Joy terduduk di ruang teater seorang diri dengan penerangan yang minim. Jemari gadis itu begitu mahir bermain dengan senar cello. Memainkan cello suite No. 4 milik J.S. Bach. Tiga jam telah berlalu dan gadis itu enggan untuk beranjak dari posisinya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Sudah biasa bagi kedua orang tuanya jika Joy tak pulang ke rumah. Karena anaknya akan menghabiskan waktu untuk berlatih. Baik Joy maupun Sooyoung sudah bukan hal yang baru lagi.
Dering ponsel membuat atensi Joy sedikit teralihkan. Ia menghentikan permainannya dan meraih ponsel untuk melihat nama pemanggil. Gadis itu terdiam begitu melihat nama Jaehyun tertera di layar ponselnya. Setelah beberapa saat, ia memutuskan untuk menjawab panggilannya.
"Halo"
"Dengar, tak terjadi apa-apa diantara kita. Saat itu aku melakukannya karena mabuk. Dan hal seperti itu tak akan pernah terjadi lagi."
Sambungan terputus begitu saja setelah pria itu menyampaikan maksud dan tujuannya. Tak memberi Joy kesempatan untuk menjawab. Ia meletakkan ponselnya dengan kasar dan memilih kembali melanjutkan permainannya.
-
Dua bulan telah berlalu semenjak kejadian itu. Baik Joy dan Sooyoung keduanya tak saling bertegur sapa. Membuat kedua orang tua mereka semakin mengkhawatirkan keduanya. Saat ditanya ada apa, mereka hanya menjawab tidak ada masalah diantara mereka. Hanya saja mereka sangat sibuk sehingga tak memiliki waktu untuk bermain bersama. Begitu saja.
Selama dua bulan itu pun, Sooyoung sudah melupakan kejadian saat itu. Namun batin gadis itu masih enggan untuk memaafkan keduanya. Sementara Jaehyun masih berusaha keras untuk mendapatkan maaf dari Sooyoung walau gadis itu tak juga memaafkannya.
Seperti saat ini misalnya, Sooyoung terduduk di ruang latihan. Ia baru saja menuntaskan latihannya, gadis itu kembali fokus untuk mengikuti audisi pemeran utama dalam pementasan swan lake. Sooyoung menatap kosong layar ponselnya, kumpulan pesan yang tak bosannya pria itu kirimkan padanya. Bahkan kontak pria itu tak lagi ia simpan.
+ 01xxxxxxxxx
Sooyoung, apakah masih || 10:26
sulit untuk memaafkanku?Kau ingin aku menunggu? || 11:00
Katakan. Berapa lama aku || 11:01
harus menunggu?Aku bisa menunggu selama || 11:01
mungkin.Sooyoung, hanya kau yang || 14:18
aku cintai. Tak ada yang
lain.Aku akui aku memang salah. || 15:11
Aku minta maaf untuk itu.Tapi bisakah kau memberiku || 15:11
satu kesempatan untuk
memperbaiki kesalahanku?Sooyoung meletakkan kasar ponselnya. Ia memeluk lutut dan menenggelamkan wajah pada pahanya. Joohyun yang menyadari tingkah Sooyoung pun menghentikan kegiatan latihannya. Ia melangkah mendekat dan duduk di sebelah gadis itu.
"Jaehyun lagi?"
Tanya Joohyun yang sudah hafal pusat permasalahan Sooyoung selama dua bulan belakangan. Gadis itu mendongak dan menatap Joohyun dengan tatapan memelas, tak lama ia mengangguk pelan dan menunduk.
"Aku membencinya, tapi juga merindukannya. Tapi aku tak bisa memaafkannya kak. Tidak akan pernah."
"Aku tak tau kesalahan apa yang telah ia perbuat hingga membuatmu tak bisa memaafkannya. Tapi Sooyoung, kau tak bisa selamanya lari dan menghindar."
"Semuanya sudah berakhir kak. Hubungan kami sudah berakhir sejak dua bulan yang lalu."
"Kau yakin sudah benar-benar mengakhirinya?"
Sooyoung terdiam mendengar pertanyaan Joohyun. Gadis itu tersenyum tipis dan mengusap pelan pundak Sooyoung.
"Jika hubungan kalian benar-benar sudah berakhir, ia tak akan menghubungimu seperti ini lagi. Masih ada beberapa hal yang belum kalian selesaikan. Kau harus menegaskan dan mengerti apa yang hatimu inginkan."
"Kak.."
"Pikirkan ini baik-baik. Kalian berdua sudah sama-sama dewasa."
Ucap Joohyun dan kembali bangkit untuk melanjutkan sesi latihannya. Meninggalkan Sooyoung yang masih terdiam berusaha mencerna perkataan Joohyun.
-
Joy duduk terdiam di dalam toilet. Ia menggigit bibir bawahnya dan menatap kosong pada sebuah benda yang ada di genggamannya. Gadis itu meraih ponsel dari dalam saku celana, mencari sebuah kontak disana dan melakukan sebuah panggilan. Panggilan pertama tak mendapat jawaban. Panggilan kedua juga begitu. Hingga di panggilan ketiga terjawab.
"Aku.. hamil."
Ucap Joy pada akhirnya dengan nada pelan dan sedikit ragu. Hening, tak ada jawaban di seberang telfon. Membuat Joy semakin gusar karenanya.
"Jaehyun, aku hamil. Sudah dua bulan aku tidak menstruasi. Dan aku sudah memeriksakannya pada dokter dan menggunakan testpack."
Joy kembali berucap, namun lagi-lagi tak ada respon dari pria itu.
"Aku harus bagaimana? Kenapa kau diam saja!'
Setelah keheningan menyelimuti keduanya, terdengar helaan nafas kasar milik Jaehyun.
"Kau dimana?"
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Affairs With My Sister's Boyfriend [END]
Fanfiction{FANFICTION} Kita bermain api tanpa tau cara untuk memadamkannya. Saling mempermainkan satu sama lain. Dan akhirnya saling terluka.