya tentang ini? Tak seperti biasanya."
"Memangnya tak boleh?"
"Tidak. Bukan begitu."
"Jadi bagaimana kompetisimu?"
"Aku berhasil lolos lima besar dengan Seulgi sahabatku. Minggu depan adalah tahap akhir untuk tiga besar."
"Benarkah? Selamat untukmu, aku harap kau dapat mencapai tujuanmu."
"Terima kasih."
Sahut Sooyoung tersenyum manis. Hening untuk beberapa saat sebelum terdengar helaan nafas pelan milik Sehun.
"Kau tidak apa-apa?"
"Tentang?"
"Soo Jeong. Ini pertama kalinya kalian seperti ini. Apa kau baik-baik saja?"
Pria itu kembali menghela nafas panjang dan tersenyum masam. Walau Sooyoung tak melihat raut wajahnya.
"Apa aku tampak baik-baik saja?"
"Sepertinya tidak begitu."
Sahut Sooyoung dan tak lama terdengar tawa pelan dari Sehun. Entah apa yang lucu dari jawaban Sooyoung hingga mengundang tawa darinya.
"Mungkin memang sudah seharusnya seperti ini. Aku memang tak cukup baik untuknya. Banyak hal lainnya yang menyebabkan Soo Jeong ingin berpisah dariku. Ibuku hanya salah satu alasan."
"Tapi kalian sudah bertahan selama ini. Mengapa harus menyerah pada akhirnya?"
"Setiap orang memiliki batas kesabarannya masing-masing. Dia sudah cukup bersabar selama ini dalam menghadapiku. Dan sekarang ia sudah mencapai titik kesabarannya."
"Bukankah kau mencintainya? Atau mungkin kalian sudah sama-sama bosan hingga kau pun memilih untuk menyerah?"
"Terkadang dalam mencintai, tidak selamanya harus berakhir dengan baik. Sesekali kau perlu berhenti dan menyerah agar kedua belah pihak dapat bahagia."
Sahut Sehun yang entah mengapa membuat Sooyoung merasa sakit mendengarnya. Ia bahkan tak pernah mengalami hubungan rumit seperti keduanya. Tapi Sooyoung dapat memahami rasa sakit yang pria itu rasakan.
"Ah mengapa aku harus membicarakan hal seperti ini denganmu. Kau bahkan saudara kembarnya."
Ucap Sehun terkekeh pelan dan Sooyoung tersenyum tipis mendengar perkaraan Sehun disela tawanya.
"Kak Sehun.."
"Hm?"
"Semangat!"
"Untuk?"
"Untuk semua yang telah kau jalani dan akan kau hadapi. Kakak hebat dan kakak pantas bahagia. Suatu saat kakak pasti akan memperoleh kebahagiaan itu. Dengan atau tanpa Soo Jeong."
Sehun tersenyum tampan mendengar kalimat yang terlontar dari bibir gadis itu. Mood-nya sedikit membaik setelah bercerita banyak hal dengan Sooyoung. Sehun mengangguk pelan dan menarik nafas panjang.
"Kau juga semangat! Jika sudah kembali ke Korea, hubungi aku. Aku akan mentraktirmu daging sapi Korea."
"Woaahh.. Kau benar-benar kakak impianku. Kau sudah berjanji kak! Kau harus menepati janjimu itu."
"Tentu."
Sambungan pun terputus dengan senyum yang terlukis di wajah keduanya. Sooyoung meletakkan ponselnya ke dalam tas. Ia mengikat cepol rambutnya yang terurai kemudian bangkit dari posisinya. Melakukan beberapa peregangan yang biasa dilakukan oleh seorang balerina. Setelah selesai melakukan peregangan, gadis itu pun mulai menyalakan musik dan sudah bersiap untuk berlatih. Ia cukup bersemangat malam ini.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Affairs With My Sister's Boyfriend [END]
Fanfiction{FANFICTION} Kita bermain api tanpa tau cara untuk memadamkannya. Saling mempermainkan satu sama lain. Dan akhirnya saling terluka.